Syiar IslamTabligul Islam

Ketika Surga Tak Bisa Dilihat

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Meitya Rahma, S. Pd.

Wacana-edukasi.com — Bersegeralah kamu pada ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran 133).

Perintah Allah bagi manusia untuk bersegera meraih amalan yang mengantarkan pada surga. Motivasi lain dari Allah agar manusia mengerjakan amalan yang bisa mengantarkan pada surga-Nya telah disebutkan diberbagai ayat dalam Al-Qur’an. Gambaran surga disebutkan antara lain dalam surat QS. Muhammad ayat 15, yang menceritaksn tentang macam rasa air yang mengalir di surga. Dalam surat Fathir ayat 33, tentang perhiasan dan pakaian yang diberikan kepada penghuni surga. Tentang makan dan minum bagi penghuni surga di dalam surat az-Zukhruf ayat 71.

Ini sedikit gambaran yang diwahyukan Allah melalui Al-Qur’an. Masih banyak lagi ayat Al-Qur’an yang bercerita bagaimana surga itu. Ini semua adalah gambaran sedikit tentang adanya surga, sebagai motivasi bagi manusia untuk berlomba lomba meraih surga

Lalu kenapa banyak orang masih saja berbuat maksiat? Masih banyak orang tidak menjalankan syariat? Masih sibuk dengan kemaksiatan? Masih suka buka tutup aurat? Masih sering makan harta anak yatim? Masih sering meninggalkan salat? Dan segala kemaksiatan lainnya. Kenapa? Karena bagi mereka surga itu tak terlihat, tak real. Kenikmatan dunia lebih nyata bagi mereka. Dan tentunya dunia memang terlihat menarik dan menggiurkan. Bahkan sampai ada yang tak percaya adanya hari pembalasan. Mereka hanya tahu bahwa setelah mati akan masuk surga. Jadi bebas berbuat sesuka hati di dunia ini, toh, ujungnya juga ke surga. Begitulah tipu daya dunia yang bisa menipu manusia. Dunia itu ibarat air laut yang kalau diminum, bukan hausnya berkurang, malah semakin haus.

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah, hina (tidak bernilai di hadapannya).” ( HR Ibnu Majah)

Jika dunia tujuan utama maka harta kekayaan, rezeki itu akan mengikuti kita, seperti bayang-bayang tubuh yang senantiasa mengikuti kita. Namun, ketika dunia menjadi fokus kita, maka Allah tidak akan berikan rasa tuma’ninah/ketenangan dalam hidup. Ibarat orang yang mengejar bayang-bayang tubuhnya sendiri, maka tidak akan pernah tertangkap bayang bayang tersebut. Tidak akan pernah merasa cukup, terus dan terus mencari hal keduniawian. Sekuat tenaga kita cari harta dunia, maka Allah akan berikan rasa ketidakpuasan, selalu saja kurang. Sampai habis tenaga, umur sudah menua baru tersadar bahwa dunia memang tak akan ada habisnya, penyesalanpun tak ada gunanya. Sia-sialah umur yang hanya digunakan untuk mencari duniawi saja. Membaca hadis di atas menjadikan manusia senantiasa memiliki motivasi kebaikan. Selalu menjadi orang yang bersyukur, optimis menjalani hidup. Menjalani hidup sesuai dengan rambu rambu atau aturan Allah, maka jaminan keselamatan dunia dan akhirat pun akan terwujud. Hidup manusia di dunia ini akan dipertanggungjawabkan semuanya umurnya, hartanya bahkan ilmunya.

Rasulullah bersabda:

Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh, dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).” (HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud z. Lihat Ash-Shahihah, no. 946)

Sebenarnya dunia adalah sarana kita mendapatkan akhirat. Banyak beramal saleh, mengumpulkan pundi-pundi amal untuk bekal ke akhirat itulah yang harus kita lakukan. Sungguh, surga itu sebenarnya gampang, tetapi jika ingin masuk di dalamnya ada syarat dan ketentuannya. Seperti kita belanja di mal, kalau pengen dapat reward ada syarat dan ketentuannya. Nah, semacam itulah analoginya. Syarat dan ketentuan ini yang manusia kadang tidak penuhi, atau memenuhi hanya setengah-setengah, bagian yang disukai. Seperti hidangan prasmanan, jika suka ambil, tidak suka, ya, tidak diambil. Misal mengambil salat, puasa, zakat saja, tetapi perintah menutup aurat dan lainnya tidak diambil. Bukanlah Allah memerintahkan manusia untuk masuk ke dalam Islam secara kafah?

Mematuhi aturan Allah bukan lagi masalah like and dislike, tetapi ” harus” menerima semua. Tentunya ketika aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta, pasti tidak akan menzalimi makhluknya. Justru aturan ini akan membawa keteraturan, kemaslahatan bagi manusia. Maka memenuhi syarat dan ketentuan ini merupakan tiket kita untuk mendapatkan surga-Nya.

Pandemi ini bisa dijadikan muhasabah untuk selalu mengingat mati. Melihat banyak nyawa menjadi korban ganasnya virus ini, maka sebenarnya setiap manusia harus memiliki kesadaran. Kesadaran untuk mempersiapkan bekal yang banyak menuju akhirat. Membuka kembali mushaf Al-Qur’an yang mungkin sudah lama tak tersentuh, merenungkan kembali isinya, ada ayat-ayat tentang surga menjadi motivasi untuk selalu beramal saleh. Jadi kalau sekarang masih ada orang yang berkubang dengan maksiat, tidak bergegas berhijrah, tidak segera mengumpulkan amal amal soleh, bisa dikatakan ” Ter-la-lu”, kata Bang Roma. Surga memang tak bisa dilihat, tetapi Al-Qur’an telah menunjukkan bahwa surga itu ada, tinggal manusia itu percaya atau mengingkari. Maka bergegaslah untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk perjalanan ke surga. Dengan niat meraih rida Allah, insyaallah pintu surga kelak akan terbuka bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.

Wallohualam bishowab

 

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here