Opini

Hari Santri: Saatnya Santri Menjadi Agen Perubahan

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Hanisa Aryana (Pemerhati Pendidikan & Remaja)

Wacana-edukasi.com, OPINI–Santri dikenal sebagai sosok yang memiliki pemahaman agama lebih baik. Karena santri mendapatkan pendidikan khususnya untuk memperdalam ilmu agama dan nilai-nilai luhur di pesantren. Kebanyakam mereka diapresiasi dengan berbagai macam seremonial. Namun, apakah dengan mengadakan seremonial saja, santri benar-benar menjalankan perannya yang sebenarnya ?

Di lansir dari laman website Setneg.go.id hari Jum’at tanggal 24 Oktober 2025 bahwa ucapan selamat Hari Santri Nasional Tahun 1447 Hijriah telah disampaikan oleh Presiden kepada para santri, santriwati, kiai, nyai, hingga keluarga besar pondok pesantren di seluruh tanah air. Beliau memaparkan bahwa Hari Santri merupakan momentum untuk mengenang jasa para ulama dan santri yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang merujuk pada momen Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 dipelopori KH Hasyim Asy’ari telah diingatkan kembali oleh Presiden. Beliau juga mengatakan untuk menjaga keutuhan bangsa dengan ilmu dan keimanan, semangat jihad yang digelorakan para santri 80 tahun silam tetap relevan hingga hari ini.

Di seluruh pelosok tanah air, para santri mendapatkan berbagai apresiasi dalam peran mereka. Namun, mereka hanya mendapatkan beberapa seremonial saja, tanpa menggambarkan peran santri sebagai sosok yang fakih fiddiin. Padahal, mereka generasi yang dibekali ilmu agama dan nilai-nilai luhur mendalam, yang pantas untuk disebarkan ilmunya. Mereka tidak hanya fokus untuk menimba ilmu agama, tetapi juga mampu menerapkannya dalam seluruh kehidupannya.

Sedangkan adanya pujian tentang peran santri dalam jihad melawan penjajah di masa lalu tidak sejalan dengan berbagai kebijakan dan program menyangkut santri dan pesantren di masa kini. Karena saat ini tidak ada lagi penjajah seperti di masa lalu yang turun ke lapangan untuk melawan secara fisik. Justru santri perlu melawan penjajah lewat pemikiran, karena adanya sistem yang tanpa disadari telah diterapkan ke seluruh aspek kehidupan, yang telah menyerang pemikiran masyarakat dengan memberikan pandangan kehidupan hanya untuk dunia saja. Sistem tersebut ialah sistem kapitalisme sekulerisme, yang memisahkan agama dari kehidupan.

Dengan adanya sistem tersebut, agama hanya diterapkan untuk kehidupan pribadi saja. Sehingga, masyarakat telah tersistematis memiliki pandangan hidup, bahwa agama hanya sebagai ritual saja, dan hidup hanyalah fokus untuk mencari manfaat atau keuntungan semata tanpa memandang halal haram. Tidak hanya dalam urusan kehidupan masyarakat saja yang terkena dampak sistem tersebut, tetapi juga dalam urusan bernegara.

Santri juga dimanfaatkan untuk menjadi agen moderasi beragama dan agen pemberdayaan ekonomi. Mereka telah diajarkan untuk menghormati perbedaan agama lain secara damai, dan beragama dengan benar tanpa berlebihan. Santri juga tidak hanya belajar agama saja, tetapi juga berperan aktif dalam menggerakkan dan memajukan ekonomi masyarakat. Selama sistem kapitalisme terus diterapkan, para santri kehilangan identitas dirinya yang sebenarnya.

Umat membutuhkan santri dalam urusan aspek kehidupan. Karena saat ini penjajahan lewat pemikiran terus terjadi. Santri tidak diarahkan memiliki visi dan misi jihad melawan penjajahan gaya baru dengan menjaga umat dan syariat. Padahal, mereka memiliki ilmu agama yang mumpuni untuk menyebarkan agama Islam secara menyeluruh. Peran strategis santri dan pesantren justru dibajak untuk kepentingan mengokohkan sistem kapitalisme sekulerisme.

Dalam Islam, santri memiliki peran penting dalam menjaga umat dan mewujudkan peradaban Islam cemerlang, yaitu: fakih fiddin dan menjadi agen perubahan menegakkan syariat Islam. Islam menjadikan santri sebagai panutan dalam memahami dan mengajarkan Islam secara menyeluruh. Dengan pengetahuan yang telah dia dapat di bangku pesantren, dia mampu memahamkan kepada masyarakat tentang ajaran Islam lebih baik.

Islam juga menjadikan santri sebagai agen perubahan. Dengan ilmu yang mereka miliki, mereka mampu memahamkan kepada masyarakat bahwa syariat Islam merupakan solusi terbaik untuk permasalahan seluruh umat. Syariat Islam tidak hanya dijalankan untuk diri sendiri, tetapi juga untuk urusan masyarakat maupun bernegara. Santri yang menuntut ilmu agama tidak hanya untuk mendapatkan pahala saja, tetapi juga mempersiapkan diri menjadi pembawa perubahan positif di dunia dan akhirat.

Santri memiliki tanggung jawab untuk mengubah keadaan masyarakat dari yang salah menuju yang benar. “Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lissannya; jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan ituah selemah-lemah imannya” (HR. Muslim)

Negara menjadi penanggungjawab utama untuk mewujudkan eksistensi pesantren. Dimana pesantren tersebut menggunakan visi mulia untuk mencetak para santri yang siap berdiri di garda terdepan melawan penjajahan dan kezaliman. Negara mampu melakukan tersebut selama menggunakan syariat Islam yang diterapkan dalam urusan bernegara, bukan hanya untuk individu saja. Dengan adanya sistem Islam, maka negara mampu mengurusi urusan umatnya lebih baik, termasuk memberdayakan para santri dengan perannya yang sebenarnya, bukan hanya memberikan dukungan lewat seremonial saja.

Wallahua’lam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 18

Comment here