Oleh : Umul Istiqomah
Wacana-edukasi.com, OPINI–80 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Setiap tahun, dalam peringatan dan perayaannya tidak pernah surut dari kemeriahan. Namun ironinya, setelah genap 10 windu Indonesia merdeka, nyatanya penjajahan itu masih ada, hanya saja dalam bentuk yang berbeda. Merdeka itu seharusnya tercermin dari rakyatnya yang hidup sejahtera dan terpenuhinya kebutuhan pokok mereka, namun faktanya saat ini hal tersebut belum terwujud, karena masih banyak persoalan di berbagai bidang kehidupan yang menggerogoti negeri ini.
Di bidang ekonomi misalnya, sumber daya alam negeri ini seperti tambang emas, minyak, gas, telah lama di eksploitasi oleh banyak perusahaan asing yang mengakibatkan rakyat tidak bisa sepenuhnya menikmati hasil kekayaan di negerinya sendiri. Selain itu, gelombang PHK pun masih terus menghantui para pekerja terutama pada industri tekstil di mana dalam periode Agustus 2024 hingga Februari 2025 berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 939.038 pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di 14 sektor usaha. Ini artinya ada sekitar satu juta orang yang kehilangan sumber mata pencahariannya dalam waktu kurang dari 1 tahun (Metrotvnews.com, 08/08/2025).
Ditambah lagi, kondisi ekonomi kelas menengah di Indonesia masih tidak stabil. Daya beli mereka menurun, dan cenderung habis untuk kebutuhan pokok saja. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam kurun waktu lima tahun, penurunan dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta pada 2024. Ini berarti ada 9,48 juta orang yang turun kasta dari kelompok kelas menengah menjadi terkategori miskin (tirto.id, 07/08/2025).
Fakta di atas baru menunjukkan salah satu persoalan di negeri yang katanya sudah ‘merdeka’ ini yakni persoalan ekonomi. Masih ada persoalan lain yang juga menyiratkan bahwa kemerdekaan itu belum sepenuhnya tercapai, yakni terjajahnya pemikiran masyarakat dengan ide-ide Barat yang rusak dan menyesatkan seperti deradikalisasi, Islam moderat, dll yang jauh dari pemikiran Islam, sehingga tidak aneh jika generasi saat ini makin rusak karena mereka bercermin pada kiblat yang salah.
Banyaknya problem kehidupan yang mendera umat hari ini adalah bukti bahwa penjajahan itu masih ada. Hanya saja, sudah bertransformasi dalam bentuk penjajahan yang baru yakni penjajahan ekonomi, politik dan pemikiran. Karena, meski negeri ini sudah merdeka secara fisik, namun ketika masih banyak rakyatnya yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, belum sejahtera dan masih banyak ikut-ikutan tren dari Barat yang sebenarnya merusak generasi muda, artinya kemerdekaan itu belum sepenuhnya tercapai secara hakiki.
Kondisi ini sebenarnya terjadi akibat sekularisme yang sudah mendarah daging pada setiap tubuh umat, yakni sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga umat sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dan salah sesuai kacamata Islam. Pemikiran mereka menganggap bahwa Islam hanya di pakai dalam ritual ibadah saja. Sedangkan ketika dalam masalah sosial, ekonomi, politik tidak perlu memakai aturan agama, padahal di dalam Islam hal-hal seperti itu pun di atur. Sehingga tidak di mungkiri, umat saat ini mudah terjajah oleh pemikiran-pemikiran Barat yang sesat karena mereka berpikir kemajuan dan kegemilangan saat ini semuanya ada di Barat. Padahal, sebaliknya yang ada hanyalah kehancuran ketika pemikiran yang sesat di jadikan kiblat apalagi oleh seorang Muslim.
Berikutnya selain sekularisme yang menjadi landasan, yang menjadikan negeri ini masih belum merdeka secara hakiki yakni penerapan sistem kapitalisme di mana sistem ini hanya berpihak pada mereka para pemilik modal sehingga yang kaya makin kaya, sedangkan yang miskin makin miskin. Atau dengan kata lain jauh dari kata menyejahterakan dan melayani rakyat. Karena yang ada hanya sibuk melayani kepentingan kapitalis. Inilah potret buruk dari sistem Kapitalisme yang berlandaskan sekularisme. Sehingga sampai saat ini, di negeri yang katanya kaya raya dengan SDA-nya yang melimpah, tidak bisa menjamin kebutuhan dasar rakyatnya bisa terpenuhi, karena keserakahan para pengelolanya yakni para kapitalis yang tidak bermaksud untuk melayani rakyat. Padahal dalam penggalan lirik sebuah lagu ‘Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman’ namun mirisnya saat ini tongkat kayu dan batu itu di jual oleh para kapitalis untuk memperkaya diri mereka sendiri.
Penerapan sistem sekuler kapitalisme telah membawa negeri ini kepada kemerdekaan semu, di mana merdeka hanya sekadar terbebas dari penjajahan fisik saja, padahal makna kemerdekaan yang hakiki adalah terbebas dari penghambaan terhadap makhluk menuju ketaatan total terhadap Allah SWT. Artinya segala bentuk aturan buatan manusia seperti sekularisme dan kapitalisme yang membelenggu dan menzalimi umat, kedua hal itu seharusnya tidak dijadikan fondasi dalam kehidupan.
Sudah saatnya umat kembali pada penerapan aturan yang shahih yakni aturan yang hanya ada dalam sistem Islam secara menyeluruh, karena hanya dengan Islam, umat Muslim khususnya dapat sepenuhnya menghamba hanya kepada Allah SWT, karena Islam akan menjaga pemikiran umat agar tetap selaras dengan aturan syariat. Di mana aturan ini tidak akan menzalimi rakyat dan mampu menyejahterakan rakyat karena bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah.
Sistem Islam mampu mengelola kepemilikan umum dan mengalokasikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Karena negara dalam sistem Islam, berfungsi sebagai pelayan rakyat, sehingga kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan akan di jamin oleh negara. Selain itu, lapangan pekerjaan juga akan disediakan untuk para laki-laki karena mereka diwajibkan mencari nafkah. Bagi rakyat fakir miskin, negara akan memberikan santunan dari kas Baitul mal. Dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang akan didapatkan ketika Islam digunakan dalam setiap lini kehidupan.
Maka, sudah saatnya semua mata terbuka menyaksikan betapa kemaksiatan, kezaliman dan penderitaan begitu merajalela, akibat dari keberadaan sistem kapitalisme. Di mana sistem ini membuat rakyat masih saja terjajah, meskipun kemerdekaan sudah di deklarasikan. Kemerdekaan yang hakiki hanya bisa diraih ketika Islam dijadikan rujukan dalam menjalani kehidupan, sehingga butuh perubahan hakiki yang dipimpin oleh jamaah dakwah Islam ideologis untuk melakukan perubahan hakiki dari sistem kufur menuju sistem Islam yang Kaffah, agar kemerdekaan itu benar-benar diraih dan dirasakan oleh seluruh rakyat. [WE/IK].
Views: 23

 

 
 
 
Comment here