Surat Pembaca

Menyoal Stigmatisasi Islam Teroris

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Suhartini (Aktivis Muslimah DIY)

wacana-edukasi.com– Baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita penangkapan 3 anggota terduga teroris, yakni Ahmad Zain An Najah (AZA), Anung Al Hamad (AA) ,dan Farid Ahmad Okbah (FAO) oleh densus 88 Antiteror Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Ketiganya adalah ulama besar yang salah satunya merupakan anggota komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) (republika.co.id, 21/11/2021).

Dilansir dari laman kompas.com, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar memaparkan dalam rapat besar komisi lll DPR RI, di gedung DPR Jakarta, setidaknya ada sekitar 216 orang yang terlibat dalam aksi terorisme sejak Januari hingga Mei 2021. Data yang disampaikan antara lain yang terkait dengan Jamaah Al Islamiyah ada 71 orang kemudian kelompok Jamaah Ansharut Daulah ada 144 orang dan satu orang adalah terkait deportan.

Penangkapan terduga teroris pun secara masif menyasar kepada beberapa orang pejabat Amil Zakat (LAZ), Baitul Maal (BM), Abdurrahman bin Auf (ABA) di Lampung.
“Penangkapan berinisial SU dan DRS merupakan pengembangan penangkapan sebelumnya yaitu saudara S, Pengembangan lembaga amil zakat BM ABA di Jakarta dan Medan” Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Ahmad Ramadan, Rabu (3/11/2021). Yayasan ini mengumpulkan dana yang mana dananya diperuntukkan untuk kegiatan aksi-aksi terorisme dan jihad (beritasatu.com, 03/11/2021).

Penggiringan Opini Publik Mengarah Ke Mana?

Maraknya penangkapan terduga teroris menjadikan umat bertanya-tanya sejatinya ini kebetulan atau memang ada skenario di dalamnya. Ataukah ini sebagai upaya penggiringan opini terkait stigmatisasi Islam teroris yang menyasar kelompok (ormas) yang kritis?

Tak dipungkiri bahwa masyarakat di negeri ini adalah mayoritas muslim. Perlu disamakan pandangan terkait Islam moderat, Islam toleran, dan Islam nusantara ala penguasa, dilihat dari kacamata nasionalisme tanpa memahami esensi beragama.

Seperti penangkapan salah satu anggota MUI, Zain An-Najah menjadi indikasi bahwa akan dibarengi dengan upaya pembubaran MUI sebagai lembaga yang mempunyai otoritas memberikan fatwa resmi terkait masalah umat Islam. Dan adanya tagar “BubarkanMUI” yang mengemuka ini direspon oleh sekjen MUI Amirsyah sebagai tindakan yang berlebihan. “Jadi wacana pembubaran MUI sangat naif dan menyesalkan, tidak masuk akal, dengan adanya pengurus komisi fatwa terduga teroris, logikanya jika ada warga bangsa terduga teroris harusnya Indonesia tak akan bubar, jika ada oknum menteri yang terduga korupsi maka Indonesia tetap utuh” (detikNews.com, 20/11/2021).

Indahnya Islam Mengatur Umat dan Peradaban

Jika kita menelisik masalah isu teroris di Indonesia perlu kita kembalikan lagi bahwa Indonesia yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke ini disatukan dengan kesamaan pandangan dan seharusnya memiliki peradaban. Yaitu ketika umat Islam memiliki keyakinan berupa akidah, sebagaimana ketika Rasulullah saw. memimpin Madinah sebagai negara yang berdaulat, memegang prinsip bahwa orang-orang dibiarkan berserikat (berkumpul) untuk kemaslahatan tanpa melanggar hukum syariat.

Adapun berkenaan dengan isu terorisme ini sudah tidak asing lagi akan dimunculkan sebagai stigmatisasi buruk terhadap Islam dan kelompok atau ormas yang menyuarakan jihad dan khilafah. Lalu, bagaimana dengan KKB di Papua? Ternyata kelompok ini tidak mau disebut teroris meskipun apa yang mereka lakukan sangat brutal dan tidak berperikemanusiaan.
Lantas kenapa kelompok Islam dilabeli teroris, padahal lslam mengatur atas hilangnya satu jiwa itu haram tanpa alasan yang mendasar.

Allah berfirman dalam QS. Al-lsra ayat 33:

“Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar, Dan bagi siapa dibunuh secara zalim, maka sungguh kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah wali itu melampaui batas dalam pembunuhan.”

Demikianlah adanya larangan tegas bagi pelaku pembunuhan yang tidak beralasan.

Stigma teroris ini seolah menjadi bukti bahwa demikian masifnya propaganda Islamphobia (ketakutan terhadap Islam) ketika menjadikan ajaran yang diambil dari metode Nabi Muhammad saw. Padahal Islam itu rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh semesta alam) dan mampu menjadikan solusi atas permasalahan umat.

Wallahu a’lam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 3

Comment here