Opini

Akibat Salah Ambil Kebijakan, Menjadi Malapetaka

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Emmy Emmalya (Pegiat Literasi)

Wacana-edukasi.com — Berita tentang penambahan pasien yang terinfeksi virus Covid-19 terus terjadi setiap harinya. Bahkan rumah sakit di beberapa daerah sudah mulai penuh.
Beberapa daerah kota dan kabupaten sudah menjadi zona merah.

Bahkan depok ditetapkan sebagai wilayah siaga satu oleh gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil karena sudah 4 kali PSBB berturut-turut berada dalam zona merah (Tv.Beritasatu, 60/01/20).

Apalagi baru-baru ini satuan tugas penanganan covid-19 menyatakan pandemi coronavirus di Indonesia masuk dalam kondisi darurat. Hal ini dikarenakan ketersediaan tempat tidur di ruang isolasi dan Intensive Care Unit (ICU) sudah terbatas. Juru bicara satgas covid-19 Wiku  Adisasmito, menjelaskan jika dilihat secara nasional ruang ICU dan isolasi bagi pasien coronavirus sangat mengkhawatirkan.

Di beberapa daerah, sambung Wiku, keterisian tempat tidur untuk ICU dan isolasi sudah melebihi 70 persen. Kondisi ini terpantau pada 2 Januari 2021. “Ini di antaranya terjadi di DKI Jakarta, Banten, DIY, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah,” ujar Wiku saat jumpa pers, Selasa (5/1/2021).

Dilansir dari kompas.com,  Wiku mengingatkan jika ruang ICU dan isolasi ditambah, bukan berarti masalah teratasi. Penambahan ruang perawatan harus diikuti dengan tenaga kesehatan. Namun, saat ini jumlah tenaga kesehatan juga terbatas, apalagi sampai saat ini sebanyak 237 dokter wafat dan tren kematian tenaga kesehatan akibat coronavirus terus meningkat sejak bulan Oktober, dan yang tertinggi pada Desember 2020.

Bahkan menurut IDI Indonesia menjadi negara nomer lima dalam hal kematian para tenaga kesehatan (CNNindonesia, 02/02/20).

Kondisi ini sangat mengkawatirkan kita semua karena untuk mengganti peran dokter bukanlah perkara yang mudah, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melahirkan para dokter.

Ditambah lagi sekarang ditemukan strain baru coronavirus dari Inggris yang dikenal dengan virus B117, dimana kemampuan menularnya 10x lipat dari varian corona lama.

Dengan adanya strain baru ini menambah kekhawatiran warga Indonesia, karena untuk mengatasi coronavirus strain lama saja negara kita belum bisa menangani apalagi ditambah dengan penemuan strain baru ini.

Sebenarnya hal ini yang dikhawatirkan oleh para ahli epidemologi, sejak pertama kali virus ini ditemukan di Indonesia. Akan tetapi masukan dari para ahli tidak ditanggapi dengan serius oleh pemangku negeri ini.

Hanya karena alasan ingin menaikkan perekonomian Indonesia lewat pariwisata, seakan-akan pemerintah tega membiarkan coronavirus ini menginfeksi satu persatu rakyatnya. Hingga virus ini kini bagaikan bola liar tak terkendali arahnya.

Apa Penyebab Virus ini Tak Terkendali?

Seperti kita ketahui bersama, ketika awal-awal virus ini ditemukan di Indonesia yaitu pada tanggal 2 maret 2020, pemerintah tidak segera mengambil kebijakan lockdown dengan melakukan penutupan seluruh bandara agar tidak menerima warga negara asing ke Indonesia.

Di saat itu, pemerintah malah menggiatkan sektor pariwisata, seperti pernyataan yang di sampaikan presiden pada waktu itu yaitu agar Indonesia mengiatkan sektor pariwisata karena di tahun 2019 pariwisata di Indonesia menurun akibat kenaikan tiket pesawat (Kompas, 27/09/20).

Inilah awal malapetaka terjadi, karena ketidaktepatan pemerintah mengambil kebijakan akhirnya pergerakan virus ini tak bisa dikendalikan hingga saat ini.

Bahkan Dokter di AS menyebut penyebaran coronavirus di Indonesia tak terkendali. Hal ini terungkap ketika ia melakukan sesi tanya jawab di akun Twitter miliknya @FaheemYounus. ( Suara.com. 5/01/2021)

Kepala penyakit menular di Universitas Maryland ini menyampaikan bahwa : sikap pemerintah sangat menentukan situasi pandemi.

“Artinya penyakit ini tidak terkendali dan kalian butuh kepemimpinan yang tulus, pesan publik yang jelas dan memastikan kepatuhan publik terhadap tindakan pencegahan,” tulisnya.

“Jangan berharap waktu untuk memperbaikinya, tindakan kita yang akan menghancurkan pandemi ini.”

Oleh karena itu, dengan keadaan darurat seperti ini sudah saatnya pemerintah bertindak cepat dan tepat dalam menangani pandemi ini, agar tidak semakin bertambah korban yang berjatuhan.

Semua kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lepas dari sistem yang diberlakukan hari ini yaitu sistem kapitalisme. Dalam sistem ini tidak mengenal istilah makan siang gratis maka roda perekonomian harus terus berputar. Setiap kebijakan yang berlaku harus mengikuti para pemilik modal yaitu para pengusaha yang membiayai ongkos politik para pemangku kebijakan saat ini.

Maka wajar setiap kebijakan yang diberlakukan oleh negara selalu memihak pada para pemilik modal bukan pada rakyat.

Apabila pemerintah menutup pariwisata maka tentu pemilik destinasi-destinasi itu akan merugi dan ini akan berdampak buruk bagi perusahaan mereka. Oleh sebab itulah mengapa pemerintah tetap bersikeras untuk tetap membuka sektor pariwisata di tengah pandemi.

Islam Dalam Menangani Pandemi

Islam merupakan ajaran yang sempurna, ketika terjadi wabah di suatu daerah Islam sudah mengajari agar segera mengkarantina daerah yang terinfeksi penyakit, sehingga daerah lain tidak akan tertular dan akitivitas publik bisa tetap berjalan seperti biasa. Dengan kebijakan seperti ini penyebaran wabah tidak akan semakin meluas.
Hal ini pernah dilakukan oleh Umar bin khattab ketika terjadi wabah tho’un di wilayah daerah amawas, Syam.

Dalam kondisi seperti saat ini, seharusnya pemerintah segera melakukan peningkatan testing dengan cara gratis pada seluruh rakyatnya sehingga bisa segera dilakukan pemetaan penyebaran wabah. Dananya bisa diambil dari hasil sumber daya alam yang berlimpah yang dimiliki Indonesia. Aset-aset negara yang dimiliki oleh asing harus segera ditarik kembali.

Setelah dipetakan segera lakukan tracing di suatu wilayah yang terpisah dari rakyat yang sehat. Dilanjutkan dengan maintenance terhadap masyarakat yang terinfeksi dengan pelayanan kesehatan yang terbaik.

Fokus dan serius menangani pandemi ini maka permasalahan yang lain pun akan ikut terurai. Satu hal lagi, semua kekacauan dalam penanganan semua permasalahan saat ini penyebab satu-satunya bukan karena pandemi tapi buruknya penanganan di semua sektor kehidupan. Artinya ini adalah masalah sistem, maka yang segera harus diganti adalah sistem yang diberlakukan hari ini dan hanya sistem Islam dengan bingkai khilafah yang memiliki solusi bagi seluruh problematika manusia.

Oleh karena itu mari bersegera untuk memperjuangkan sistem tersebut karena disanalah letak keridhoaan sang pemilik alam semesta akan di dapat. Wallahu’alam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here