Opini

Program Indonesia Pintar Solusi Parsial Dunia Pendidikan di Indonesia

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Diana Romlah (Ibu Rumah Tangga, Member Akademi Menulis Kreatif)

Wacana-edukasi.coom— “Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”, “Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”.

Dua kutipan hadist dari beberapa hadist yang menggambarkan betapa pentingnya pendidikan bagi umat manusia khususnya kaum muslim.

Pendidikan adalah kebutuhan primer yang harus didapat oleh setiap individu masyarakat dengan tidak memandang apakah mereka dari kalangan atas, menengah atau bawah sekalipun.

Tidak bisa dipungkiri saat ini pendidikan merupakan komoditi yang mahal, sehingga tidak semua lapisan masyarakat dapat menikmatinya. Ditambah dengan pandemi Covid-19 yang berhasil meluluhlantakkan semua aspek kehidupan, sektor ekonomi salah satunya. Banyak pekerja yang mengalami pemotongan gaji, bahkan ada yang dirumahkan karena sulitnya kondisi keuangan.Hal ini berpengeraruh dan dirasakan oleh para orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah swasta yang memungut SPP setiap bulan.

Biaya pendidikan di era pandemi menjadi salah satu problema di tengah-tengah perekonomian yang karut marut ini. Solusi jangka pendek yang ditempuh, beberapa lembaga ada yang memberi keringanan biaya pendidikan dengan cara memperbolehkan pembayaran dicicil beberapa kali pada wali murid.  Ada pula yang memberi keringanan dengan subsidi silang. Semua bergantung pada lembaga masing-masing. Namun, biaya sekolah tidak akan berubah, meskipun kegiatan belajar mengajar saat ini dilakukan secara virtual di rumah. Hal itu dikarenakan pihak sekolah harus tetap menggaji para karyawannya.

Salah satu upaya pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan mengeluarkan Program Indonesia Pintar (PIP), yaitu program unggulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diperuntukkan bagi anak usia sekolah (6-21 tahun) untuk memberikan manfaat pendidikan secara optimal.

Dikutip dari Galamedia,11 September 2020, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat H. Dede Yusuf M. Effendi menyatakan, sebanyak 71.000 siswa SD, SMP, dan SMA yang sudah menerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) yang tersebar di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Dede Yusuf mengatakan, puluhan ribu siswa SD, SMP, dan SMA/SMK penerima bantuan PIP itu berdasarkan pada usulan sekolah. “Termasuk Dinas Pendidikan juga sudah punya usulan,” kata Dede kepada wartawan. Kalau untuk mahasiswa yang kuliah, imbuh Dede Yusuf, ada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) kuliah. KIP kuliah itu untuk mahasiswa yang terdampak tidak bisa bayar UKT (uang kuliah tunggal).

Namun fakta yang ada ternyata program ini hanya mensolusikan permasalahan pendidikan secara parsial. Karena akar permasalahan bukan sekedar perlunya masyarakat akan bantuan secara materi sesaat, tapi lebih dari itu perubahan secara revolusioner harus dilakukan. Program inipun ternyata tidak dapat dirasakan secara merata oleh rakyat. Masih banyak anak-anak usia sekolah yang tidak menikmatinya dan akhirnya putus sekolah.

Inilah Ideologi kapitalisme yang mencengkeram negeri ini, membawa dampak luar biasa di segala lini kehidupan, tak terkecuali di bidang pendidikan. Ditambah lagi suasana pandemi yang mengacaukan perputaran normal dunia. Sistem kapitalis memandang ilmu pengetahuan bukan sebagai hak dasar rakyat. Sebaliknya dipandang sebagai  komoditas yang bisa diperjual belikan. Adanya Perjanjian GATS tahun 1994 (General Agreement on Trade in Services) pendidikan menjadi salah satu dari 12 sektor jasa yang diperdagangkan termasuk kesehatan, keuangan, transportasi, lingkungan dan lain-lain.

Jika dalam sistem kapitalis rakyat dibebani biaya sekolah yang memusingkan pikiran, berbeda dengan Islam yang menyelenggarakan pendidikan yang gratis. Dalam Islam, negara wajib menjamin pendidikan bagi seluruh warga dengan murah bahkan gratis. Dengan tetap memperhatikan kualitas. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Pendidikan dalam kepemimpinan Islam turut menciptakan suasana kondusif melalui penerapan sistem-sistem hidup lainnya. Sebab dalam Islam negara memiliki fungsi sebagai pengurus dan penjaga umat, bahkan wajib memastikan agar sistem pendidikan ini berjalan sempurna. Lalu, dana besar pendidikan dalam sistem Islam diperoleh dari mana?

Abdul Qadim Zallum dalam bukunya Sistem Keuangan Dalam Islam menjelaskan sumber pendapatan Baitul Mal khilafah yang dapat digunakan membiayai pendidikan, yaitu: Pertama, pos fai’ dan kharaj  merupakan kepemilikan negara seperti ghanimah, khumus , jizyah, dan dharibah (pajak). Kedua, pos kepemilikan umum, seperti tambang minyak dan gas, hutan, laut, dan hima (milik umum yang penggunaannya telah dikhususkan).

Jika dua sumber pendapatan itu ternyata tidak mencukupi, dan dikhawatirkan akan timbul efek negatif (dharar) jika terjadi penundaan pembiayaannya, maka negara wajib mencukupinya dengan segera dengan cara berutang (qardh). Utang ini kemudian dilunasi oleh Negara dengan dana dari dharibah (pajak) yang dipungut dari kaum muslimin.

Dengan biaya pendidikan yang cukup, tinta emas sejarah menorehkan, pada masa kejayaan Islam. Salah satunya yaitu lembaga pendidikan yang terbilang sangat modern dan tertua di dunia adalah Universitas al-Qarawiyyin, di Fez, Maroko. Guiness Book of Record (Museum Rekor Dunia) mencatat, lembaga ini merupakan perguruan tinggi pertama di dunia yang memberikan gelar kesarjanaan. Gelar itu baru diberikan pada tahun 1998.Menurut Majalah Time edisi 24 Oktober 1960, lembaga ini didirikan pada tahun 859 M. Dalam tulisannya. Majalah Time menjuluki universitas ini sebagai Renaissance in Fez.

Begitulah sejarah emas kepemimpinan Islam yang sangat dirindukan oleh seluruh manusia. Ini berbeda dengan sistem yang sedang memimpin hari ini. Pendidikan dalam sistem Islam yakni Khilafah merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara, selain kesehatan, dan keamanan.

Islam sebagai ideologi yang diturunkan oleh Sang Kholik melahirkan rahmatan lil alamin. Dalam hal pendidikan kurikulum Islamlah yang mampu memberikan edukasi yang tepat. Anak didik diajarkan menjadi generasi tangguh dalam menghadapi setiap ujian kehidupan, dikuatkan keimanannya bahwa menuntut ilmu bukan sekadar mencari nilai di atas kertas.

Anak didik dijaga dan dikencangkan akidahnya hingga akhlak mereka terbentuk menjadi seorang anak yang faqih dalam agama juga cerdas dalam pengetahuan. Para pendidik memperoleh hak mengajar secara maksimal, sebab negara menjamin kesejahteraan para guru. Lembaga sekolah menjadi mitra negara dalam mewujudkan generasi tangguh.

Pada masa pandemi atau tidak, rakyat tak lagi dipusingkan untuk urusan bayar sekolah yang melangit. Sebab biaya pendidikan sudah sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara. Kepemimpinan Islam menjadi satu-satunya solusi, yang kebangkitannya senantiasa dibutuhkan dan dirindukan oleh setiap kaum muslimin di dunia.

Wallahu’alam bi showab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 28

Comment here