Opini

Islamofobia, Buah Dari Demokrasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Maysarah Nst

(Aktivis Dakwah Musi Banyuasin)

wacana-edukasi.com,  Telah terjadi lagi aksi penghinaan terhadap Islam. Pada Sabtu (29/8/2020) di Oslo, Norwegia, seorang aktivis perempuan dari sebuah kelompok bernama Stop Islamization of Norway atau SIAN telah merobek halaman demi halaman kitab suci Al-Qur’an. Aksi ini berlangsung ditengah acara unjuk rasa yang mereka gelar di luar gedung parlemen (KOMPAS.com 30/8/2020).

Tidak hanya di Norwegia, insiden serupa juga terjadi di Swedia. Pada Jum’at (28/8/2020) anggota partai sayap kanan garis keras Denmark, Stram Kurs telah membakar Al Qur’an di Kota Malmo (REPUBLIKA.co.id 30/8/2020)

Fenomena islamofobia seperti ini sudah lama terjadi di Eropa. Bentuk-bentuk islamofobia yang terjadi di Eropa juga beragam. Mulai pelarangan pemakaian cadar bagi muslimah, diskriminasi terhadap pelaksanaan ibada umat, pembakaran Al-Qur’an, hingga pembunuhan.

Dilansir dari Belgia, indonews.id (9/6/2020), dinyatakan bahwa pernah seorang muslimah berhijab dihadang di jalan gelap, dimaki-maki dengan ujaran rasis dan anti-Islam, bahkan hampir saja diperkosa. Dan Seorang anggota polisi mem-posting “ancaman ISIS” palsu untuk memperbesar kebencian terhadap Islam. Ada juga kisah anak sekolah yang di-bully hanya karena menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Juga tentang politisi populis yang membakar Al Qur`an dan mengeluarkan ancaman untuk mengusir kaum muslimin dari Eropa.

Secara bahasa, islamofobia berasal dari dua kata, yaitu Islam dan fobia (ketakutan yang berlebihan). Jika ditarik maknanya, istilah tersebut didefinisikan sebagai prasangka atau ketakutan yang tidak wajar terhadap Islam dan kaum Muslimin.

Peneliti dari Universitas Hamburg, Jerman, Miriam Urbrock dan Marco Claas, dalam karya tulis “Islamophobia Conceptual Historical Analysis” mengungkapkan bahwa dalam arti yang lebih luas, Islamofobia juga menjadi sinonim dari ‘anti-Islam’, yakni segala sikap atau tindakan yang menunjukkan ketidaksukaan terhadap agama Islam (republika.co.id 27/5/2017)

Sejatinya, islamofobia adalah akar dari tindakan pelanggaran HAM serta kezaliman, penghinaan, pelecehan dan gangguan pada warga muslim di Eropa. Sungguh ironi, Negara Eropa yang selalu mewacanakan pada dunia tentang sistem dan nilai demokrasi, kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, toleransi agama, serta perlindungan dan penghormatan HAM, akan tetapi justu tersandung dengan fenomena Islamofobia.

Semua itu adalah akibat dari diterapkannya ideologi Kapitalis Sekuler yang dianut oleh kebanyakan Negara Eropa. Ideologi Kapitalis Sekuler melahirkan sistem demokrasi yang menghasilkan aturan kehidupan yang saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Dalam sistem demokrasi, masyarakat dibebaskan untuk mengutarakan pendapatnya lewat unjuk rasa, akan tetapi di sisi lain langkah penyampaian pendapat seperti ini bisa sampai berujung pada tindakan kekerasan dan anarkis. Tidak ada rasa sungkan bagi mereka melakukan penghinaan kepada seorang muslim secara langsung. Seperti melakukan itimidasi, pelecehan terhadap agama, padahal tindakan tersebut adalah bentuk pelanggaran hukum dan HAM.

Demikianlah potret kehidupan dalam sistem demokrasi. Demokrasi lahir dari aqidah sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Ada empat kebebasan yang diagung-agungkan didalamnya namun semuanya menimbulkan masalah. Pertama, Kebebasan berpendapat. Artinya setiap individu bebas mengutarakan pendapatnya, bahkan melakukan unjuk rasa yang kebablasan, dan jauh dari rasa toleransi, hingga agamapun dilecehkan.

Kedua, Kebebasan beragama. Siapapun bebas memiliki agama, bahkan bebas juga berpindah-pindah agama. Semua agama dianggap sama, sehingga lahirlah paham pluralisme. Banyak imigran Muslim dari Timur Tengah masuk ke Eropa. Masyarakat Eropa berpandangan bahwa imigran muslim tersebut telah secara konsisten menunjukkan diri mereka dan tidak mampu berasimilasi dan berintegrasi, juga tidak mau beradaptasi dengan nilai nilai budaya Eropa. Hal ini membuat mereka tidak suka dengan Islam, lalu menampakkan permusuhannya secara terang-terangan karena dianggap melanggar nilai-nilai pluralisme.

Ketiga, Kebebasan berperilaku. Setiap individu bebas melakukan apa saja yang dia inginkan. Tanpa harus memikirkan kenyamanaa orang lain. Dari sini lahirlah sikap hedonis, tidak ada rasa simpati maupun empati terhadap kehidupan orang lain.

Keempat, kebebasan kepemilikan. Semua orang bebas memiliki apapun, termasuk kekuasaan. Sistem demokrasi memungkinkan untuk berkuasanya orang-orang yang memiliki modal, orang yang pandai melakukan pencitraan, para pendusta, dan kalangan kafirin untuk menjadi penguasa.

Kerusakan kehidupan akibat diterapkannya sistem demokrasi kapitalis yang digawangi Barat, berupaya dialihkan kesalahan dan kebenciannya kepada Islam dan kaum Muslimin. Islamofobia sengaja dihadirkan oleh Barat untuk menjauhkan umat dari kemuliaan yang hakiki, yang tak akan mungkin diraih dengan sistem Kapitalis yang rusak dan merusak. Islamofobia didesain secara sengaja oleh Barat dengan target menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Jalan satu-satunya untuk menghentikannya adalah dengan menghancurkan supremasi Barat di dunia. Tentunya butuh kekuatan yang seimbang.

Maka tidak cukup hanya personal atau kelompok saja yang menghancurkan supremasi barat. Akan tetapi harus berupa institusi negara, yakni Khilafah. Khilafah lah yang akan menjadi perisai bagi kaum Muslimin dari setiap teror dan serangan musuh-musuh Islam. Di belakang Khalifah pula kaum Muslimin akan berperang melawan setiap pihak yang merusak kehormatan Islam dan kaum Muslimin.

Terbukti dari sejarah, Islam telah berperan penting dalam membangun peradaban dunia. Islam mampu membawa kemuliaan dunia selama 13 abad lamanya. Bahkan kemajuan peradaban Barat yang sekarang ada, tidak mungkin hadir tanpa adanya konstribusi besar dari Islam dan kaum Muslimin.

Namun, saat Khilafah kembali diperjuangkan umat, tantangan datang silih berganti. Meskipun demikian tidak ada jalan lain menghadapi islamofobia kecuali dengan istiqamah menepaki jalan dakwah ‘ala minhaji an nubuwwah. Semoga dengan dakwah yang terus menerus, akan terbuka mata umat dengan kemuliaan Islam. Islam bukan agama teroris. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)

Wallahu a’lam bishshawwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 0

Comment here