Qalam Ramadan

Berlomba dalam Menyucikan Jiwa di Bulan Mulia

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com–Waktu begitu cepat berlalu. Ramadan pun akan memasuki babak sepuluh malam terakhir. Artinya, tak lama lagi Ramadan akan segera pergi. Ada rasa sedih, ada juga bahagia. Semuanya bercampur baur dalam jiwa. Sedih, karena bulan suci yang mulia ini hanya ada sekali dalam setahun dan akan bertemu kembali di bulan Ramadan tahun depan. Itu pun jika usia masih diberikan oleh Sang Pencipta. Tak dimungkiri kebahagiaan menyapa, karena akan menyambut hari raya besar umat Islam yaitu idul fitri. Buat para perantau yang sudah lama pergi meninggalkan kampung halaman, idul Fitri sangat dinantikan dan mudik pun telah menjadi tradisi bangsa Indonesia sejak zaman dahulu.

Semua umat muslim banyak memburu pahala di bulan suci nan mulia. Dari mulai remaja hingga orang tua. Ada yang ingin khatam Al-Quran berkali-kali, ada yang bersedekah untuk anak yatim dan fakir miskin, ada yang memberikan makanan untuk berbuka dan sahur secara gratis. Hal tersebut dilakukan oleh individu ataupun berjamaah.

Tak hanya itu, terkadang ada yang menyengaja untuk itikaf di masjid, hanya untuk berburu malam Lailatul Qadar. Seperti halnya yang dilakukan oleh Rosulullah SAW dan para sahabat di waktu dulu. Mereka sangat konsen dengan waktu-waktu yang dianjurkan. Saat ini pun demikian, setiap orang berusaha untuk melakukan amal baik dalam rangka mengharap pahala dan ridho-Nya. Semuanya berlomba untuk menyucikan jiwa. Setiap insan meleburkan diri bersama indahnya bulan Ramadan.

Begitu dahsyatnya bulan Ramadan, apalagi disepuluh malam terakhir. Ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam diturunkannya Al-Qur’an ke langit dunia oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril as. Kemudian diberikan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Maka, siapa yang bisa mendapatkan malam tersebut dialah orang yang sangat beruntung. Malam itu sangat dirahasiakan oleh Allah SWT hanya tanda-tandanya saja yang dikabarkan pada manusia khususnya umat muslim. Semua itu hanya untuk menguji hamba-hamba-Nya yang akan turut serta meraih malam itu, alam pun menyambutnya dengan hidmat. Semoga kita menjadi salah satu orang yang akan mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Pada bulan Ramadan umat muslim melakukan puasa dimulai dari adzan subuh hingga adzan magrib. Setiap orang harus menahan napsunya, menahan diri dari perbuatan yang akan membatalkan puasa itu sendiri. Sebab akan sia-sia jika kita hanya mendapatkan haus dan lapar saja. Tentu kita menginginkan pahala lebih dari sekedar menahan rasa lapar dan haus. Pahala yang berlipat dari setiap amal baik yang kita kerjakan dan akan kita tuai kelak di akhirat. Betapa banyak manusia hanya mendapatkan rasa haus dan lapar saja. Sementara amal baik lainnya hilang bagai debu yang tertiup angin dikarenakan rusaknya amalan pada bulan Ramadan.

Rusaknya amalan tersebut bisa terjadi dari diri kita sendiri ataupun dari luar diri sendiri dengan pancingan orang lain. Sebagai
contoh tindakan yang akan merusak amalan puasa kita yaitu, menggibah bersama teman atau tetangga, mencuri, ijtima siang hari bagi pasangan suami istri, berzina, berkelahi, menonton konten pornografi, dan perbuatan maksiat lainnya. Semuanya hanya akan mengantarkan pada kesia-siaan puasa.

Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya tersebut, kecuali hanya rasa lapar dan dahaga saja.” (Hadis riwayat Ath-Thabrani).

Ramadan adalah bulan yang suci dan mulia, maka dari itu sudah selayaknya kita umat muslim menjadikan bulan Ramadan ini adalah momentum untuk mengubah diri menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Tidak hanya itu, kesucian dan kemuliaannya pun bisa menjadikan kita terus berbenah dan melatih diri untuk tetap istiqamah dalam kebaikan. Sehingga, bulan Ramadan ini bisa melebur bersama jiwa, kesucian dan kemuliaannya pun bukan hanya disematkan pada bulannya saja melainkan tersemat pula pada kita sebagai jiwa-jiwa yang terus menyulam kebaikan untuk menuju kematian yang husnul khatimah.

Siti Ningrum–Sukabumi Jawa Barat

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here