Opini

Islam, Sebaik-baik Penjaga Generasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Anisa Rahmi Tania

wacana-edukasi.com OPINI— Saat teknologi semakin canggih, kriminalitas dan berbagai tindak kekerasan malah semakin merajalela. Saat katanya perempuan dan anak memiliki lembaga Pemberdayaan dan perlindungan, perempuan malah semakin tidak aman. Dunia seakan semakin menjajah perempuan dan anak-anak. Dengan berbagai label persamaan hak, kesetaraan gender, dan berbagai slogan lainnya, nyatanya tindak pelecehan semakin menanjak tinggi.

Hal ini tergambar dengan jelas ketika Indonesia dalam status darurat kekerasan seksual, khususnya pada anak. Sebagaimana data yang dirilis Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), kasus kekerasan seksual pada anak mencapai 9.588 di tahun 2022. Mirisnya kasus kekerasan seksual ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa. Akan tetapi sering kali juga pelakunya adalah anak di bawah umur, teman sebaya, atau anggota keluarganya sendiri. Sungguh miris.

Tentu publik masih sangat ingat dengan kejadian di Mojokerto, Jawa Timur di tahun 2022-2023. Seorang siswi TK diperkosa berulang kali oleh anak SD berusia 8 tahun dan dua pelaku lainnya (Cnnindonesia.com, 28/01/2023).

Di awal tahun ini, kejadian serupa pun kembali terjadi. Dilansir dari regional.kompas.com (15/3/2024), seorang siswi SMP di Lampung ditemukan dalam kondisi mengenaskan, tidak berdaya. Selama 3 hari ia disekap di sebuah gubuk. Siswi tersebut mengalami kekerasan seksual oleh 10 orang pria tanpa diberi makan sedikit pun. Mirisnya dari 10 pria tersebut tiga di antaranya masih di bawah umur. Sementara 3 lainnya pria dewasa dan 4 masih berstatus buron.

Sungguh berbagai kasus tersebut memberikan gambaran yang memperihatinkan atas kondisi generasi hari ini. Berbagai bentuk kenakalan remaja lain pun, sering kali membuat miris. Seperti remaja di Pangkalpinang yang berulah. Sebanyak 22 remaja diamankan pihak kepolisian setelah terjadi perang sarung di 3 tempat berbeda. Bahkan mengakibatkan korban 1 orang korban tewas. Di bulan yang dinantikan banyak muslim karena penuh dengan diskon pahala, para remaja tersebut malah melakukan tindakan tercela. Hal ini menambah daftar panjang kasus di dunia remaja yang seakan tidak pernah ada jalan keluarnya.

Generasi dan Sang Penjaga

Berbagai tindakan tercela bahkan aksi-aksi brutal yang dilakukan generasi muda hari ini sudah bukan hal yang aneh lagi. Para remaja ini seakan tidak punya tujuan hidup yang jelas. Mengambang di udara, mengikuti arah angin yang membawa mereka ke mana saja. Tatkala hembusan anginnya menuju ke barat mereka tidak punya penjagaan untuk bertahan. Begitu pula saat angin ke kiri dengan pasrahnya mereka terbawa tanpa perlawanan.

Begitulah kondisi remaja atau generasi muda hari ini. Satu sisi mereka sangat rentan terbawa arus sebab tidak punya penjaga. Karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang seharusnya diarahkan dengan baik. Namun, di sisi lain tidak ada support sistem yang diterapkan di tengah masyarakat untuk melindungi para remaja tersebut.

Mengapa butuh support sistem? Karena ‘angin’ yang menyasar para remaja adalah buah dari penerapan sistem. Termasuk terjadi invasi budaya yang didukung penuh oleh sistem yang ada. Itulah paham liberal, hedonistik dan materialistik yang lahir dari penerapan sistem kapitalisme dengan asasnya sekularisme.

Para penganut sistem ini secara massif menyerang para remaja khususnya di tanah air dengan budaya-budaya barat yang serba bebas, hedon dan matre. Budaya hidup seperti itu saat tumbuh di tengah remaja yang sedang mencari jati diri menyebabkan kerusakan fatal. Karena membuat energi dan potensi yang ada dalam diri remaja terbuang sia-sia. Dan tergantikan dengan berbagai bentuk ‘kenakalan remaja’.

Dalam asas sekularisme aturan agama di tempatkan untuk ibadah ritual saja. Sementara aktivitas hidup manusia lainnya seperti pergaulan, jual beli, pendidikan, dan lainnya diatur dengan aturan buatan manusia. Inilah yang akhirnya melahirkan liberalisme, yakni paham kebebasan. Manusia boleh melakukan setiap tindakan sesuka hatinya tanpa melihat lagi halal dan haram.

Fatalnya paham ini pun telah mengakar pada benak generasi. Generasi kini jauh dari tsaqofah Islam. Alih-alih membentengi generasi dengan pendidikan agama, kurikulum hari ini lebih mendekatkan generasi pada kepentingan materi. Ilmu untuk mengejar materi, sehingga pendidikan kadang tidak terlalu penting jika sudah bisa menghasilkan materi berlimpah.

Artinya remaja harus memiliki sang penjaga yakni sistem yang memegang kontrol. Sistem juga yang memberikan arahan dan edukasi kepada mereka supaya penyaluran energi dan potensi bisa diterapkan ke arah hal-hal yang baik, bermanfaat. Baik untuk dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat pada umumnya.

Islam sebagai Solusi

Melihat fakta kebobrokan generasi hari ini, sudah saatnya umat membuka mata. Menyadari bahwa ada kesalahan yang mengakar di tengah-tengah kehidupan. Umat juga harus paham kesalahan itu adalah dari penerapan sistem. Sistem kapitalisme yang berasas sekularisme-lah biang kerok dari segala masalah generasi.

Oleh karena itu, umat sepantasnya menggali lebih dalam. Bahwa ada sistem lain yang pada dasarnya menjadi solusi atas segala masalah ini. Yakni sistem Islam. Islam mampu menjadi sebaik-baik penjaga bagi generasi. Karena Islam mempunyai aturan yang tertata dan lengkap dalam mencetak generasi emas.

Dalam kurikulum pendidikan Islam yang dulu pernah diterapkan berabad-abad lamanya, Islam wajib menjadi asas pendidikan. Artinya, setiap peserta didik didekatkan dengan tsaqofah Islam sejak usia dini. Ditanamkan keimanan yang dalam dan kesadaran akan penciptanya.

Peserta didik akan diperkenalkan paham-pahan asing saat mengenyam perguruan tinggi. Dimana peserta didik telah mempunyai benteng keimanan yang kokoh. Sehingga tidak terjerumus pada budaya-budaya asing yang menyesatkan.

Islam pun akan menjaga masyarakatnya dari peredaran tontonan-tontonan yang menyesatkan dan merusak. Negara akan bisa melakukan hal tersebut dengan efektif jika fungsinya sebagai pengurus masyarakat benar-benar dijalankan.

Di sinilah terlihat dengan jelas, mengapa Islam mampu melahirkan generasi cemerlang yang banyak berkontribusi untuk masa depan umat. Penerapan sistem oleh negara dengan tujuan menjaga masyarakat supaya tetap berada pada jalur ketaatan pada siang Khalik adalah motivasi yang tidak ternilai. Karena dengan motivasi keimanan dan ketaatan tersebut, semua orang akan berjalan pada koridor-Nya. Koridor yang telah dipersiapkan Allah SWT dalam memenangkan kehidupan di dunia dan keselamatan di akhirat kelak.

Wallahu’alam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 7

Comment here