Surat Pembaca

Kasus Perundungan Marak, Bagaimana Nasib Generasi?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sri Wahyuningsih (Remaja Peduli Umat)

“Kecerdasan yang paling cerdas adalah takwa, dan kebodohan yang paling bodoh adalah maksiat” (Abu Bakar Ash-Shiddiq)

Ungkapan di atas seharusnya menjadi reminder buat kita ya sob kalau perbuatan maksiat adalah kebodohan yang paling bodoh kalau kita melakukannya nih. Tapi sayangnya nih ya banyak generasi sekarang yang justru doyan ngelakuin sesuatu yang bodoh.

Kayak kasus yang belum lama ini terjadi sobs. Seorang anak sekolah dasar (SD) di Sukabumi, Jawa Barat berinisial MH berusia 9 tahun tewas karena diduga dikeroyok teman dan kakak kelasnya. Astaqfirullah, ngeri banget ga sih? Masih SD udah berani ngelakuin hal gitu dan dengan mudahnya nyampe menghilangkan nyawa manusia. Nauzubillah

Kasus begini terus terjadi dan menambah panjang deretan korban perundingan di lingkungan sekolah. Astaqfirullah, ngeri banget ngak sih ternyata masih banyak di sekitar kita kasus serupa dan berlaku bagi yang lemah seperti siswa SD di Sukabumi yang tewas di keroyok temannya alhasil korban mendapati luka yang serius (liputan6.com, 22/5/2023)

Padahal ini ya sobs, sebelumnya korban baru pindah selama 4 bulan pindah sekolah dikarenakan lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggalnya tetapi naas kejadian pada saat itu di lingkungan sekolah dan sekitaran kamar mandi korban dipukuli dan dianiaya, pihak korban meminta keadiln dari pihak sekolah dan keluarga pelaku. Makin sadis ga sih kelakuan generasi sekarang? Belajar dari mana coba nih sobs, generasi sekarang udah bisa menganiaya sampe menghabiskan nyawa orang lain?

Ga mungkin kan nih ya mereka bisa melakukan itu kalau ga lihat atau meniru dari orang lain? Yupz, bener banget dari tontonan sampai perlakuan yang pernah dilakukan orang dewasa pasti yang mereka tiru. Mereka bisa saja melakukan itu karena lihat di TV, YouTube, atau bahkan game yang biasa mereka mainkan. Apalagi kalau bukan dari situ kan ya? Ditambah segala sesuatu yang bisa diakses semuanya dengan mudah. Lebih bahaya plus gawat banget.

Ga hanya itu aja nih, penyebab lainnya ga salah lagi dari sistem yang diadopsi negeri ini sob. Sistem sekularisme kapitalisme yang gagal menghasilkan generasi yang berkepribadian baik. Anak hanya di tuntut soalan materi dan difokuskan pada prestasi dan akademik lupa akan pentingnya nilai moral dan agama. Perlunya solusi totalitas kerja sama antara semua pihak seperti orang tua, masyarakat, sekolah, dan negara.

Orang tua sebagai sarana pengajaran pertama bagi anak-anak nya agar terhindar dari kekerasan dan perundungan, tetapi di era saat ini orang tua lupa akan pentingnya pengajaran dan pendididkan sejak dini terkait tsaqofah. Masyarakat yang perpatisipasi karena lingkungan dapat berpengaruh terhadap prilaku anak, di era sekularisme ini masyarakan enggan akan kepedulian seama. Negara yang juga tidak mengembangkan sistem aqidah islam dan minim fasilitas pendidikan dan guru yang kurang kompeten berakhlak mulia.

Maka dari itu pantaskan norma sekularisme dan kapitalisme menopang masalah generasi dan masalah negara dengan norma-norma yang fatal? Maka tidak diragukan lagi solusi masalah generasi dan masalah negara dapat dipecahkan dengan sistem pendidikan Islam.

Dalam sistem pendidikan Islam, generasi pelajar akan dipahamkan Aqidah Islam. Mereka akan ditanamkan nilai keimanan agar senantiasa takut untuk melakukan hal-hal yang dilarang Allah dan senantiasa merasa diawasi dalam setiap aktivitasnya. Dengan tertancapnya keimanan dan ketakwaan dalam setiap individu, maka dapat dipastikan kasus perundungan tidak akan terulang kembali.

Sudah saatnya sebagai generasi muda hari ini teruslah mengkaji Islam dan ikut andil dalam memperjuangkan Islam dengan terus menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Agar semakin banyak umat yang terpahamkan dengan Islam.

Wallahu’alam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here