Opini

Tontonan Menjadi Tuntunan

Bagikan di media sosialmu

Oleh. Ummu Riri (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com, OPINI–Media sosial menjadi santapan lezat bagi semua kalangan, bukan hanya generasi Z bahkan generasi X pun gemar berselancar di media masa. Bagaimana tidak, konten-konten menarik seperti resep masakan, rumus matematika, dunia otomotif hingga konten yang dinilai tak memiliki manfaat apapun selain kesenangan duniawi tersedia dengan apik. Para konten creator berlomba-lomba membuat konten menarik untuk mendapatkan like dan penonton yang banyak. Dengan adanya persaingan para konten creator mereka bisa membuat konten apapun asalkan menarik perhatian, tetapi tidak mempertimbangkan nilai-nilai di dalamnya.

Media masa menyajikan berbagai informasi terupdate yang dikemas menarik sehingga memanjakan para penggunanya. Konten yang menyasar kepada generasi muda kerap kali bernilai hedonisme yang tak seharusnya ditonton dan diikuti oleh generasi muda. Tak ada sehari pun bagi generasi muda tanpa membuka media sosial, menonton konten menjadi sebuah keharusan sehingga konten menjadi tontonan yang kemudian menjadi tuntunan. Lantas apakah konten-konten saat ini layak menjadi tuntunan bagi generasi muda?

Tidak Siap Menghadapi Teknologi Maju

Pada kenyataannya konten yang tersedia di media sosial tidak menjadikan generasi yang maju. Justru sebaliknya, konten-konten ini menjadikan generasi yang lemah. Beberapa hari lalu viral siswa sekolah menengah tidak bisa membaca dan berhitung. Namun, dilihat dari cara berpenampilan dengan riasan berlebihan sungguh tidak bisa dianggap seperti pelajar. Hal ini menunjukan bahwa prioritas bagi mereka para siswa bukan tentang belajar, melainkan hedonistik yang dicontohkan oleh influencer favoritenya.

Pergaulan mereka pun dikendalikan oleh sesuatu yang viral lewat media sosial. Generasi ini tidak memiliki pedoman yang pasti sehingga akan menjadi tidak stabil dalam berperilaku. Konten yang rusak kemudian memengaruhi cara berpikir dan cara bersikap generasi, lebih jauh dari itu konten keseharian yang menampilkan gaya hidup akan merusak keimanan seseorang bila tidak dilandasi oleh Islam, sehingga lahirlah generasi yang rapuh.

Seiring berjalannya waktu ilmu terus berkembang, kemajuan teknologi pun tidak dapat dihindari. Teknologi memudahkan banyak kalangan dan profesi, termasuk bagi pelajar. Akses yang mudah dan cepat sangat menguntungkan. Namun, teknologi maju bisa menjadi bencana bagi siapapun yang tidak siap menggunakannya secara bijak. Begitu luasnya dunia media masa paparannya pun beragam, bagi generasi muda konten negatif seperti pornografi, judi online, pinjaman online, bullying dan moderasi bisa menjadi bencana.

Kemajuan teknologi menunjukan kemajuan ilmu dan seharusnya menjadi kemajuan bagi generasi muda. Mereka dengan mudah mengembangkan diri dengan mengakses konten dan berita edukatif dengan jari jemarinya, sekaligus mereka juga bisa menghancurkan masa depannya dengan satu sentuhan di layar handphonenya. Begitu mudahnya akses ini didapat, tetapi tidak ada pengawasan dari negara yang mengakibatkan generasi tergerus masa depannya.

Sebagai contoh konten mengandung unsur pornografi yang dikemas oleh film layar lebar dan diiklankan secara terbuka sehingga siapa saja bisa melihatnya karena diiklankan besar-besaran. Hal yang nyata terlihat dan bisa dengan cepat dinilai tidak layak. Namun, tidak bisa dengan cepat dihentikan. Seharusnya ada pengawasan dari pembuat kebijakan dalam penayangan konten yang mengandung unsur pornografi. Pembuat kebijakan sangat mampu memblokir situs-situs porno dan melarang penayangan film yang memiliki unsur pornografi.

Begitu juga dengan judol dan pinjol, iklan judol dan pinjol sangat masif di media sosial, berapa pun usia dan apapun latar belakang pengguna media sosial akan mendapatkan iklan dan tawaran pinjol dan judol yang sangat menggiurkan. Sangat lucu karena negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, tetapi dengan gamblang mengiklankan hal yang sudah jelas keharamannya, sehingga teknologi berada diantara kebutuhan dan kerusakan.

Dengan fakta yang ada saat ini, masyarakat jelas tidak bisa menghindari kemajuan teknologi yang ada. Kecepatan pengembangan teknologi tidak sebanding dengan kesiapan para penggunanya, sehingga teknologi menjadi kebutuhan yang bisa merusak pengguna kapan saja. Maka, seharusnya kemajuan teknologi harus berbanding lurus dengan kemajuan cara berpikir dan berperilaku seseorang, teknologi juga harus bisa menjadi pendukung bagi kemajuan generasi bukan sebaliknya merusak generasi.

Teknologi dalam Islam

Dalam Islam pendidikan berperan strategis dalam memajukan sebuah bangsa, dalam sejarah tercatat kemajuan dunia termasuk juga kemajuan negeri Barat berasal dari dunia Islam. Menurut Montgomery Watt dalam bukunya yang berjudul Influence of Islam on Medieval Europe (1994) ia menuliskan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi motornya, kondisi Barat tidak akan ada artinya.

Kemajuan pendidikan dalam dunia Islam telah diakui oleh negara Barat sekalipun, kontribusi para ilmuan dalam kemajuan teknologi amatlah besar. Islam sangat menghargai dan mengaplikasikan ilmu untuk pembangunan dunia yang kemudian bermanfaat sampai detik ini. Yang luar biasanya dalam dunia Islam kemajuan teknologi dan ikmu diiringi dengan kemuliaan derajat dan martabat manusia. Teknologi beriringan dengan masyarakat beradab yang memiliki akhlak terpuji serta ketakwaan yang tinggi. Ini menunjukan bahwa manusia sebagai hamba Allah yang berakal dan terpuji.

Ironinya saat dunia Islam terpuruk, realitas ini berbanding terbalik dengan pesatnya kemajuan teknologi Barat . Sehingga kaum muslim tersilaukan dengan kemajuan Barat yang dipromosikan secara masif, Barat mengembangkan ilmu dan teknologi dengan genggaman sekularisme (paham yang meniadakan agama dalam kehidupan). Kemajuan teknogi barat membuka lubang yang amat besar bagi permasalahan umat hingga saat ini. Barat dianggap sebagai pusat teknologi yang harus diikuti supaya umat tidak tertinggal. Namun, kenyataannya perbedaan Barat tidak sama dengan Islam.

Peradaban Islam yang kuat dengan menerapakan akidah Islam sebagai pondasi kemajuan teknologi membangkitkan manusia menjadi hamba yang terpuji. Berbeda dengan peradaban Barat yang menjunjung tinghi kebebasan dalam perkembangan teknologi, hingga melahirkan manusia yang apatis, egoistic, dan hedonik. Kenyataan pahit yang kita telan saat ini adalah kemajuan teknologi yang menampilkan konten-konten merusak generasi. Dunia tidak bisa menutup mata, bahwa saat ini terjadi dekadensi moral yang amat parah. Para pelajar dan generasi dilanda krisis moralitas yang parah.

Kembali kepada pokok bahasan terkait konten-konten merusak yang bertebaran di media sosial, seharusnya negara mampu mengendalikan bahkan menghentikan konten-konten ini melalui kebijakan dan kekuasaannya. Negara mampu memblokir situs-situs pornografi, judi online, pinjaman online yang jelas-jelas merusak masa depan bangsa. Lagi-lagi negara tidak mengambil sikap itu, negara justru kerap kali memfasilitasi kemaksiatan ini. Dalam Islam negara dan penguasa wajib menjaga keberlangsungan generasi dengan menjaga akidah serta akhlak yang terpuji.

Dunia Islam dengan ketat menyaring masuknya konten-konten yang merusak dengan teknologi canggih. Dunia Islam akan menggunakan teknologi sebagai sarana bagi generasi muda untuk belajar dan pengembangan diri. Seperti catatan sejarah bahwa dalam genggaman Islam dunia akan menjadi maju, teknologi maju, ilmu dihargai dan pendidikan menjadi fokus utama. Generasi akan terselamatkan dari rusaknya konten tak mendidik. Saat ini dunia membutuhkan sistem pendidikan yang mampu memajukan peradaban dunia dan memuliakan manusia serta penghuni bumi, tak hanya manusia karena sifat Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Wallahualam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 9

Comment here