Oleh: Alfiah, S.Si.
Wacana-edukasi.com, OPINI–Baru-baru ini publik dibuat geram oleh kasus dilaporkannya Kepala SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, Dini Fitri, ke polisi yang diduga menampar siswa yang merokok di lingkungan sekolah. Kasus akhirnya telah diselesaikan secara damai. Orang tua siswa pun mencabut laporan polisi terhadap Dini. Namun kasus ini menambah panjang deret guru yang dilaporkan orangtua siswa ke polisi akibat mendisiplinkan siswanya.
Sebut saja Supriyani, guru honorer di Konawe Selatan yang dipenjara akibat dugaan penganiayaan siswa. Ada juga Zaharman, guru SMA di Bengkulu dipolisikan hingga diketapel orangtua siswa akibat menegur siswa yang merokok. Akibat melerai perkelahian dua siswi, guru di Simalungun dilaporkan ke polisi. (kompas.com, 7/5/2025).
Beredar juga foto seorang siswa SMA di Makassar berinisial AS, yang dengan santainya merokok dan mengangkat kaki di samping gurunya. Insiden ini bukan sekadar cerita tentang kenakalan remaja, melainkan sebuah dilema besar yang dihadapi para pendidik dan bukti kegagalan sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini.
Remaja kini diserang dari berbagai lini, dunia digital tanpa batas, game online, judi online, media sosial, narkoba, rokok. Mau jadi apa generasi ke depan jika mereka tidak bisa memilih dan memilah apa yang sebaiknya dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Kampanye bahaya merokok tampak tidak cukup efektif untuk mencegah anak usia sekolah merokok. Bisa dibayangkan bagaimana mental dan perilaku anak-anak sekolah saat ini karena mereka tidak hanya diasuh oleh orangtuanya, namun diasuh oleh lingkungan fisik dan digital yang merusak. Sekolah dianggap sebagai mesin cuci yang diharapkan bisa meluruskan dan melahirkan perilaku siswa. Namun saat guru mendisiplinkan siswa yang sulit diarahkan, justru guru yang dipersalahkan. Bahkan dengan pongahnya orangtua siswa yang bersangkutan melaporkan guru kepada kepolisian.
Betapa rumitnya posisi guru saat ini. Saat mereka memberikan aturan kepada siswa, justru sering tidak diindahkan. Namun saat guru bertindak tegas, dan memberikan sanksi yang tidak melukai, justru dianggap suatu kejahatan yang layak disidangkan. Akar masalah ini adalah adanya ruang abu-abu dalam penerapan disiplin siswa dan tergerusnya wibawa guru. Fakta hari ini menunjukkan bagaimana siswa merasa punya kebebasan untuk bertindak di luar batas etika. Sementara guru merasa tak berdaya. Ketika guru ingin menegakkan kedisiplinan bagi siswanya, sering kali guru diadukan bahkan mengancam posisinya.
Sistem pendidikan yang sekularistik dan liberal, jelas akan melahirkan generasi yang bebas nilai. Ironisnya pejabat negara justru sering berpihak pada siswa yang melanggar aturan sekolah. Negara terkesan abai dan diam terhadap kasus-kasus yang menyeret guru ke ranah hukum. Alhasil siswa yang melanggar aturan merasa di atas angin. Ini jelas akan melahirkan preseden buruk dan melahirkan generasi yang tidak taat aturan dan krisis moral. Merokok misalnya, menjadi alasan ungkapan kedewasaan, jati diri dan kebanggaan agar bisa dikatakan keren. Di sisi lain rokok mudah dijangkau remaja, ini bukti lemahnya negara dalam pengawasan.
Segala bentuk kekerasan memang tidak dibenarkan. Maka butuh sistem pendidikan Islam yang menjadikan remaja paham siapa dirinya dan arah hidupnya. Dalam sistem pendidikan saat ini tidak ada perlindungan yang jelas bagi guru,. Guru berada dalam tekanan yang luar biasa. Padahal mengingatkan seseorang yang bersalah adalah salah satu bagian dari amar makruf nahi mungkar, tapi tidak melalui kekerasan.
Sistem pendidikan yang diterapkan saat ini telah gagal mencetak peserta didik yang bertakwa dan berakhlak mulia. Sudah hilang hormat peserta didik pada guru. Untuk itulah perlu menanamkan kembali nilai-nilai fundamental sopan santun dan rasa hormat kepada guru. Dalam Islam guru adalah pilar peradaban. Posisi guru dihormati dan dimuliakan karena tugasnya membentuk kepribadian generasi masa depan. Guru bukan hanya gudang ilmu namun pendidik yang memberikan suri teladan bagi muridnya.
Terkait merokok, dalam Islam hukum merokok memang mubah (boleh). Namun di sisi lain tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain. Merokok bisa membahayakan kesehatan bagi perokok aktif maupun pasif. Selain itu juga akan membentuk pola hidup boros karena uang yang seharusnya untuk hal yang bermanfaat malah dihabiskan untuk membeli rokok.
Sistem pendidikan Islam mengajarkan bagaimana pelajar mempunyai pola pikir dan pola sikap yang sesuai Islam. Sistem pendidikan Islam akan melahirkan generasi yang mempunyai kesadaran bahwa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah dan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Bahwa remaja muslim harus berprinsip dan bangkit menjadi generasi yang beriman bukan generasi lemah dan merusak. Generasi emas yang diharapkan dalam sistem pendidikan Islam adalah generasi yang seperti digambarkan dalam Al Qur’an,
”Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS al-Kahfi [18]: 13). Wallahu a’lam bishawab.
Views: 4


Comment here