Opini

Remaja dan Narkoba, Butuh Solusi Hingga Akarnya

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Nazriel (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

wacana-edukasi.com, OPINI–Remaja adalah tunas bangsa, pemuda harapan negeri. Harapan itu tentu tertuju pada sosok pemuda sejati, yang berakhlak baik, berbudi pekerti luhur, tangguh, serta taat kepada Allah SWT. Namun pertanyaannya, mungkinkah harapan itu terwujud di zaman sekarang?

Rasanya sulit, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Selama kita berani menelusuri akar persoalan dan mencari solusi hingga tuntas, maka setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya.

Di tengah sistem kapitalisme sekular saat ini, berbagai masalah remaja semakin merebak dan kian mengkhawatirkan. Tawuran, bullying, depresi hingga bunuh diri, seks bebas, jeratan pinjol, serta meningkatnya penyalahgunaan narkoba menjadi potret buram yang tak dapat diabaikan.

Baru-baru ini, sebagaimana dilansir CNN Indonesia, sebanyak 15 siswa SMP di Surabaya dinyatakan positif menggunakan narkoba. Kejadian ini terungkap setelah Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur melakukan tes urine acak di Jalan Kunti, Kecamatan Semampir, Surabaya. Dari operasi tersebut, dua pengedar berhasil diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka pada Jumat, 7 November 2025.

Wilayah itu memang dikenal sebagai salah satu tempat yang sering dijadikan lokasi transaksi narkoba dan obat-obatan terlarang.

Bukan hanya itu, pada Februari lalu, Kepala BNN RI Komjen Marthinus Hukom juga mengungkapkan bahwa dari total 3,3 juta pengguna narkoba, 312.000 di antaranya adalah remaja. Angka ini sangat mencengangkan sekaligus memprihatinkan. Ini menjadi alarm keras bagi para orang tua, pendidik, dan seluruh masyarakat bahwa kondisi generasi muda benar-benar berada dalam ancaman serius.

Fenomena ini tidak muncul begitu saja. Kita menyaksikan kehidupan remaja yang semakin jauh dari kondisi ideal, akhlak yang melemah, adab yang pudar, serta keimanan yang rapuh. Banyak dari mereka kehilangan arah berpikir. Tontonan yang bebas, kurikulum pendidikan yang minim penguatan akidah, serta gaya hidup yang diukur berdasarkan kesenangan materi membuat mereka semakin gamang dalam menjalani kehidupan.

Tidak sedikit orang tua yang tenggelam dalam kesibukan mencari nafkah, sehingga pendampingan dan curahan kasih sayang kepada anak-anak menjadi berkurang. Kekosongan inilah yang membuat sebagian remaja mencari “pelarian” dan kebebasan semu yang pada akhirnya justru membinasakan. Pelan tapi pasti, mereka terjerumus dalam perilaku yang merusak diri sendiri.

Allah SWT telah memperingatkan manusia agar menjauhi segala bentuk perbuatan yang membinasakan. Dalam Al-Qur’an surat Al Maidah ayat 90, Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.”

Ayat ini menegaskan bahwa segala hal yang merusak akal dan menghancurkan diri manusia merupakan perangkap setan yang harus dijauhi. Termasuk di dalamnya narkoba dan berbagai praktik buruk yang kini marak di kalangan remaja.

Dalam sistem kehidupan Islam, negara memiliki tanggung jawab besar terhadap seluruh rakyatnya, terutama para remaja. Islam memberikan perhatian menyeluruh pada aspek pendidikan, lingkungan sosial, hingga kebijakan negara agar terbentuk generasi yang kuat akidah dan akhlaknya.

Pertama, pendidikan berbasis akidah Islam adalah pondasi utama. Pendidikan seperti inilah yang mampu menumbuhkan keimanan, membentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhkan remaja dari segala bentuk kemaksiatan. Ketika seorang remaja memahami bahwa hidup adalah untuk beribadah kepada Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya, maka ia memiliki kontrol diri dan karakter mulia (syakhsiyah Islamiyyah).

Kedua, negara wajib mengontrol arus informasi dan teknologi. Kemajuan teknologi hari ini sangat pesat, dan jika tidak diatur, konten negatif akan merusak pola pikir generasi muda. Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab memastikan tontonan, pergaulan masyarakat tidak merusak moral remaja. Pergaulan bebas, hiburan yang sia-sia, dan konten merusak harus dicegah melalui aturan yang jelas dan tegas.

Ketiga, peran orang tua tidak boleh diabaikan. Dalam Islam, keluarga adalah madrasah pertama bagi anak. Orang tua yang memahami Islam akan menghadirkan rumah penuh kasih sayang, bimbingan, dan keteladanan. Rumah akan menjadi tempat yang menentramkan, bukan sekadar tempat pulang. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kokoh biasanya memiliki pertahanan diri yang kuat terhadap pengaruh buruk luar.

Ketika iman yang kuat, keluarga yang mendukung, masyarakat yang saling menasihati, dan negara yang menjalankan aturan Allah bertemu dalam satu kesatuan, maka lahirlah generasi shalih yang memiliki kontrol diri, karakter kuat, dan tidak mudah terjerumus pada perilaku merusak.

Inilah yang ditegaskan Rasulullah SAW bahwa seorang pemimpin adalah ra’in, yaitu pengurus urusan rakyatnya. Maka negara wajib memastikan kebijakan yang melindungi dan menyejahterakan rakyat, termasuk menjaga generasi dari bahaya narkoba dan kerusakan moral.

Dengan tegaknya Daulah Khilafah, seluruh problem generasi akan diatasi sampai ke akar-akarnya. Sistem Islam memandang manusia bukan hanya sebagai objek ekonomi, tetapi sebagai hamba Allah yang harus dijaga, dibina, dan diarahkan. Hidup dalam naungan aturan Allah akan menghadirkan keberkahan dan ketenteraman bagi seluruh masyarakat.

Wallahu a’lam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 11

Comment here