Opini

Pemberdayaan Ekonomi Perempuan (PEP), Agenda Global Perpanjang Usia Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nur Rahmawati, S.H. (Penulis dan Praktisi Pendidikan)

Wacana-edukasi.com — Perempuan dengan segudang talenta yang mumpuni dapat menjadi amunisi berharga bagi negara. Kemampuan dan signifikansi peran yang dimilikinya tidak hanya sebatas mampu mendidik generasi. Namun, hampir di segala bidang, perempuan juga mampu berperan dengan baik. Terkhusus di bidang ekonomi, perempuan dapat dijadikan roda penggerak perekonomian negara, sehingga tak heran jika pengusaha/wirausaha perempuan mendapatkan banyak tawaran pinjaman.

Chief Executive Officer DFC Adam Boehler mengatakan, International Development Finance Corporation (DFC) memberikan jaminan kredit sebesar US$35 juta melalui Ocean Fund, di mana Tridi Oasis, perusahaan asal Jakarta yang bergerak dalam bidang daur ulang botol plastik, menjadi salah satu penerima manfaat. Hal ini dilakukan guna memberdayakan pengusaha perempuan. (Cnnindonesia.com 14/1/2020).

Hal ini tentu disambut baik, karena dianggap mampu meningkatkan peran perempuan dan mengurangi angka pengangguran. Saat ini kesetaraan gender sudah menyasar ranah pekerjaan, sehingga wanita yang telah mengenyam pendidikan tinggi tidak bekerja dianggap tidak mampu mengaplikasikan ilmunya yang didapat, pun perempuan yang tidak berpendidikan tinggi jika tidak bekerja dianggap tidak berguna. Terlebih sebuah penelitian menunjukkan bahwa memajukan kesetaraan perempuan di Asia-Pasifik dapat menambah US$4,5 triliun ke PDB kawasan tersebut pada 2025, atau meningkat 12 persen pertumbuhan rata-ratanya.

Program PEP dengan gelontoran dana asing diasumsikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tentu semua ini bukan tanpa alasan, mengingat program ini memberikan janji manis berupa kesejahteraan, bahkan akan menjadikan wanita mampu meningkatkan derajatnya di atas laki-laki. Sayangnya semua ini hanya isapan jempol belaka, karena di sistem kapitalis segala sesuatu berkiblat pada keuntungan para pemilik modal atau korporat. Perempuan hanya dijadikan objek dagangan dan eksploitasi guna keuntungan mereka, sehingga melemahkan peran perempuan yang sesungguhnya yaitu sebagai seorang ibu pendidik yang melahirkan generasi unggul. Maka, wajarlah jika saat ini ketahanan keluarga mulai melemah.

Adapun agenda global ini, dimana peran perempuan yang dianggap mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, patut dikritisi bahwa pertumbuhan ekonomi yang dimaksud dalam rangka mendongkrak untung bagi kaum kapitalis, yang bercirikan menjarah kekayaan alam, bahkan mengeksploitasi manusia terlebih perempuan guna kepentingan mereka. Peran perempuan dijadikan sama dengan laki-laki dalam mencari nafkah. Jadi tidak heran jika saat ini perempuan banyak berada di luar rumah. Hal ini tentu bukan menjadi solusi masalah perempuan malahan akan menjadi masalah baru yang kian kompleks. Inilah agenda global guna memperpanjang usia kapitalisme

Lantas, bagaimana Islam memandang peran perempuan dan bagaimana cara memberdayakan perempuan dibidang ekonomi?

Dalam Islam, perempuan merupakan tumpuan dasar kemuliaan suatu masyarakat bahkan negara, sehingga jika perempuannya baik maka masyarakat atau negara itu juga menjadi baik dan sebaliknya. Oleh karenanya, Islam mengatur bagaimana peranan perempuan agar menjadi mulia sekaligus mampu berperan dalam hal ekonomi.

Pertama, peranan perempuan dalam lingkup keluarga.

Perempuan adalah partner bagi laki-laki dalam membina biduk rumah tangga dengan visi mulia yaitu membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah, yang dengannya akan lahir generasi pejuang meninggikan kalimat Allah di tengah masyarakat. Selain itu perempuan juga menjadi seorang ibu yang berperan mendidik dan sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya, sehingga anak memahami peran dan tugasnya sebagai hamba, anak dan kelak sebagai orang tua, bahkan di masyarakat.

Bahkan, Rasulullah saw. menyebutkan perempuan sebagai ibu lebih mulia kedudukannya dari pada ayah. Dalam sebuah hadis, seorang sahabat bertanya tentang orang yang paling berhak untuk mendapatkan perlakuan baik, “Wahai Rasulullah siapakah di antara manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya? Rasulullah menjawab ; ‘Ibumu’, kemudian siapa? ‘Ibumu’, jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, kemudian siapa? ‘Ibumu’, kemudian siapa, tanya orang itu lagi, ‘kemudian ayahmu’, jawab beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitu urgensinya peranan wanita dalam lingkup keluarga ini sehingga wanita terus dituntut untuk menuntut ilmu guna menjalankan tugas dan perannya tersebut. Pun berkenaan dengan ekonomi, perempuan sebagai pemegang urusan pengaturan ekonomi keluarga atau manajer pengelola keuangan, sehingga mampu menggunakan rezeki yang di bawa suaminya agar dapat dimanfaatkan dengan baik. Selian itu, perempuan juga diperbolehkan membantu suami dalam mencari rezeki dengan ketentuan suami ridha atau mengizinkan.

Kedua, peranan perempuan dalam masyarakat.

Perempuan memiliki kewajiban berdakwah di tengah masyarakat berkenan dengan apa yang dia pelajari. Selain itu juga dapat mengabdikan diri atas kemampuan yang dimiliki, misalnya sebagai dokter atau perawat. Selain itu, di bidang ekonomi perempuan yang cerdas dan tangguh memiliki keahlian yang mumpuni dapat memberikan pelatihan di masyarakat tentang ketrampilan bagaiamana cara mengelola keuangan atau membuka usaha kecil guna membantu keluarga. Ini tentu setelah melaksanakan kewajibannya sebagai istri dan ibu.

Ketiga, peranan perempuan dalam negara

Peranan perempuan pada negara sebagai pengingat dan sekaligus tameng bagi pemimpin atau pemerintah dalam melaksanakan kewajibannya mengurusi urusan umat. Jika pemimpin melakukan kesalahan atau penyimpangan, maka perempuan dapat mengingatkan boleh secara langsung atau melalui partai dakwah.

Begitu sempurnanya dan mulianya Islam memperlakukan perempuan, hingga diabadikan dalam surah An Nisa dalam Al-Qur’an. Peran perempuan sebagai pendamping laki-laki tidak lantas menjadikannya rendah justru berdiri berdampingan guna membangun keluarga, masyarakat, dan negara Islam.

Wallahua’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 105

Comment here