Opini

Generasi Pembawa Perubahan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Reni Tresnawati (Ibu Rumah Tangga dan Pejuang Tinta)

Wacana-edukasi.com — Miris, di Nusa Tenggara Barat (NTB) ada seorang anak berinisial M (40) melaporkan ibu kandungnya berinisial K (60) gara-gara masalah motor (Kompas.com, Senin,29/6/2020).

Kasus ini sungguh memprihatinkan, karena tata krama dan rasa hormat anak sudah tidak ada lagi. Padahal orang tua, terutama ibu, adalah orang yang harus dihormati dan disayangi. Karena ibu yang telah mengandung, melahirkan, dan merawat anak-anaknya dari dalam kandungan sampai beranjak dewasa.

Pengorbanan seorang ibu jika dihitung dengan materi pasti tidak bisa dihitung. Dengan kelembutan dan kesabarannya mengurus anak-anaknya, hingga dia sakit pun tak dihiraukan, yang penting anak-anaknya sehat dan bahagia.

Namun kini, apa yang anak-anak perbuat terhadap ibu kandungnya? Seorang anak tega berkata-kata kasar pada ibunya. Bahkan tak sedikit yang menjebloskan orang tuanya ke sel tahanan karena masalah sepele. Negeri ini sudah benar-benar tidak sehat dalam mengelola akhlak, hati, dan jiwanya sudah sakit. Sedikit-sedikit main lapor, kesalahan yang sedikit diperbesar.

Kenapa semua ini terjadi? Sejak diterapkannya sistem kapitalisme demokrasi, sistem ini mengubah cara berpikir dan pandangan manusia tentang kehidupan, tolok ukur kehidupan dilihat dari materi. Manusia di jauhkan dari norma-norma agama. Adanya sistem sekuler yang memisahkan antara agama dan kehidupan juga memisahkan agama dari negara.

Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dimana semua warganya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Jadilah rakyat tidak bisa membedakan mana orang yang harus dihormati, mana yang harus diperlakukan sewajarnya. Tata krama bicara kepada orang tua seakan lenyap ditelan bumi. Yang ada hanya mempertahankan pendapatnya, walaupun tidak makruf.

Sedangkan kapitalisme mengusung ekonomi. Segala sesuatu diperhitungkan dengan ekonomi. Tak peduli terhadap keluarganya, termasuk ibu kandungnya sendiri, yang sudah melahirkan, mengasuh dan mengurus dia. Seperti air susu dibalas dengan air tuba. Interaksi dengan keluarga juga bernilai materi. Hubungan ibu dan anak pun diukur dengan untung rugi.

Nilai liberal yang menjunjung tinggi kebebasan, ternyata telah gagal dalam menghadirkan penghormatan terhadap ibu, karena liberal telah mengajarkan kebebasan dalam segala hal. Termasuk kebebasan memperlakukan ibu kandung seenaknya sendiri. Sehingga ucapan anak tidak bisa dikontrol dan tatakrama kepada ibu kandung pun sudah hilang, yang akhirnya gagal pula membuat ketengangan dalam keluarga. Yang ada justru menghasilkan generasi durhaka. Nauzubillah.

Kelahiran generasi durhaka akan menghasilkan generasi yang bisa menghancurkan sebuah negeri. Saat ini negara memang sudah diambang kehancuran. Bisa dilihat dari kasus di atas, yaitu generasi yang sudah tidak ada sopan santunnya terhadap orangtua. Ekonomi yang semakin terpuruk, sehingga telah menyengsarakan rakyat.
Sumber Daya Alam (SDA) sudah dikuasai negara lain. Sumber Daya Manusia (SDM) sudah berkurang, karena sebagian manusia memilih bekerja di negeri orang ketimbang di negeri sendiri. Padahal, negerinya sendiri sebenarnya bisa membuat rakyatnya sejahtera, tapi karena pengelolaan yang salah dan diserahkan pada asing, orang pribuminya tersingkir dari negerinya sendiri.

Negara harus segera diselamatkan dari semua yang telah menghancurkan negeri ini, dari berbagai bidang. Pertama harus diperbaiki adalah dari sistem yang ada saat ini. Sistem harus diganti dengan sistem yang bisa memperbaiki dan menyelamatkan negara dan bangsa dari lubang kehancuran ini. Yang kedua, generasinya. Sebab, generasilah yang akan menjadi penentu perubahan suatu negara. Generasi yang lahir dari keluarga yang berlandaskan akidah agama yang kuat dan taat, ini hanya bisa diwujudkan dalam sistem Islam.

Sistem Islam mampu membentuk keluarga yang bisa mengantarkan generasi cemerlang. Berjalannya fungsi keluarga diawali dari dasar interaksi antar sesama keluarga, dengan ditanamkan nilai-nilai islami, yang membuat keluarga harmonis. Ditambah sokongan negara yang luar biasa terhadap keutuhan keluarga.
Negara mempunyai andil besar dalam membentuk keluarga, supaya dari keluarga terlahir generasi-generasi yang bisa membawa negeri ini ke dalam negeri yang menerapkan syariat Islam dan mewujudkan peradaban Islami di bawah naungan khilafah Islamiyyah.

Wallahua’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 7

Comment here