Surat Pembaca

Lomba “Aneh” di Tengah Pandemi

blank
Bagikan di media sosialmu

Lomba “Aneh” di Tengah Pandemi

Bulan Agustus identik dengan bulan perlombaan. Berbagai lomba tingkat RT hingga Nasional diselenggarakan untuk memeriahkan peringatan kemerdekaan. Sayangnya karena pandemi Covid-19, sudah dua kali ini peringatan Agustusan terpaksa dalam kondisi memprihatinkan. Hiruk pikuk, kerumunan, adu otot, ketrampilan dan adu otak hingga keramaian penonton tidak dapat dirasakan. Kalaulah diadakan perlombaan, harus melalui daring.

Rupanya ditengah negara ini mengalami masalah Covid-19 yang seolah tak berujung, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) justru menggelar lomba tulis dengan tema: “Hormat Bendera menurut Islam dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan menurut Islam”. Terang saja lomba ini dikritisi banyak pihak. Diantaranya, peneliti senior Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah menyatakan bahwa BPIP telah kehilangan arah yang akut dan cenderung mengidap skizofrenia dalam merespon isu-isu besar nasional (hidayatullah.com/15/8). Skizofrenia adalah sejenis gangguan jiwa dalam proses berpikir. Menurut Toto, gelaran lomba ini tidak menggambarkan kecerdasan, sensitivitas dan aktualitas tentang apa yang harus dilakukan BPIP. Bahkan lomba ini berpotensi merusak spirit Pancasila sebagai misi BPIP, tuturnya.

Acara lomba ini semakin menunjukkan tanda-tanda Islamofobia pada oknum BPIP. Dan seolah BPIP ingin membenturkan umat Islam dengan Nasionalisme. Menjadi keanehan berikutnya ketika banyak petinggi negara berkhianat dengan kasus korupsinya, mengapa justru rakyat yang diragukan pembelaan terhadap tanah airnya?

Tidak dipungkiri lahirnya BPIP ini ditujukan untuk membentengi negeri dari radikalisme. Namun program-program deradikalisasi dan moderasi beragama justru menyasar pada Islam. Islam dikambinghitamkan sebagai sebab terjadinya kasus terorisme dan radikalisme.

Di saat pandemi berkepanjangan seharusnya bangsa ini melakukan introspeksi diri. Terutama para pemangku kebijakan sudahkah berbuat selayaknya sebagai pengayom masyarakat? Korupsi bansos di tengah pandemi, aparat yang melanggar PPKM, ketidakadilan hukum pada rakyat, hingga adu baliho untuk dulang suara di pemilu yang akah datang, sudah cukup menjadi bukti bahwa bukan rakyat yang tidak cinta pada negaranya. Akan tetapi jiwa-jiwa para wakil rakyatlah yang bermasalah. Lebih jauh lagi sistem pemerintahan ala Kapitalisme ini harus dievaluasi. Ketika sebuah rumah sudah rusak parah dari pondasinya, akan lebih mudah dihancurkan dulu kemudian dibangun rumah dengan pondasi yang baru.

Yuni Kartikajasa, S.Farm., Apt.
(Aktivis muslimah dan pegiat literasi)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 2

Comment here