Oleh: Ruji’in (Ummu Aisyah) (Pegiat Opini Lainea Konawe Selatan)
Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Beredarnya pagar laut yang misterius menjadi polemik antara nelayan dan penguasa sehingga membuat pertanyaan di tengah-tengah masyarakat. Pasalnya tak ada yang tahu siapa orang dibalik pembuatan pagar laut. Anehnya laporan masyarakat pada Agustus 2024 baru ditanggapi oleh pemerintah setelah viral akhir-akhir ini. Sehingga masyarakat menduga bahwa memang adanya persekongkolan antara orang-orang oligarki dengan penguasa menjadikan adanya kebijakan yang merugikan masyarakat.
Sebagaimana dilansir TRIBUNNEWS.COM, TNI Angkatan Laut bersama dengan nelayan membongkar pagar laut misterius sepanjang 30,16 km di Kabupaten Tangerang, Banten, sabtu (18/1/2025). Pembongkaran pagar laut misterius ini dipimpin langsung oleh komandan pangkalan utama Al (Danlantamal) 111 Jakarta Brigadir Jenderal (Mar) Harry Indarto.
Polemik yang terjadi membuat mereka melemparkan isu bahwa semua itu karena swadaya masyarakat namun beberapa nelayan membantah bahwa itu bukan swadaya masyarakat, tetapi sesuatu yang sudah direncanakan. Sedangkan masyarakat Tangerang berujar untuk membeli makanan saja mereka kesusahan bagaimana harus membiayai bambu yang ditancap dengan panjang 30,16 km. Sungguh miris, negara tidak mampu mengatasi atau memecahkan masalah ini. Hingga saat ini polemik ini masih terjadi. Seharusnya negara yang memiliki semua perangkat pemerintah mudah menelisik pelaku dibalik pagar laut. Namun pemerintah seolah-olah sedang menutupi atau membiarkan terjadi begitu saja.
Inilah watak yang lahir dari sistem sekularisme kapitalisme di mana pemimpinnya bercorak kapitalis otoriter, di mana pemerintah hari ini seolah-olah peduli pada rakyat padahal kebijakannya sewenang-wenang terhadap rakyat. Sebuah keniscayaan disistem hari ini negara tidak menjadi pelindung masyarakat dengan baik. Karena disistem hari ini negara tidak memiliki kedaulatan mengurus urusan umat. Kedaulatan itu sudah tergadaikan dengan adanya prinsip kebebasan kepemilikan.
Pagar laut misterius yang dibangun oleh oligarki kemudian dibacking oleh aparat dengan rencana tersembunyi dari proyek reklamasi. Bahkan hingga adanya intimidasi kepada masyarakat yang berani mengkritik dengan adanya PIK 2 oleh Sedayu Aguan, maka mereka akan berurusan dengan ranah hukum dan akan mendapatkan kriminalisasi dari preman-preman. Adanya keberanian penguasa hari ini menindas masyarakat yang lemah dengan berlangsungnya peralihan kepemimpinan dari presiden Jokowi ke presiden Prabowo. Karena adanya kepemimpinan presiden Jokowi semua dikendalikan oleh para oligarki. Sehingga fakta pagar laut yang bersertifikat ternyata politik balas budi Jokowi kepada konglomerat. Sehingga perluasan PIK 2 akan diperluas hingga PIK 11.
Dengan kekuatan modalnya, para kapitalis dengan mudah mengatur kebijakan pemerintah untuk mengikuti kepentingan mereka. Bahkan para kapitalis ini bisa menentukan orang-orang yang dikehendaki untuk duduk di pemerintahan. Alhasil berjalannya pemerintahan hari ini disetir oleh para kapitalis. Sehingga melahirkan politik balas budi pemerintah kepada para oligarki kapitalis yang tentunya kebijakannya bisa menguntungkan mereka tanpa memperdulikan kerugian rakyat. Negara saat ini hanya menjadi regulator. Sehingga mempersilahkan kepada para kapitalis untuk mengotak-atik negeri ini.
Sungguh berbeda dengan profil penguasa dalam sistem Islam. Secara personal, penguasa dalam Islam adalah orang yang bertaqwa dan mereka membuat kebijakan berdasarkan syariat Islam. Sehingga memiliki kedaulatan penuh untuk mengurus urusan negara dan mensejahterakan rakyatnya. Dengan kedaulatan penuh mereka tidak akan tunduk di bawah para oligarki/ korporasi kapitalis atau campur tangan dengan negara asing. Keberadaan sebuah negara dalam Islam wajib menjadi pengurus (raa’in) dan perisai (junnah) bagi rakyat. Penguasa haruslah memiliki kekuatan kepribadian (asy-syaksiyah) yakni kekuatan akal (akliyah) dan jiwa (nafsiyah). Karena dalam kekuatan kepribadian terdapat potensi bagi timbulnya bentuk pemerintahan yang bertindak sewenang-wenang. Oleh karena itu, penguasa harus memiliki sifat takwa dalam dirinya dan dalam kepemimpinan terhadap umat. [] WE/IK
Views: 38
Comment here