Surat Pembaca

Moderasi Beragama, Bukan Solusi Masalah Negeri

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ade Aisyah (Muslimah Pemerhati Generasi)

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Bagai langit dan bumi. Itulah gambaran solusi dan berbagai permasalahan bangsa hari ini. Intoleransi dan diskriminasi seakan-akan menjadi permasalahan utama yang solusinya adalah moderasi dan kesetaraan gender. Padahal problem nyata hari ini adalah maraknya kemiskinan, degradasi moral generasi dan berbagai kedzaliman yang menimpa masyarakat.

Dikutip dari gosipgarut.id (6/5/2025) Polres Garut menyerahkan penghargaan kepada 17 tokoh agama yang dinilai berperan aktif dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang kondusif di wilayah Garut. Tokoh Agama yang menerima penghargaan ini adalah perwakilan dari Ponpes Al-Masduqi, Ponpes Al-Wasilah, Ponpes Al-Halim, dan Ponpes Fauzan, serta Ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, Sarikat Islam (SI), dan Sarikat Islam Indonesia (SII). Kapolres juga mengajak para tokoh agama tersebut untuk senantiasa menyuarakan pesan-pesan perdamaian, toleransi, dan anti kekerasan.

Selain itu, seruan kesetaraan gender disampaikan oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Garut, Nurrodhin yang menghadiri sekaligus menjadi narasumber dalam Musyawarah Daerah (Musda) ke-VII Pimpinan Daerah (PD) Pemudi Persatuan Islam (PERSIS) Garut. Kesetaraan gender tersebut terwujud dengan kemandirian perempuan secara ekonomi. (86News.co, 6/5/2025)

Permasalahan bangsa yang benar-benar dihadapi berupa kemiskinan, degradasi moral generasi, dan kedzaliman yang menimpa rakyat. Adanya cara pandang terhadap permasalahan utama hari ini berupa intoleransi dan diskriminasi perempuan adalah bentuk pengalihan perhatian dan mengokohkan agenda liberalisasi perempuan. Juga monsterisasi terhadap Islam kafah yang distigmatisasi sebagai radikal dan intoleran.

Umat semakin dijauhkan dari agama dan ditakut-takuti dengan Islam Kafah. Umat disodorkan moderasi beragama yang dianggap sebagai pemahaman beragama yang paling baik dalam menangkal radukalisme dan intoleran. Inilah gambaran cara pandang sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan.

Pengarusan moderasi beragama ini didorong oleh pandangan bahwa agama merupakan sumber pertikaian, intoleransi dan ketidakadilan. Sehingga program moderasi beragama perlu diaruskan agar terwujud kondisi yang aman dan damai.

Moderasi beragama juga dianggap sebagai solusi bagi masyarakat majemuk yang multikultural sebagaimana yang terdapat di Indonesia. Disebabkan mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, maka secara tidak langsung, agama yang dimaksud cara pandangnya perlu dimoderasi pastinya adalah Islam.

Moderasi beragama diartikan sebagai cara pandang dalam beragama secara moderat, yaitu memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem/radikal. Moderasi beragama menghendaki untuk mengubah cara pandangnya dalam beragama bukan mengubah agamanya.

Padahal, cara pandang inilah yang menjadi penentu cara agama itu diamalkan dalam kehidupan dan sangat mempengaruhi perilaku umatnya. Cara beragama yang sesuai dengan cara pandang baratlah sebenarnya yang dikehendaki oleh moderasi ini. Dengan moderasi, umat Islam akan dengan mudah menerima nilai-nilai barat yang sebenarnya bertentangan dengan Islam seperti, liberalisme, sekulerisme dan permisifisme.

Sejatinya, Islam diturunkan untuk diamalkan dan Allah telah memberikan petunjuk bagi seorang muslim dalam memandang agamanya dan mengambil syariatnya.

Umat Islam diwajibkan untuk memahami Islam secara Kafah. Sehingga umat Islam memandang permasalahan kemiskinan, degradasi moral generasi dan berbagai kedzaliman yang menimpa rakyat sejatinya adalah buah penerapan sistem kapitalis sekuler dan ditinggalkannya aturan Islam secara kafah.

Ide kebebasan/liberalisasi ysng ada hari ini dihasilkan dari sistem kapitalis sekuler. Liberalisasi ekonomi mewujudkan kesenjangan antara kaya dan miskin semakin lebar, subsidi dicabut bahkan wacana vasektomi yang tak berprikemanusian pun digulirkan bagi warga miskin penerima bansos.

Gaya hidup permisif atau serba boleh pun menjerumuskan generasi ke jurang degradasi moral yang lebih rendah dari binatang. Grup facebook Fantasi Sedarah salah satu potret kerusakannya. Begitupun berbagai kedzaliman yang menimpa rakyat semisal badai PHK, hukum yang tumpul ke atas tajam ke bawah, dsb. Semuanya lahir dari aturan yang bersumber dari akal dan hawa nafsu manusia.

Dengan memahami permasalahan secara benar maka dibutuhkan solusi tuntas. Oleh karena berbagai permasalahan tersebut lahir dari penerapan sistem kapitalis sekuler yang rusak dan merusak, maka solusinya adalah mengganti sistem tersebut dengan sistem Islam yang diterapkan secara kafah dalam kehidupan.

Dengan penerapan Islam kafah, penduduk negeri akan diliputi keimanan dan ketakwaan yang akan mendatangkan berbagai keberkahan. Allah Swt. berfirman:
Surat Al-A’raf Ayat 96

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS. Al A’araf: 96). [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here