Penulis: Yulweri Vovi Safitria (Freelance Writer)
Wacana-edukasi.com, OPINI–Kezaliman demi kezaliman terus dilakukan oleh Zionis Yahudi terhadap warga Gaza. Tidak hanya menyerang fisik warga, Zionis juga melakukan blokade yang menghambat masuknya bantuan sehingga mengakibatkan warga Gaza dalam ancaman kelaparan akut.
Zionis Yahudi berdalih, penggunaan kelaparan sebagai strategi militer di Gaza adalah untuk melemahkan Hamas. Mereka juga beralasan bahwa blokade bantuan dianggap dapat menghentikan perlawanan kelompok Hamas (tempo.com, 12-8-2025).
Strategi Keji
Penggunaan kelaparan sebagai strategi perang merupakan perilaku paling keji dan tidak berperikemanusiaan. Warga Gaza terancam mengalami malnutrisi, bahkan kematian. Hal ini disampaikan oleh lembaga pemantau kelaparan global terkemuka pada akhir Juli lalu.
Kondisi tersebut ditandai dengan meningkatnya angka kematian akibat kelaparan, tingginya angka malnutrisi, dan wabah penyakit. Bahkan, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa hampir 200 kematian akibat kelaparan.
Namun, angka ini adalah hitungan terendah. Pasalnya, banyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan penyebab lain. Kondisi tersebut juga banyak terjadi di luar rumah sakit sehingga pendataannya pun seadanya (tempo.com, 12-8-2025).
Dunia Buta
Sejak dikeluarkannya Deklarasi Balfour pada 1917, wilayah Palestina mulai dijajah oleh Zionis. Sejak saat itu pula hingga hari ini, warga Gaza hidup dalam tekanan. Penjajah terus memuntahkan rudal-rudal mereka untuk menghabisi warga Gaza. Kematian menjadi pemandangan biasa setiap harinya.
Berbagai upaya selalu dilakukan Zionis Yahudi untuk memerangi warga Gaza. Mereka tidak pernah sungguh-sungguh menghentikan peperangan, meskipun gencatan senjata dilakukan.
Sejatinya, tabiat pengkhianat memang sudah menjadi ciri khas Yahudi laknatullah alaihi. Hamas hanyalah alasan yang mengada-ada karena pada faktanya yang menjadi sasaran kezaliman mereka adalah anak-anak, lansia, dan perempuan yang semestinya dilindungi.
Mirisnya, ketika Gaza diserang dan diblokade, dunia seolah buta. Para pemimpin negeri muslim diam tanpa bersuara. Bahkan, belum tampak tindakan nyata untuk menghentikan penjajahan atas Gaza. Pun di saat anak-anak Gaza mati kelaparan, mereka juga bungkam.
Begitu pula ketika Zionis berencana mengambil alih kendali militer atas Jalur Gaza, para pemimpin negeri-negeri muslim hanya mengutuk dan mengecam. Meskipun ada yang marah dan murka, tetapi di belakang rakyat, mereka tetap bergandengan mesra dengan Zionis penjajah.
Fitrah untuk melindungi dan berkasih sayang seolah sudah tercerabut dari dalam diri, padahal terhadap hewan peliharaan saja, manusia tidak rela membiarkannya mati kelaparan. Sementara di Gaza, kebanyakan korbannya adalah anak-anak yang sejatinya belum begitu paham apa yang terjadi di tanah mereka.
Sungguh, para pemimpin negara-negara di dunia telah lupa bahwa setiap nyawa yang hilang dan darah yang menetes dari umat tidak berdosa, kelak di akhirat akan mereka bayar dengan penyesalan yang sangat panjang. Setiap tangisan anak-anak yang kehilangan orang tua, para perempuan yang kehilangan keluarganya, juga akan meminta pertanggungjawaban.
Butuh Solusi Sistemis
Meskipun sudah berlangsung selama 75 tahun, tetapi dunia dan lembaga internasional tidak mampu menyelesaikan konflik di Gaza. Memang benar, sebagian bantuan makanan dan obat-obatan bisa masuk ke Gaza, tetapi bukan itu yang dibutuhkan.
Gaza butuh ketenangan dan ketenteraman di tanah mereka tanpa dibayang-bayangi oleh penjajahan. Tidak lagi hidup dalam ketakutan dan penderitaan yang panjang. Ibarat sebuah rumah, hidup bebas menjalankan ibadah, belajar, dan beraktivitas normal layaknya pemilik rumah adalah hal yang diinginkan.
Fakta ini menunjukkan bahwa persoalan Gaza didesain secara sistematis. Oleh karena itu, umat Islam pun harus memikirkan solusi terstruktur dan sistematis. Solusi tersebut hanyalah dengan penerapan syariat Islam secara kafah oleh negara.
Gaza adalah Persoalan Akidah
Meskipun pemimpin-pemimpin negara di dunia tidak bergerak nyata, tetapi kesadaran sebagian masyarakat dunia terhadap persoalan Gaza mulai tampak. Hal ini dilihat dari berbagai aksi massa, seperti boikot, donasi, serta Aksi March to Gaza yang sempat viral beberapa waktu lalu.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat dunia berdiri bersama Palestina. Hanya saja, kesadaran tersebut sebatas rasa solidaritas karena memandang persoalan Gaza sebagai bencana kemanusiaan. Alhasil, yang dilakukan pun sebatas aksi kemanusiaan. Sementara yang terjadi di Gaza adalah perampasan tanah umat Islam, genosida, dan pembunuhan massal.
Oleh karena itu, semestinya yang dilakukan oleh masyarakat dunia adalah menuntut agar para penjajah diusir dari tanah Palestina. Membiarkan Isra3l dan menyetujui solusi dua negara sama saja membiarkan Palestina dicabik-cabik oleh penjajah. Mereka akan terus semena-mena sampai umat Islam benar-benar habis dari bumi Palestina.
Namun, pengusiran penjajah hanya bisa dilakukan oleh negara yang menerapkan hukum Islam. Negara akan mengirimkan tentara terbaiknya untuk melawan penjajah dan tidak akan membiarkan sejengkal pun tanah kaum muslim dijajah.
Bagi kaum muslim, Gaza bukan sekadar bencana kemanusiaan, melainkan persoalan akidah karena Palestina merupakan tanah kharajiyah. Air mata dan darah telah mengiringi pembebasan tanah tempat berdirinya kiblat pertama umat Islam dari tentara salib.
Bukan hanya itu, persoalan Gaza juga terkait pembelaan terhadap saudara seakidah. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).
Khatimah
Hadirnya negara yang menerapkan aturan Islam akan memporak-porandakan musuh-musuh Islam, termasuk Zionis dan sekutunya. Sejarah kegemilangan Islam telah membuktikan dengan tegaknya Daulah Khilafah dan menjadi negara adidaya dengan menguasai 2/3 dunia.
Oleh karena itu, seruan dan perjuangan untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan menerapkan hukum-hukum Allah adalah sesuatu yang urgen dilakukan. Hanya dengan menerapkan hukum-hukum Islam oleh negara, penjajahan di tanah Gaza dan negeri kaum muslim lainnya bisa dihapuskan. Wallahu a’lam bisshawab.
Views: 18


Comment here