Opini

“Fantasi Sedarah”, Adakah Solusi?

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Wirani Salsabila (Muslimah Semarang)

Wacana-edukasi.com, OPINI–Keluarga adalah sumber bahagia. Keluarga, harta paling berharga. Bahkan, keluarga merupakan wasilah menuju surga. Namun, realita yang ada sungguh mengkhawatirkan.

Baru-baru ini fakta mengagetkan muncul di beranda facebook. Grup Facebook bernama Fantasi Sedarah ramai menjadi sorotan. Betapa tidak? Grup ini ternyata berisi tentang percakapan dan banyak foto mengenai hubungan seksual sedarah, baik dengan saudara kandung maupun orang tua. Sangat mencengangkan lagi ternyata anggota grupnya sudah mencapai kurang lebih 40 ribu orang (detik.com, 17/5/2025).

Dalam wawancara dengan detik.com, 16/5/2025 pakar seks dr. Boyke Dian Nugraha mengatakan bahwa semakin maraknya suatu penyimpangan dilakukan secara terbuka adalah tanda bahwa kondisi sudah lebih dari darurat.

Selain itu, dijelaskan oleh dr. Boyke keberadaan grup tersebut risikonya sangat banyak. Salah satunya akan terlahir predator-predator seksual. Termasuk juga risiko akan mudah meluasnya kasus HIV/AIDS, kanker mulut rahim pada wanita, dan masih banyak lagi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inses adalah hubungan seksual atau perkawinan antara orang-orang yang memiliki hubungan darah dekat, yang dianggap sebagai perbuatan melanggar norma dan hukum yang berlaku. Fenomena inses yang mencuat di masyarakat harus kita perhatikan serius. Karena pelan tetapi pasti inses akan merusak generasi.

Munculnya inses tak lepas dari pengaruh kehidupan yang penuh kebebasan. Kebebasan berekspresi, kebebasan bertingkah laku. Sekarang ini, agama tak punya ruang mengatur hidup. Standar kehidupan bukanlah halal haram, tetapi bagaimana ada keuntungan/kepuasan yang didapat.

Apalagi di era digital ini, melalui gadget apa pun bisa diakses. Apakah baik atau buruk. Segala hal pun bisa menjadi viral hanya dengan gerakan jari. Grup FB Fantasi Sedarah ataupun sejenisnya dengan mudah bertambah jumlah pengikutnya. Mungkin awalnya penasaran, tetapi karena terbiasa melihat konten negatif yang merangsang nafsu seksual, sehingga jadi hal biasa. Bahkan, jadi kecanduan. Mulai dari menonton, meniru, mempraktikkan, lalu mengajak orang lain melakukan hal yang serupa.

Parahnya, negeri ini tak ada filter untuk menyaring berkembangnya grup-grup menyimpang. Padahal ini adalah sarang penyakit yang menjadi sumber rusaknya generasi. Terbayang sangat ngeri di benak kita munculnya para predator seksual baru, berawal dari sini. Hukuman juga masih ringan bagi para pelakunya, sehingga kemungkinan mencari mangsa baru sangat bisa dilakukan.

Konten-konten berbau pornografi juga masih bebas beredar di dunia maya. Hal ini menjadi pemicu munculnya gejolak seksual hingga memancing perilaku inses.

Selain itu, faktor ekonomi masyarakat ikut punya peran dalam masalah ini. Kemiskinan lebih rentan mendorong terjadinya inses. Ketika ekonomi sulit, masyarakat hidup dalam keterbatasan. Rumah sempit, padahal anggota keluarga banyak. Tidur akhirnya berdesakan, laki-laki dan perempuan. Potensi ‘sentuhan anggota badan yang tak seharusnya’ pun besar, sehingga berpeluang memunculkan inses.

Pendidikan dan pemahaman agama yang kurang juga menjadi faktor pemicu. Batasan aurat tak paham dan dilanggar. Mudah ‘buka-bukaan’ karena merasa masih saudara.

Faktor ketidakharmonisan keluarga menjadi penambah masalah. Ayah dan ibu sibuk bekerja, anak-anak lepas pengawasan. Inses antar anak rentan terjadi. Tingkat stres karena tekanan hidup sangat mungkin terjadi di zaman sekarang ini. Baik pada ayah maupun ibu. Ayah dan ibu sibuk mengejar materi hingga saling tak peduli. Alhasil ‘cinta kasih’ tak tepat sasaran. Inses ayah dengan anak, atau ibu dengan anak pun terjadi. Naudzubillahi min dzalik.

Perilaku inses ini tak boleh dibiarkan terus terjadi. Akibat inses terlahirlah generasi bertrauma dan lemah. Bagaimana nasib generasi kita ke depan? Maka, harus segera kita dapatkan solusinya.

Islam punya solusi. Di dalam Islam, inses adalah sesuatu yang haram dilakukan. Baik itu dilakukan dengan suka sama suka atau dengan paksaan.

Terlepas dari apakah dilakukan dengan suka sama suka atau paksaan akibat dari inses ini adalah rusaknya makna ibu, bapak, anak, saudara, bibi, paman, dan seterusnya. Tindakan ini bukan saja haram, sama halnya haramnya perzinaan. Namun, juga merupakan perbuatan yang sungguh keji.

Inses ini bukan hanya terkena keharaman zina, melainkan juga keharaman hubungan seksual dengan mahram. Perbuatan inses ini dikatakan telah melakukan keharaman ganda: keharaman zina dan keharaman menodai hubungan darah (mahram).

Para pelaku inses suka sama suka akan diganjar dengan hukuman zina, seperti yang ada dalam firman Allah Swt. surat An Nur: 2.

Sanksi dari Allah Swt. kepada pelaku zina, baik laki-laki maupun perempuan adalah dengan cambukan jika mereka ghair muhshan (belum menikah), dan dirajam jika mereka muhshan (sudah menikah).

Al Quran pun memberikan larangan menikahi mahram, ada dalam surat an Nisa ayat 22-23.

Jika yang melakukan karena dipaksa, contohnya anak perempuan dipaksa oleh ayahnya. Si anak diberi ancaman fisik dan kekerasan, maka anak perempuan yang menjadi korban inses tersebut diberlakukan kepadanya hadis Nabi Saw.:

Sesungguhnya Allah telah meninggalkan (untuk tidak mencatat) dari umatku: kekhilafan, lupa dan sesuatu yang dipaksakan kepada mereka. (HR Ibn Hibban).

Pelaku inses yang dipaksa ini, walaupun haram perbuatannya, keharamannya diabaikan oleh Allah Swt. karena dipaksa.

Tegasan hukuman bagi para pelaku inses ini menjadi faktor penting pemutus rantai kemaksiatannya. Orang tak kan berani melakukan inses ketika tahu hukumannya sangat berat.

Negara pun punya aturan yang ketat dalam bermedia sosial. Tak akan ada grup menyimpang seperti Fantasi Sedarah ini. Konten positif dan dakwah yang akan mendominasi ruang digital.

Faktor penting lain adalah ketakwaan individu. Individu yang bertakwa akan terhindar dari maksiat. Individu bertakwa adalah individu yang takut pada-Nya, merasa Allah selalu mengawasi segala yang dilakukan.

Ini tak lepas dari peran negara yang menjamin pendidikan berakidah bagi warganya. Pendidikan juga dijamin gratis tanpa biaya. Sehingga masyarakat menjadi semakin paham Islam seutuhnya.
Islam menjadi panduan hidup baginya. Tak hanya sebagai identitas diri.

Negara juga memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan hidup rakyatnya. Kehidupan bahagia sejati dalam keluarga pun diraih. Ayah dan ibu berperan sebagaimana mestinya dalam keluarga. Anak-anak tak terlantar. Tangki kasih sayangnya terisi penuh oleh orang tuanya.

Jelas, inses tak akan terjadi. Dosa tak akan merajalela. Generasi pun kuat dan terlindungi. Tentu, ketika sistem Islam itu bisa tertegakkan di muka bumi. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here