Opini

Fitrah Manusia yang Terkoyak Asusila

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Erdiana Ismail

wacana-edukasi.com, OPINI– Kasus asusila pembuatan video vulgar bersama anak kandung di tempat tinggalnya di kampung Pakuningan, Sukarahayu, Tambelang, Bekasi. (Media.tempo.com.9/6/2024).

Ibu muda yang ditetapkan sebagai tersangka, dalam tindakan asusila mereka adalah AK (26) dan R (22). Pelaku nekat melakukan hal itu karena iming-iming uang dari teman facebook atas nama Icha Shakila. AK dijerat dengan pasal berlapis yakni KUHP, Undang-Undang ITE, Undang-Undang Pornografi, dan Undang-Undang Perlindungan Anak,(Liputan6.com.09/06/2024).

Beberapa hal pun menjadi sorotan dari Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kawiyan mengaku prihatin atas banyaknya kasus pelecehan seksual yang dilakukan orang tua terhadap anak kandungnya,(News.detik.com.9/6/2024).

Menurut psikolog anak Novita Tandry mengatakan, ada bahaya laten yang mengancam korban pencabulan oleh ibu kandung berinisial R (22) di Tangerang Selatan meski saat ini tidak ada indikasi trauma pada bocah lima tahun tersebut.

Novita menjelaskan, pada usia 0-6 tahun, otak manusia berada dalam masa penyerapan. Semua yang diserap oleh panca indera akan disimpan informasinya dalam otak. Dan waktu remaja (setelah pubertas), semua yang sudah masuk di kepala, itu akan sangat bisa dibangkitkan kembali,” ujar Novita saat dihubungi melalui telepon pada Sabtu (8/6/2024).(kompas.com.8/6/2024).

Pelanggaran demi pelanggaran marak terjadi berulang tindak kemaksiatan, kriminal yang dilakukan oleh anak Adam dengan berbagai macam modus sebagai dalih atas perbuatan yang dilakukan. Seakan hilang keprikemanusiaan, fitrahnya hanya hedonis, materi/uang, kerja ringan dengan hasil maksimal, mengesampingkan moral, adab, akhlak, aturan agama/hidup, yang penting puas.

Kepuasan semu, sesaat menuruti hawa nafsu, bukan berlandaskan keimanan, keyakinan yang melekat dalam hati sanubari diri manusia secara alami, artinya melawan fitrah manusia sendiri.

Kehidupan yang serba materialis, semua diukur oleh benda untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia sering terkecoh dengan kebutuhan hidup primer, pokok (mendasar) atau dengan kebutuhan sekunder (tersier).

Padahal kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) dari dulu hingga kini tidak pernah berubah. Yang sering berubah adalah kebutuhan sekunder/tersier, yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan/pergaulan, kekayaan/sarwah, cara pandang hidup/ideologi, peradaban/kemajuan teknologi manusia. (Sistem Ekonomi Islam, Taqiyuddin An-Nabhani,34).

Sesungguhnya kasus asusila tersebut berawal dari kemiskinan absolut dan kemiskinan yang harus diselesaikan. Peran negaralah yang berwenang untuk memenuhi kebutuhan primer setiap orang secara menyeluruh sekaligus membantu dirinya untuk memenuhi kebutuhan sekunder/tersier.

Manusia bila kebutuhan primer terpenuhi serta memiliki iman/keyakinan yang kuat tidak mudah diiming-imingi, bisikan, rayuan dengan materi hingga menggadaikan peilaku/asusila terhadap darah dagingnya sendiri atau kerabat, keluarga bahkan orang di luar dirinya.

Kejadian ini tidak selayaknya terjadi dalam lingkungan manusia, terlebih pada masa kemajuan teknologi, peradaban manusia semakin tinggi tingkat berfikir dan beraktifitas. Ternyata tetap terjadi juga artinya ada ketimpangan diluar alaminya.

Alaminya manusia diciptakan oleh Sang Maha Pencipta sudah selayaknyalah manusia hidup memakai aturan hidup yang telah Sang Maha Pencipta buat manusia agar selamat hidup selama berinteraksi di alam semesta, sampai pada saatnya manusia kembali menghadap Sang Maha Pencipta.

Sementara sekarang kita menyaksikan kriminal, kerusakan, dekadensi moral, tindakan asusila, bahkan nyawa pun bisa melayang. Hal ini bisa terjadi dikarenakan, aturan hidup manusia memakai aturan manusia sendiri yang memisahkan antara kehidupan dengan agama yang disebut dengan sistem kapitalis sekuler.

Sistem kapitalis sekuler melahirkan perbuatan manusia diluar ambang batas normal karena tidak berpijak bahkan lepas dari aturan agama. Baik dari sisi kejiwaan/psikologi manusia jauh dari kewajaran (tidak mampu berfikir akibat dampak seperti trauma/luka batin kejiwaan anak terhadap ibunya), dari sisi ekonomi mencekik bagi yang lemah semakin tertindas, susah, yang kuat semakin kaya berlimpah kekayaannya, berputar pada pemilik modal/uang, tarap hidup rakyat sangat terpuruk, kesenjangan dimana-mana. Negara pun tidak hadir mengurusi rakyatnya justru hanya sebagai regulator kebijakan saja, karena semua sudah dikelola oleh pihak ketiga/swasta/pemilik saham/kapital.

Itulah aturan kehidupan diatur oleh manusia sendiri sesuai keinginan manusia bukan aturan agama yang dicipta oleh Sang Maha Pencipta. Agama hanya mengurusi ibadah khusus, hidup tiada hubungannya dengan agama.

Solusi

Agama islam hadir mengatur umatnya secara intergral saling berhubungan antara manusia, alam semesta, kehidupan dengan Sang Maha Pencipta. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri punya sistem, aturan, adab, an-nafs (tidak boleh aniaya terhadap diri sendiri). Hubungan horizontal, muamalah yaitu hubungan manusia dengan manusia ada aturannya. Hubungan vertikal manusia dengan Sang Maha Pencipta ada mekanisnenya yang disebut ibadah.

Sistem atau aturan, yang mengatur hidup manusia sehingga manusia hidup menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing sesuai kapasitas serta amanah yang diembannya. Dengan adanya institusi, lembaga, negara, daulah sebagai wadah, tempat dimana sistem aturan secara satu kesatuan islam secara sempurna berdasarkan dasar Al-Qur’an dan Al- Hadits diterapkan untuk seluruh umat manusia di seluruh dunia. Dan tentunya dibawah satu komando pemimpin yang disebut Kholifah fil ardhi (Q.S Al-Baqarah ayat 30) sebagai ro’in, perisai, junnah, pelindung, bagi seluruh umat manusia di muka bumi. Umat manusia punya kewajiban untuk tunduk taat pada pemimpin/ulil amri minkum setelah tunduk taat pada Allah dan Rosulnya.

Hakikat manusia sebagai makhluk dimuka bumi hanya untuk berbakti padaNya tanpa terkecuali demi keselamatan manusia dunia akhirat. Sebagaimana firmanNya dalam Q.S Az-Zuriyat ayat 56 :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ۝٥٦.

Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.

Semoga dengan adanya kesadaran umat terhadap hak dan kewajiban serta menjalankan fungsi tugasnya di muka bumi, tunduk taat aturanNya, menerapkan aturanNya menjadi keberkahan hidup seluruh alam semesta. Wallahu ‘alam bi showab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 13

Comment here