Opini

Kemaksiatan Merajalela di Sistem Tercela

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Mita Octaviani S.Pd.

wacana-edukasi.com, OPINI– Berita yang membuat miris terjadi di sosial media. Terjadi lagi pembunuhan wanita di tangan teman laki-lakinya yang bukan mahrim. Dunia kini bertambah tua semakin rapuh ditambah manusianya yang berbuat dosa dan maksiat. Mereka melakukan maksiat seolah akan hidup lebih lama & tidak memikirkan jangka panjangnya. Padahal tidak ada yang bisa menjamin hari esok atau bahkan beberapa menit ke depan masih hidup. Kalau sudah begini harapan para orangtua agar anak-anaknya kelak dapat menolong di akhirat pun semakin pupus.

Dilansir dari Kompas.co, pelaku yang diduga membunuh perempuan berinisial FW (22) di Jalan Sumeru, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, ternyata merupakan orang terdekatnya yakni pacar korban. Kepala Polresta Bogor Kota Komisaris Besar Bismo Teguh Prakoso mengatakan, pelaku berinisial RA tersebut telah ditangkap. Namun, dari hasil penyelidikan polisi masih belum dapat menyimpulkan motif pembunuhan. Adapun korban ditemukan di sebuah ruko kosong di Jalan Raya Dr Sumeru, Kota Bogor, Jawa Barat.

Bak jatuh tertimpa tangga, sistem saat ini yaitu sekularisme-kapitalisme yang berperan mendorong untuk melegalkan tindakan maksiat. Alih-alih menghentikan kemaksiatan, justru negaralah yang memfasilitasi dengan menyediakan tempat sarana dan prasarana lainnya. Naudzubillahimindzalik.

Semisal mudahnya konten pornografi diakses di media sosial. Tentu bisa berefek mestimulus para pengguna untuk melakukan hal yang tidak sepatutnya ditiru. Ketika sudah jatuh banyak korban, kenapa negara seolah tidak sungguh-sungguh menyelesaikan problematika ini sampai ke akar? Sekalipun ada oknum berdalih suka sama suka, kemaksiatan tetap seharusnya ditindak tegas. Namun ironinya tindakan dan hukuman yang diberikan belum menimbulkan efek jera.

Pentingnya memiliki kesadaran dalam diri masing-masing. Yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya dan diberikan akal untuk berpikir. Akal manusia diciptakan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Apakah yang dilakukan akan memberikan kemudharatan atau manfaat. Sebagaimana kalam Allah Swt dalam QS Ali Imran ayat 190, yaitu

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS. Ali Imran:190).

Ayat di atas menjelaskan bahwa segala apa yang diciptakan di bumi dan di langit adalah kekuasaan dari Allah Swt. Semua itu membuat kita manusia menyadari atas kekuasaan Allah Swt Yang Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Pemberi Balasan bagi hamba-Nya yang berbuat dosa dan maksiat. Seharusnya itu semua bisa menyadarkan manusia agar memakai akalnya untuk berpikir. Bukan malah seenaknya saja hidup di dunia berbuat zalim, berbuat maksiat.

Sungguh tipu daya setan itu nyata. Yang kita harus lakukan adalah mempertebal keimanan dan ketaqwaan, di tengah zaman yang sudah tidak baik-baik saja. Ketika peran negara yang krusial/penting kurang berperan memberikan perlindungan bagi seluruh masyarakatnya, beban individu dalam memecahkan persoalan kehidupan akan semakin berat.

Tidak adanya naungan Islam dan syariat Islam yang mengatur tindakan manusia, membuat berbagai kemaksiatan merajalela dan dianggap hal yang wajar. Maka pentingnya mempelajari dan memahami syariat Islam di atas akal, artinya ketika kita mempunyai akal yang cerdas saja namun tidak ada syariat Islam dalam hidupnya, tentu akan mudah sekali terbawa arus. Maka dari itu pentingnya memiliki akal yang cerdas di bawah naungan syariat Islam. Kehidupan kita akan menjadi berkah dan terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat.

Padahal Allah Swt sudah menerangkan kepada kita agar jangan mendekati perbuatan zina. Sebagaimana kalam Allah Swt dalam QS Al Isra ayat 32 berikut:

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

Allah Swt juga memperingatkan agar menjauhi maksiat, sebab sanksinya amatlah berat. Ayat tentang rajam hukuman bagi pezina terdapat dalam kalam Allah Swt yaitu QS An Nur ayat 2, Allah SWT berfirman:

ٱلزَّانِيَةُ وَٱلزَّانِى فَٱجْلِدُوا۟ كُلَّ وَٰحِدٍ مِّنْهُمَا مِا۟ئَةَ جَلْدَةٍ ۖ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِى دِينِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَآئِفَةٌ مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman,” (QS. An Nur:2).

Dari ayat tentang hukuman bagi pezina dan melakukan kemaksiatan tersebut, seharusnya menjadikan kita manusia yang berpikir karena kita diberikan akal. Semua hukuman yang Allah ciptakan itu agar manusia memiliki kesadaran untuk menjauhi perbuatan yang dimurkai Allah. Ayat di atas juga sebagai pencegah dan memberikan efek jera pada pelaku untuk tidak mengulangi kesalahannya. Syariat Islam juga menjaga dan melindungi manusia dari perbuatan zalim kepada manusia lainnya.

Maka dari itu, sudah seharusnya kita sadar bahwa diri diciptakan sebagai manusia, makhluk yang Allah ciptakan dengan sempurna. Diberikan akal digunakan untuk berpikir dan tunduk akan syariat Islam. Hingga kita mampu memilih dan memilah mana perbuatan yang melanggar syariat atau tidak. Mana perbuatan yang menambah dosa, mana yang tidak.

Kita diberikan akal untuk belajar ilmu agama, mengenai uqdatul qubra atau tiga pertanyaan besar. Dari mana kita, untuk apa kita diciptakan dan kemana kita setelah mati. Dengan mencari jawaban dari 3 pertanyaan besar inilah, manusia bisa menemukan tujuan hidupnya ada di dunia.

Dimulai dari individu yang sadar hakikat hidupnya, maka kesadaran ini juga harus ada di level masyarakat. Di saat masyarakat telah memiliki kesamaan dalam cara berpikir, memiliki perasaan yang sama, maka peraturan yang sama selayaknya bisa ditegakkan. Agar pencegahan tidak hanya sampai di level individu ataupun masyarakat tapi juga negara ikut berperan besar menciptakan kesadaran dan keimanan masyarakatnya, serta mencegah perbuatan maksiat di negerinya. Sistem shahih yang mampu memberikan solusi sampai ke akar masalah tiada lain yakni sistem Islam. Sistem yang pernah tercatat dalam sejarah menjadi peradaban gemilang 1400 tahun lamanya.

Wallahu ‘alambishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 17

Comment here