Oleh Rochma Ummu Arifah
Wacana-edukasi.com– Pandemi yang menghantam dunia, termasuk Indonesia, menghantarkan pada banyak sekali akibat. Salah satunya dalam bidang ekonomi. Sejumlah bisnis ikut terhantam bahkan terhempas akibat pandemi ini.
Saat ini, gadget memudahkan setiap orang untuk mencari dan mendapatkan berbagai macam informasi dan berita. Misalnya mengenai kemiskinan. Kita akan sangat mudah menemukan berita bagaimana seseorang atau beberapa orang dengan tingkat ekonomi yang pas-pasan. Kisah sekeluarga yang hidup di atas pohon rambutan karena tak memiliki rumah. Hal ini sudah terjadi selama lima tahun (metrotvnews.com/5 Oktober, 2021).
Atau di Youtube, mudahnya kita menemukan sejumlah dermawan atau orang yang berbagi sejumlah uang tertentu dengan pedagang-pedagang yang ada di pinggir jalan. Sejumlah pedagang mengeluhkan jualannya yang tak kunjung laku walau sudah menjajakan dagangan sejak pagi. Kemudian, ada pihak lain yang memberikan beberapa lembar uang merah yang sontak saja membuat pedagang tersebut sangat bahagia bahkan menangis terharu. Seakan mendapatkan kebahagiaan yang menyapu bersih kesedihan karena kemiskinannya.
Atau tak lama berselang, ada video viral yang memperlihatkan seorang bapak yang membeli sebungkus nasi di toko nasi padang dengan hanya membawa uang lima ribu rupiah saja. Kemudian videonya menjadi viral dan berbuah pada donasi netizen yang memberikan uang sebanyak 100 juta padanya (www.suara.com/31 Juli, 2021). Selain ini, kita tentu akan sangat mudah untuk menemukan video yang menggambarkan tentang kemiskinan yang melanda segelintir manusia yang tinggal di negeri ini.
Di lain sisi, ada kehidupan gemerlap yang dipertontonkan oleh sebagian orang. Ada sejumlah Youtuber yang dikenal banyak orang karena aksi pamer hartanya. Beli makanan seharga ratusan juta. Beli mainan dengan harga yang fantastis.
Sebagian kehidupan artis yang diungkap memiliki gaya hidup jetset. Misalnya, artis memakai sandal jepit seharga 2.5 juta rupiah. Baju seharga belasan atau puluhan juta rupiah. Tas seharga ratusan juta rupiah. Atau deretan mobil yang terparkir di halaman rumah dengan total nominal yang sangat fantastis.
Inilah realitas kehidupan yang ada sekarang ini. Memang sejatinya sudah menjadi satu sunatulloh adanya manusia yang kaya dan di sisi lain, ada manusia yang miskin. Sejak dahulu kata hal ini sudah dapat ditemukan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Hud ayat 6 yang artinya berbunyi, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
Ayat ini menjelaskan bahwa memang Allah-lah yang menentukan dan memberikan rezeki kepada makhluk-Nya. Dan inilah tentu dengan kadar masing-masing yang berbeda.
Gaya hidup hedonis menjadi salah satu ciri khas dari kehidupan di masa kapitalis. Gaya hidup ini memperlihatkan kehidupan yang serba mewah dengan bergelimpangan harta.
Walaupun sudah ada ketentuan mengenai pemberian rezeki kepada setiap makhluk Allah, tetap saja, pengaturan manusia dalam kehidupannya memberikan pengaruh mengenai tingkat kekayaan dan kemiskinan manusia.
Dalam sistem kapitalisme, orang yang kaya memiliki kesempatan lebih besar untuk menambah kekayaannya. Karena memiliki modal dalam mengembangkan kekayaannya. Sebaliknya, si miskin akan tetao berada dalam kemiskinannya karena tidak adanya pengaturan mengenai penyebaran kekayaan yang merata kepada manusia.
Terlebih, dikenal istilah kemiskinan struktural selain dari kemiskinan individu. Kemiskinan struktural ini dialami karena struktur sosial masyarakat yang menyebabkan kesulitan mengembangkan harta karena memang tidak memiliki harta. Bagaimana bisa mengembangkan harta jika memang tidak memiliki harta.
Ranah ekonomi menjadi salah satu ranah yang menjadi pengaturan dalam Islam. Ada sejumlah syariat yang mengatur mengenai masalah ekonomi ini. Dalam Islam, ekonomi berkaitan dengan pemasukan harta dan distribusinya. Pemasukan harta berkaitan tentang bagaimana negara memperoleh harta sedangkan distribusinya mengatur bagaimana negara memiliki mekanisme menyebarkan harta ke setiap individu rakyat.
Distribusi kekayaan ini berkaitan dengan mekanisme Islam yang mengatur setiap individu untuk mendapatkan harta. Negara memberikan perhatian yang besar mengenai hal ini. Sebut saja pengaturan distribusi harta untuk zakat. Telah ditentukan delapan asnaf penerima zakat. Sehingga, zakat akan disebarkan kepada delapan golongan ini.
Dalam distribusi harta, Islam menggariskan pemerataan dan jaminan kepastian mendapatkan harta bagi setiap individu rakyat, baik muslim dan ahlu dzimmah. Bukan hanya bermain pada angka-angka non real mengenai pertumbuhan ekonomi rakyat. Dengan ini memang diharapkan negara mampu untuk memenuhi kebutuhan mendasar rakyatnya. Serta ada pemerataan kekayaan dalam masyarakat. Tak seperti saat ini, di mana jurang perbedaan antara si miskin dan si kaya semakin melebar. Wallahu ‘alam bishowab.
Views: 47
Comment here