Oleh: Dewi Royani,M.H. (Akademisi dan Pegiat Literasi)
Dunia menyaksikan babak terbaru dari konflik berdarah antara dua kekuatan nuklir Asia Selatan,Pakistan dan India.Di tengah dentuman rudal dan bom, sebuah ironi pahit mengemuka. Salah satu kekuatan militer terbesar di dunia Islam menghabiskan darah dan hartanya dalam konflik teritorial warisan kolonial, sementara saudara seiman di Palestina terus menderita tanpa pembelaan berarti.
Dikutip dari tempo.co (11/5/2025),konflik bersenjata antara India dan Pakistan kembali memanas setelah India melancarkan serangan rudal ke berbagai lokasi di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan pada Rabu pagi, 7 Mei 2025. Beberapa kota, yaitu Bahawalpur, Muridke, Bagh, Muzaffarabad, dan Kotli, diguncang ledakan dalam serangan ini. Konflik ini merupakan eskalasi dari kejadian sebelumnya, yaitu serangan bersenjata di Lembah Baisaran, Pahalgam (wilayah Kashmir di bawah kendali India) pada tanggal 22 April 2025, yang mengakibatkan 26 korban jiwa, sebagian besar di antaranya adalah wisatawan. Setelah serangan terjadi, India melontarkan tuduhan kepada Pakistan sebagai pihak yang bertanggung jawab. Lebih lanjut, India menuding negara tetangganya itu aktif memberikan dukungan kepada kelompok militan bernama The Resistance Front (TRF). Menurut klaim India, TRF mampu beroperasi karena adanya bantuan logistik dan perlindungan yang diberikan oleh pihak Pakistan.
Akar Masalah Konflik India-Pakistan
India dan Pakistan merupakan dua negara yang memiliki sejarah panjang dan kompleks. Konflik bersenjata antara India dan Pakistan bukanlah hal baru.Konflik ini telah berlangsung selama tujuh dekade lebih dan dianggap sebagai salah satu konflik geopolitik yang paling kompleks di era modern. Konflik ini, berpusat pada sengketa wilayah Jammu dan Kashmir, Wilayah pegunungan ini menjadi sumber perselisihan sejak India dan Pakistan meraih kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Inggris pada tahun 1947.
Situasi Jammu dan Kashmir menjadi rumit saat kedua negara merdeka. Meskipun mayoritas populasinya Muslim, wilayah tersebut berada di bawah kepemimpinan seorang Maharaja Hindu, Hari Singh.Ketika kelompok-kelompok bersenjata yang disokong oleh Pakistan melancarkan aksi infiltrasi, Maharaja Hari Singh mengatasinya dengan meminta bantuan militer India. Sebagai timbal baliknya, ia menandatangani Perjanjian Aksesi, sebuah langkah yang menyatukan Kashmir ke dalam wilayah India, dan peristiwa penting ini secara langsung menyulut konflik senjata pertama antara India dan Pakistan yang berlangsung dari tahun 1947 hingga 1948.
Konflik ini telah memicu tiga kali perang besar dan terus membayangi hubungan kedua negara tersebut. Pada masa Perang dingin, India didukung oleh Uni Soviet, sementara Pakistan mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan China. Perang India-Pakistan kini menjadi arena uji coba alutsista.China, sebagai salah satu pemasok alutsista utama Pakistan, memiliki kepentingan untuk mengamati dan menganalisis kinerja jet-jet tempur serta rudal-rudal buatannya yang digunakan oleh Pakistan dalam menghadapi kekuatan militer India. Di sisi lain,Rusia mengamati bagaimana sistem pertahanan udara mereka bekerja dalam operasional militer India. Israel, sebagai sekutu pertahanan India, juga turut memperhatikan situasi ini. Setelah serangan tanggal 22 April, para pemimpin tinggi Amerika Serikat, termasuk Presiden Donald Trump, menyatakan dukungan kepada India, meskipun tidak secara eksplisit menuduh Pakistan.
Namun, di tengah konflik yang berkepanjangan ini, muncul pertanyaan mendasar,ke mana arah kekuatan militer Pakistan yang seringkali disebut sebagai salah satu yang terkuat di dunia Islam?
Kekuatan Militer Pakistan
Kekuatan militer Pakistan tercatat memiliki potensi yang besar, baik dari jumlah personel yang dimiliki maupun kecanggihan persenjataannya. Berdasarkan data yang dikutip dari googstats.com 8/5/2025, Global Firepower Index tahun 2025 merilis peringkat kekuatan militer dunia, di mana militer Pakistan menduduki posisi 12 teratas sebagai yang terkuat di dunia, dengan perolehan indeks kekuatan sebesar 0,1572.Untuk menjaga kedaulatan negara, Pakistan memiliki 654.000 personel aktif, kekuatan udara yang terdiri dari 1.364 unit termasuk 331 helikopter dan 357 pesawat tempur, serta alutsista darat berupa kendaraan bersenjata 17.516 unit, Self-Propelled Artillery (SPA) 662 unit, peluncur roket bergerak 600 unit. Armada laut Pakistan memiliki total 121 unit terdiri dari 9 fregat , 8 kapal selam. Untuk senjata nuklir,meskipun rincian nuklirnya tidak pernah diungkapkan secara resmi, diperkirakan Pakistan memiliki lebih dari 170 hulu ledak nuklir. Anggaran militer. Pakistan tercatat sebesar US$7,64 miliar atau sekitar Rp126 triliun.
Terhalang Sekat Nasionalisme
Pakistan memiliki kekuatan militer yang signifikan di kancah global. Potensi ini semestinya dapat dimanfaatkan untuk membela saudara-saudara Muslim di Palestina yang tengah dijajah. Sejarah mencatat sepak terjang militer Pakistan dalam berbagai konflik internasional. Namun ironisnya, mengapa militer Pakistan tidak mengarahkan senjatanya untuk membantu Palestina? Mengapa mereka lebih memilih terjebak dalam kepentingan nasionalisme yang sempit, sementara saudara seiman mereka menderita di bawah penjajahan? Mengapa seruan pertolongan warga Gaza seolah-olah terbentur tembok tebal?
Jawabannya terletak pada sistem kapitalisme dan belenggu nasionalisme yang mencengkeram erat negara-negeri-negeri muslim. Belenggu nasionalisme berhasil memecah belah persatuan umat Islam. Selama umat masih terkotak-kotak dalam batas-batas negara bangsa,kesetiaan dan tindakan nyata untuk membela saudara seiman hanyalah angin lalu. Padahal solusi nyata untuk permasalahan Palestina membutuhkan sebuah persatuan umat dengan satu ideologi yang sempurna ,yaitu ideologi Islam.
Palestina Wajib Dibela
Allah Swt. memerintahkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an untuk membela kaum Muslim yang tertindas, Allah Swt. berfirman:
“Perangilah oleh kalian di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas….”(QS Al-Baqarah [2]: 190
Umat Islam, terutama para pemimpinnya, memiliki kewajiban untuk memberikan pertolongan kepada saudara seiman yang sedang kesulitan atau terancam. Sikap ini merupakan implementasi dari perintah Allah Swt. sebagai bentuk persaudaraan diantara kaum Muslimin.
“Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, maka kalian wajib memberikan pertolongan.” (QS Al-Anfal [8]: 72).
Lebih dari itu, umat Islam membutuhkan kepemimpinan yang mampu menyatukan kekuatan mereka, menjaga kehormatan,melindungi jiwa mereka dan kemuliaan Islam di seluruh dunia. Pemimpin yang akan menjadi pelindung bagi kaum seluruh kaum muslim. Rasulullah saw. bersabda:
”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan
berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’Alayh dll.)
Oleh karena itu, perang India-Pakistan, dengan segala kerumitannya, tidak seharusnya membuat umat Islam melupakan tanggung jawab mereka terhadap penderitaan saudara-saudara muslim di Palestina. Potensi kekuatan militer Pakistan, jika digunakan dengan benar dapat menjadi harapan bagi kemerdekaan Palestina. Namun untuk mewujudkannya dibutuhkan kesadaran, persatuan umat, dan kepemimpinan global yang berani yakni di bawah kepemimpinan Khilafah Islamiyyah. [WE/IK].
Views: 0
Comment here