Opini

Apa Urgensitas Penamaan Jalan Ataturk?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Niqi Carrera

wacana-edukasi.com– Beredarnya wacana nama Mustafa Kemal Ataturk menjadi nama jalan di Jakarta Pusat menuai protes sejumlah kalangan muslim di Indonesia. Penamaan jalan di daerah Menteng ini disebut sebagai upaya resiprokal atas dijadikannya nama Ahmet Soekarno sebagai nama jalan di Ankara, Turki.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria menyatakan pemberian nama jalan dengan tokoh Turki adalah bentuk kerjasama kedua Negara. Apakah benar penamaan tersebut hanya sekedar untuk mempererat hubungan kedua Negara? Apa urgensitas penamaan jalan Mustafa Kemal Ataturk?

Protes dari Tokoh

Tiar Anwar Bachtiar, Sejarawan dari Universitas Indonesia mengatakan tidak mempermasalahkan rencana pergantian nama salah satu jalan di Jakarta dengan nama tokoh Turki. Namun, dia tidak sepakat jika nama Mustafa Kemal Ataturk akan digunakan untuk nama jalan di Indonesia. Pasalnya Ataturk ini bagi sebagian penduduk Turki dianggap sebagai pahlawan. Tapi sebagian lainnya menganggapnya sebagai tokoh antagonis yang penuh intrik karena sudah menghancurkan Khilafah (liputan6.com).

Protes juga datang dari Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas. Menurut Anwar, sosok tersebut adalah tokoh yang sudah mengacak-acak ajaran Islam dan melakukan hal yang bertentangan dengan sunah. Ataturk ingin menjadikan Turki maju dengan cara menjauhkan rakyat Turki dari Islam. Dia juga tidak percaya bahwa Islam bisa menjadi solusi dan membuat Turki maju. Tokoh sekuler tersebut dianggap MUI sebagai orang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan.

Anwar melanjutkan, apabila Indonesia tetap menjadikan nama Mustafa Kemal Ataturk sebagai nama salah satu jalan di Jakarta, maka akan sangat menyakiti hati umat Islam. Karena Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila sila pertama.

Sejalan dengan MUI, Ketua DPW PKS DKI Jakarta, Khoirudin juga mengusulkan pemerintah mengkaji ulang rencana penggantian nama jalan tersebut. Mengingat rekam jejak Ataturk yang diktator, melarang pemakaian jilbab di tempat tertentu, mengganti adzan dengan bahasa lokal bahkan merubah masjid Hagia Sophia menjadi museum (news.detik.com).

Profil Mustafa Kemal Ataturk

Presiden pertama Turki ini lahir di Thessaloniki, Yunani pada 12 Maret 1881 dan meninggal di Istana Dolmabahce, Istanbul, Turki pada 10 November 1938. Ia diberi nama Mustafa oleh ayahnya, Ali Riza Efendi (Wikipedia.com).

Menurut Arnold Toybee, darah Yahudi mengalir pada nasab Mustafa. Hal ini bisa diketahui dari tempat kelahirannya. Salonika adalah tempat orang yahudi tinggal saat ditimpa cobaan dan diasingkan. Mereka biasa menyembunyikan keyakinan sebenarnya dan berpura-pura menjadi seorang muslim. Namun, tabiat dan karakter, postur tubuh juga warna Mustafa menunjukkan kedekatan pengaruh Yahudi padanya. Yahudi Dunamah sangat bangga pada Mustafa dan yakin bahwa dia adalah bagian dari mereka. Hal in juga dibuktikan dengan penentangannya terhadap Islam ketika ia berkuasa (kalam.sindonews.com).

Pada usia 12 tahun, ia masuk ke sekolah militer di Bitola. Disanalah dia mendapat nama tengah Kemal (baca: kesempurnaan) dari guru matematikanya atas kecerdasan akademiknya. Tahun 1895 Mustafa Kemal melanjutkan ke akademi militer di Manastir. Selanjutnya tahun 1905 dia hijrah ke Damasakus dengan pangkat Letnan. Lalu bergabung dengan kelompok Vatan ve Hürriyet (Tanah Air dan Kemerdekaan). Sejak saat itu menjadi penentang aktif Kesultanan Ustmaniyah.

Mustafa Kemal diketahui sebagai tokoh boneka Inggris untuk menggalang dukungan dari dalam negeri . Tujuannya agar kaum muslimin rela berubah menjadi Turki modern yang sekuler sebagaimana keinginan Inggris dan sekutunya. Lebih parahnya lagi, ia menjadi tokoh terdepan dalam hal menghilangkan jejak Islam dan Khilafah selamanya.

Dengan membaca biografi singkatnya, sudah telihat bahwa Mustafa Kemal adalah tokoh yang menjadi simbol sekulerisme. Perannya dalam meruntuhkan Kekhilafahan Islam tidak dapat dimaafkan.
Dari catatan kelamnya, maka patut dipertanyakan mengapa nama tokoh Mustafa Kemal yang diusulkan untuk menjadi nama jalan? Bukankah ada banyak tokoh dari Turki yang harum namanya. Seperti Sultan Al Fatih, Sulaiman Al Qanuni, Sultan Abdul Hamid, dan lain sebagainya.
Upaya ini ditengarai sebagai pengokohan sekulerisme di Indonesia. Promosi sekulerisme terus digencarkan agar ideologi kapitalisme semakin menancap kuat di Negara mayoritas muslim ini. Orang-orang kafir melalui agen-agennya akan senantiasa menutup celah kebangkitan Islam dengan sekulerisme ini.

Sekulerisme Wajib Dibuang

Menurut Ensiklopedi Islam, sekularisme adalah suatu aliran atau sistem doktrin dan praktik yang menolak segala bentuk yang diimani dan diagungkan oleh agama atau keyakinan harus terpisah sama sekali dari masalah kenegaraan (urusan duniawi).

Sekularisme merupakan akar dari liberalisme yang dipaksakan masuk ke Indonesia melalui proses penjajahan. Khususnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Prinsip sekuler telah tercantum dalam UUD Belanda tahun 1855 ayat 119 yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama, yakni tidak memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama (Suminto, 1986:27)(news.detik.com).

Dampak sekulerisme dari aspek individu akan menggiring seseorang untuk berpikir dan berperilaku secara bebas. Bebas dari nilai adat ketimuran, sosial juga agama. Kebebasan inilah yang menjadi biang keladi munculnya bebagai kemaksiatan, kriminalitas dan kerusakan yang semakin meluas. Maka tak heran, setiap hari jumlah dan variasi tindak kejahatan di negeri ini terus merangkak naik.

Sekulerisme dari apek politik dan pemerintahan jauh lebih berbahaya. Karena menempatkan materialisme pada posisi teragung. Sehingga kebijakan politik sebuah Negara bisa diatur sesuai pesanan. Keimanan tak lagi menjadi pemimpin. Wajar jika kasus korupsi sudah menjadi budaya yang mendarah daging di negeri ini. Halal haram bukan lagi standar. Padahal seharusnya agama dan politik tak terpisahkan.

Para ulama Indonesia jauh-jauh hari sudah melakukan upaya untuk membentengi bangsa ini dari sekulerisme. Pada tahun 2005, MUI mengeluarkan sebuah fatwa menentang alias mengharamkan pluralisme agama, liberalisme dan sekulerisme (SIPILIS).

Islam sebuah ajaran yang utuh dan praktis dalam kehidupan pribadi, berakhlak, bertetangga, bermasyarakat, hingga bernegara. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, masuk Islam lah kalian secara kâffah (totalitas), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” QS Al-Baqarah (2): 208.

Maka marilah menjadikan sekulerisme sebagai musuh islam. Dan mendukung para ulama untuk menolak tegas sekulerisme. Islam dan sekulerime selamanya tidak akan pernah bersatu. Sepatutnya juga menolak penamaan jalan Ataturk, sebagai simbol sekulerisme.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 7

Comment here