Opini

Jeritan Warga Palestina, Menuntut Pembebasan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Wiwik Ummu Mutia (Komunitas Muslimah Peduli Generasi)

Wacana-edukasi.com, OPINI--Gaza semakin membara, di bawah cengkraman Zionis, tanah Palestina menjerit dalam kobaran kepedihan yang seakan tak kunjung padam. Kebrutalan sikap Netanyahu dan tentara Zionis kepada rakyat Palestina khususnya warga gaza sudah di luar batas kemanusiaan dan memancing kemarahan global.

Realita terjadinya genosida pada rakyat Gaza seolah tak mampu dihentikan. Bisunya para pemimipin negeri-negeri muslim menjadi pengkhianatan besar serta menambah panjang derita masyarakat gaza.

Sementara itu, korban terus berjatuhan dalam skala besar. Ledakan rudal dan bom menghantam rumah-rumah penduduk, sekolah, fasilitas kesehatan di antaranya: beberapa Rumah Sakit ikut hancur dalam penyerangan tersebut hingga kamp-kamp pengungsian juga menjadi target sasaran tentara Zionis Yahudi. Kebrutalan semakin nyata dengan bukti banyaknya tenaga medis, jurnalis dan relawan kemanusiaan yang menjadi korban.

Tak sampai di situ, Zionis Yahudi tak hanya menggenosida warga Gaza. Tapi juga mencekik nafas kemanusiaan dengan memblokade bantuan kemanusiaan, menyulap tanah Palestina jadi penjara tanpa pintu bagi 2,4 juta jiwa yang bergulat dengan derita kelaparan dan kematian.

Palestina Wajib Dibela

Seruan fatwa jihad para Ulama Dunia mulai menggema. Dilansir dari Sabili(dot)id, koalisi Global Bela Al-Quds dan Palestina resmi membuka Konferensi Al-Ruwad ke-14 di Istanbul, Turki, pada Sabtu, (27/4/2025). Konferensi Dunia untuk Palestina yang mengangkat tema “Kemenangan untuk Gaza adalah Tanggung Jawab Umat” itu dihadiri oleh tokoh-tokoh dan pemimpin nasional, pemimpin media, budayawan, aktivis sosial, serikat pekerja, akademisi, pemuda, dan berbagai lembaga dari sekitar 60 negara di seluruh dunia. Turut hadir pula para tokoh pejuang, ulama, mantan tahanan, serta tokoh gerakan rakyat Palestina, di antaranya: Khaled Mashal, Abdul Nasser Isa, dan Usamah Hamdan.

Konferensi itu berlangsung di tengah genosida terhadap rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Forum tersebut menjadi ajang strategis untuk merumuskan inisiatif, mengembangkan mekanisme dukungan, serta merancang program baru yang melibatkan seluruh elemen umat, baik individu maupun lembaga dalam upaya memerkuat perjuangan Palestina.

Di dalam sesi pembukaan, Kepala Biro Luar Negeri Hamas, Khaled Mashal menyampaikan pesan kepada seluruh muslim internasional. “Siapa pun yang menganggap permasalahan Palestina adalah urusan bersama, Al-Aqsa sebagai kiblat umat Islam, dan penjajah Zionis adalah musuhnya, ketahuilah, rakyat Gaza saat ini sedang disembelih, tetapi dunia hanya menonton. Penduduk Gaza merasakan kelaparan dan kehausan. Jangan diam! Tidak layak bagi kita untuk berdiri diam menyaksikan jutaan saudara kita mati kelaparan dan kehausan,” serunya.

Politikus Palestina itu juga memperingatkan tentang kondisi serius yang mengancam Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa. “Wilayah Al-Quds tengah menghadapi Yahudisasi, dan Masjid Al-Aqsa hampir saja dihancurkan. Begitu pula Tepi Barat, tanahnya dirampas dan batas-batas wilayahnya dilanggar.”

Satu rasa, satu pemikiran, seruan aksi bela Palestina yang dilaksanakan di berbagai negara hendaknya terus disuarakan. Tak cukup hanya kecaman untuk memadamkan kebrutalan penjajah Zionis, perlunya seruan mengirim tentara militer untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis. Masyarakat Palestina memiliki hak atas tanah kelahiran mereka, serta hidup layak. Bahkan tanah Palestina juga tanah kaum muslim. Maka membela bukan lagi pilihan tapi keharusan.

Jika ada penawaran untuk menjadikan tanah Palestina menjadi dua wilayah (two state), itu ibarat memberi izin pada Zionis untuk merampas 78% tanah Palestina, sementara sisanya 22% menjadi pejara terbuka bernama Gaza dan Tepi Barat. Bahkan skenario AS yang ingin merelokasi warga Gaza ke luar Palestina bisa dikatakan pembersihan etnis terselubung dengan engosongkan Gaza agar Zionis leluasa mencaploknya. AS yang berlagak pahlawan dengan menawarkan relokasi, ibarat seperti membakar desa seseorang, lalu menjual air untuk memadamkan apinya.

Pembebasan Dimulai dari Pemikiran

Gaza takkan merdeka oleh ratapan, tapi oleh bangkitnya pemikiran yang menyatukan umat dalam satu keyakinan yakni “Islam adalah solusi!” Sejarah telah membuktikan, Salahuddin Al-Ayyubi tidak membebaskan Baitul Maqdis dengan negosiasi atau mengemis pada ‘tuan-tuan’ Salibis, tapi dengan menyatukan visi umat di bawah panji tauhid. Kini, Zionis berjaya menepuk dada bukan karena kuat, tapi karena umat terlena oleh ilusi ‘perdamaian’ palsu dan diplomasi yang mengalirkan darah tanpa akhir.

Sejarah adalah guru yang tak kenal lelah, mengingatkan kita bahwa Palestina takkan pernah merdeka selama umat masih berlutut mengemis belas kasih PBB, organisasi bisu yang lebih dingin dari batu karang! Saatnya umat bangkit dari tidur panjang! Hanya dengan revolusi pemikiran yang membara, menyulut jiwa-jiwa yang beku, kita akan sadar: solusi hakiki ada dalam genggaman Islam.

Tirulah keteguhan Rasulullah Saw., tegakkan syariat Allah yang tak pernah redup oleh zaman, hukum-Nya laksana pedang keadilan, menghancurkan tirani, memayungi dunia dalam naungan Khilafah yang mempersatukan. Di sanalah kekuatan hakiki bersemi: negara yang berani menggenggam senjata, mengibarkan panji jihad fi sabillah, dan mengguncang penjara Gaza dengan seruan pembebasan! Yakini, bendera Laa Ilaha Illallah akan berkibar di atas puing-puing Zionis, bukan sebagai mimpi, tapi takdir yang menanti nyala api perjuangan umat yang benar. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here