Opini

Miris, Sekularisme Lahirkan Generasi Sadis

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ulfah Alawiyah

wacana-edukasi com, OPINI– Beberapa hari ini masyarakat dikejutkan dengan tindakan pembunuhan disertai mutilasi sadis. Salah satunya terjadi di Sleman Yogyakarta. Pasalnya pelaku membunuh dan memutilasi korban hingga terbagi menjadi 65 bagian. Dan yang lebih mencengangkan adalah usia pelaku yang begitu muda yaitu 23 tahun.

Tidak hanya di Sleman, polisi juga menemukan hal yang serupa di kota lainnya. Dari Tangerang hingga Bekasi. Motif pelaku begitu beraneka ragam, dari urusan percintaan, keuangan, sampai ketersinggungan. Mereka menganggap seolah olah nyawa manusia tidak ada harganya. Hati nurani mereka begitu saja lenyap yang entah pergi kemana.

Generasi muda juga dibayangi berbagai tindak kriminalitas yang sadis di sekelilingnya. Baik sebagai pelaku ataupun sebagai korban.
Tidak cukup pada pembunuhan saja, tindak kriminal juga dilakukan oleh 3 remaja SMP yang membacok seorang remaja sampai tewas sambil live di Instagram. Ketiga pelaku sengaja menayangkan perbuatan keji itu karena tidak terima terhadap tuduhan korban bahwa ketiga pelaku melakukan aksi vandalisme di gedung sekolahnya.

Belum lagi selesai satu kasus, sudah muncul kasus baru yang dilakukan oleh para generasi muda di Sukabumi. Mereka melakukan aksi tawuran dengan gaya baru, yakni tawuran berbalut sarung. Meskipun tidak sampai menjadi tawuran, tapi polisi masih bisa menemukan beberapa senjata tajam yang disembunyikan di dalam sarung. Aksi tersebut juga terjadi di sejumlah wilayah, seperti di Purworejo, Jawa Tengah. Polisi berhasil meringkus 13 remaja. Di Jagakarsa, Jakarta Selatan, polisi mengamankan sekitar 15 remaja pelaku tawuran dengan menggunakan sarung yang ujungnya di ikat batu.

Sangat miris jika kita membahas permasalahan para remaja saat ini. Mereka lebih dekat dengan kemaksiatan dari pada kebenaran. Mereka lebih dekat dengan perbuatan keji seperti kekerasan, kriminalitas, senjata tajam, tawuran, pembunuhan, serta kejahatan lainnya. Mereka seperti tidak kehabisan akal untuk memanipulasi perbuatan buruk mereka supaya tidak terendus oleh sekitarnya. Bahkan sampai ada yang terang-terangan melakukan tindakan buruk yang sudah mereka lakukan dengan mempostingnya.

Astagfirullah, generasi muda yang seharusnya dikenal dengan masa keemasan, malah masuk ke dalam hal-hal yang mengerikan hingga berubah menjadi pelaku kejahatan. Generasi muda yang seharusnya punya rasa malu, penuh tanggung jawab dan berjiwa pemimpin. Namun tidak kita temukan pada saat ini.

Berbagai cara sudah diupayakan agar generasi muda tidak terjerembab ke dalam lubang kemurkaan yang lebih dalam. Namun kita tidak pernah berhasil.
Selalu ada celah bagi kejahatan memasukinya dengan berbagai ragam, bentuk serta rupanya.
Kejahatan berhasil merasuki jiwa para pemuda saat ini. Sungguh sangat mengerikan begitu membayangkan masa depan negara dengan kualitas generasi muda yang rendah seperti ini, mau jadi apa negeri ini? Padahal kebangkitan sebuah negeri ada di tangan para pemudanya. Jika para pemudanya seperti ini lantas apa yang bisa kita harapkan?

Sebab dan Akibat

Pembunuhan, pembacokan, tawuran, pemerkosaan, dan berbagai tindak kejahatan lainnya, bukan hanya terjadi satu atau dua kali, tetapi berkali kali. Ini menandakan bahwa masalah para remaja saat ini tidak bisa dipandang masalah yang biasa saja. Masalah yang memang sudah tidak wajar dilakukan remaja. Penyelesaiannya hanya cukup dengan memenjarakan dan membina para pelaku yang bersifat sesaat. Sebenarnya itu tidak akan menjadi solusi. Karena tidak bisa memberikan pelajaran, solusinya hanya bersifat pragmatis dan berjangka pendek.

Seharusnya generasi muda yang cenderung melakukan kekerasan harus dididik dan dibina dengan sistem jangka panjang. Sehingga pada masa mendatang para pelaku kejahatan itu tidak akan mengulangi perbuatan yang sama.
Jika kita teliti lebih dalam, generasi muda saat ini begitu rapuh dan rendah kualitasnya.
Karena generasi saat ini tumbuh dengan pengasuhan sistem sekuler kapitalis yang mengesampingkan agama. Sistem ini menghapuskan agama dari kehidupan. Juga tidak menjadikan agama sebagai dasar peraturan bagi kehidupan.

Sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang lemah imannya sehingga tidak memiliki benteng yang kuat untuk mencegahnya dari berbuat maksiat. Karena lemahnya iman maka mereka akan mudah terbawa oleh arus. Mereka akan mudah terpengaruh tontonan dan konten negatif. Apalagi para pemuda saat ini begitu dekat dengan gawai yang begitu canggih dan sangat mudah dalam mengakses apapun serta berkomunikasi dengan siapapun.

Generasi lemah iman juga tidak akan bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sehingga mereka selalu mengikuti hawa nafsu dengan gaya hidup sekuler, liberal, dan hedonis.

Banyak para generasi muda pada saat ini terjebak dengan gaya hidup materialistis. Mereka menghalalkan segala cara untuk memenuhi gaya hidupnya. Mereka rela membahayakan nyawanya dengan membuat konten agar bisa viral dan mendapatkan cuan. Adapula yang melakukan kejahatan karena faktor ekonomi yang semakin hari semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Tidak jarang pula mereka melakukan tindak kejahatan untuk melunasi hutang. Sehingga hilanglah rasa kemanusiaan pada diri mereka. Apa yang menyebabkan demikian?

Peran Sistem

Sistem sekuler kapitalis adalah biang keladi masalah bagi para generasi. Kurikulum pendidikan sekuler telah gagal melahirkan generasi berkualitas di semua sisi. Cerdas, tetapi pergaulannya tanpa batas. Berprestasi, tetapi imannya hanya ilusi, bahkan ada yang lebih parah lagi. Tidak cerdas dan berprestasi, keimanannya juga tidak jelas. Naudzubillah.

Saat ini kita membutuhkan generasi berkualitas, tapi apakah di dalam sistem kapitalis sekuler ini kita menemukan generasi yang unggul?
Mustahil dalam sistem sekuler kapitalis bisa melahirkan generasi terbaik. Karena realitanya membuktikan ketika generasi jauh dari Islam maka kerusakan nyata terjadi. Semakin tinggi nilai-nilai sekuler yang diterapkan dalam kehidupan, maka bersiaplah kejahatan pun akan kian merebak. Artinya sistem sangat berperan dan bisa berpengaruh kepada terbentuknya generasi.

Tiga Pilar Solusi Sistem Islam

Berbeda dengan sistem Islam. Islam mempunyai solusi yang pasti untuk bisa menumpas semua tindak kejahatan. Yang mempunyai peran besar untuk menjadi solusi terdiri dari tiga pilar. Pertama, ketakwaan individu. Di dalam Islam, sekolah pertama bagi anak adalah ibunya serta dipengaruhi oleh pola asuh kedua orangtuanya. Wajib bagi setiap keluarga memiliki kurikulum pendidikan yang di dalamnya menjadikan akidah Islam sebagai dasar dalam mendidik anak.
Karena pendidikan berasaskan akidah Islam mampu membentuk karakter yang mempunyai keimanan yang kuat dan ketaatan yang dapat mengantarkan kepada kebaikan. Sehingga karena ketaatan tersebut bisa mencegah individu berbuat kemaksiatan.

Kedua, kontrol masyarakat dengan beramar makruf nahi mungkar. Masyarakat akan sangat peduli dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Mereka tidak akan memberikan celah sedikitpun bagi siapapun untuk melakukan perbuatan mungkar. Mereka akan terbiasa mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran tanpa dibatasi lagi dengan Hak Asasi Manusia. Dengan begitu kontrol masyarakat bisa berjalan dengan baik.

Ketiga, negara menerapkan sistem Islam kafah di segala aspek kehidupan. Negara akan membuat kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam agar bisa membentuk generasi yang mempunyai kepribadian Islam. Negara wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyat sehingga masyarakat terhindar dari tindakan kejahatan.

Negara wajib menghilangkan segala macam hal yang mampu merusak keimanan dan ketaatan setiap muslim. Seperti memblokir konten porno dan kekerasan. Negara juga melarang produksi film mengandung pornografi, pornoaksi dan kekerasan. Juga melarang tayangan pornografi, umbar aurat, dan konten negatif lainnya. Lalu menutup industri dan peredaran miras, memberantas narkoba. Negara juga akan menjatuhkan sanksi Islam kepada orang-orang yang melanggar syariat Islam tersebut.

Ketiga pilar ini bisa dijalankan secara maksimal dan berkesinambungan jika saja aturan Islam diterapkan. Dan itu bisa diterapkan dalam sebuah negara berasaskan Islam (Khilafah). Karena telah terbukti bahwa Khilafah bisa melahirkan generasi terbaik, unggul dan cemerlang. Tidak hanya menjadi para ilmuwan, mereka juga sukses menjadi ulama faqih fiddin. Keseimbangan ilmu ini terjadi karena Islam menjadi asas dan sistem yang mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan Khilafah pula generasi akan terjaga dari setiap tindakan kejahatan dan kemungkaran.

Wallahualam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 13

Comment here