Bahasa dan SastraCerpen

Bunda, Aku bukan Mi Instan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ira Yuliana, M.Pd (Pegiat literasi Batam)

Kedubrak!!!!
Suara pintu tertutup karena dibanting keras.
Nafas Vlo turun naik menahan amarah. Dia begitu kesal dengan bundanya akhir-akhir ini. Dia tidak habis pikir kenapa bundanya senang sekali membandingkan Vlo dengan anak lain yang dianggap lebih baik darinya.

“Lihat anaknya Mbak Hana, shalatnya rajin, nggak ada main-main terus seperti kamu.
Lihat tuh Khadejah tetangga kita, setiap hari pergi belajar ngaji.
Kamu nggak ada bagus-bagusnya, main terus keluar, nongkrong, main game.”

Kata berulang yang semakin hari makin sering didengar, jengah batin Vlo sambil terus mengatur napasnya.

Dihempaskannya badan di tilam, sambil menggulirkan satu per satu status WhatsApp teman-teman yang entah dia baca atau tidak.

Sementara bundanya tak kalah kesal dengan tingkah Vlo. Yulia—seorang ibu paruh baya. Ia pun mengambil ponsel dan mencurahkan kekesalannya pada suami yang belum pulang. Meski ia tahu akhirnya akan bertengkar dan saling menyalahkan.

Yulia pun sebenarnya sedang lelah, baru saja pulang kerja dan mendapati Vlo asyik main game padahal azan magrib sebentar lagi berkumandang. Begitu asyiknya bahkan salam Yulia pun tidak dijawab.

Masih di atas tilam, kesal Vlo belum hilang. Dia tak mengerti dan bertanya dalam hatinya. Mengapa Bunda seperti ini, kenapa mesti shalat, meski aku sudah tahu bagaimana caranya shalat. Aku pun tidak mengerti kenapa mengaji begitu penting sementara banyak hal menarik lain yang ingin aku lakukan. Bukankah dulu Bunda begitu baik memberikan ponsel aneka game saat Bunda sibuk kerja. Bukankah sejak dulu memang aku terbiasa mandiri dan sendiri ketika Ayah dan Bunda kerja tanpa harus begini dan begitu. Kenapa saat sudah besar begitu banyak hal yang tiba-tiba harus dilakukan, tanpa aku mengerti kenapa harus dilakukan, tanpa penjelasan.

Yulia pun akhirnya terbaring di tilam, lelahnya terasa sampai ke hati. Saat pulang ke rumah menghadapi Vlo seperti ini yang tidak hanya sekali.
Terbayang tadi saat istirahat makan siang di kantor ia ketemu dengan Hana, anaknya yang bernama Najma yang saat azan bersegera mengajak sang bunda shalat. Tiba-tiba Yulia ingin sekali Vlo seperti itu. Tiba-tiba ia ingin anaknya salihah ….

“Bunda aku bukan mi instan, yang diseduh langsung jadi dan bisa dimakan. Aku bukan mi instan yang tiba-tiba bisa salihah saat Bunda inginkan. Sementara saat kecil aku tumbuh sendiri, banyak pertanyaan tanpa penjelasan. Hingga akhirnya aku menjadi yang sekarang, menjadi seperti apa yang aku tahu dan yang aku inginkan.”

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 8

Comment here