Opini

Darurat Bunuh Diri Remaja

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Eva Ariska Mansur

Wacana-edukasi.com, OPINI--Baru-baru ini terdapat tiga kasus bunuh diri yang dilakukan remaja belasan tahun. Di Sukabumi, Jawa Barat, seorang remaja perempuan berusia 14 tahun mengakhiri hidupnya diduga penyebabnya mendapatkan kekerasan verbal dari teman-temannya. Dua kasus bunuh diri lainnya terjadi di Sawahlunto, Sumatra Barat.

Pemerhati anak menyebut kasus bunuh diri pada remaja di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 25 anak di Indonesia bunuh diri sepanjang tahun 2025.
Komisioner KPAI, Diyah Puspitarini, menyebut sebagian besar kasus bunuh diri itu dilatari oleh bullying atau perundungan, termasuk yang terjadi di lingkungan sekolah. Dikutip BBC.com (03/11/2025)

Fenomena bunuh diri belakangan ini tidak bisa hanya dilihat sebagai kelemahan individu, tekanan hidup yang begitu berat membuat sebagian orang merasa menemui jalan buntu. Padahal akar masalahnya justru terletak pada sistem sekularisme-kapitalisme yang sedang diterapkan di dalam kehidupan. Sistem ini meniscayakan kesenjangan yaitu distribusi kekayaan tidak pernah adil, kekayaan hanya berputar di kalangan orang kaya. Sementara rakyat kecil dipaksa bertahan dengan hidup yang kian terhimpit.

Inilah yang melahirkan depresi, putus asa dan pada akhirnya bunuh diri. Kapitalisme juga berlandaskan sekularisme yang menjauhkan keluarga juga masyarakat dari ketakwaan. Tujuan hidup hanya dipandang sebatas materi, sementara iman dan pemahaman terhadap qadha (takdir) semakin minim. Padahal Islam mengajarkan setiap ujian hidup datang dari Allah dan kelak tidak akan melebihi batas kemampuan hamba-Nya.

Namun sayangnya, Islam hanya dipahami sebatas ritual, sehingga generasi kehilangan pegangan hakiki yang seharusnya bisa menjadi penopang menghadapi tekanan hidup. Lebihnya lagi penguasa yang seharusnya menjadi pengurus rakyat, justru berubah menjadi pelayan kepentingan investor. Kebijakan yang lahir bukanlah untuk menyejahterakan umat melainkan untuk mempermudah akumulasi kapitalis segelintir orang.

Umat dipaksa mandiri mengejar kesejahteraan, keadilan, dan keamanan sesuatu yang seharusnya dijamin negara. Beban hidup pun menumpuk, meninggalkan luka batin yang dalam. Semua ini menampakkan bahwa peristiwa bunuh diri bukan hanya persoalan individu semata, melainkan masalah sistemik dan komplit yang lahir dari penerapan kapitalisme. Selama generasi masih bertahan dalam sistem ini, lingkaran penderitaan dan tragedi bunuh diri tidak akan pernah berhenti.

Pada dasarnya, solusi menyeluruh untuk problem bullying adala menerapan Islam sebagai sistem dalam seluruh lini kehidupan. Islam bukan memberi pegangan iman, namun juga menyediakan pendidikan gratis yang menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, kuat fisik dan mentalnya. Selain itu, Islam juga menghadirkan distribusi kekayaan yang adil dan merata sehingga rakyat hidup sejahtera, mengurangi beban mental karena stres memikirkan ekonomi. Sangat berbeda dengan keadaan saat ini di bawah sistem kapitalisme yang menjerumuskan rakyat pada penderitaan, lahir batin, hingga banyak yang memilih bunuh diri.

Islam telah menyediakan solusi nyata melalui penerapan syariat secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyah. Negara Khilafah berdiri di atas akidah Islam, dan menempatkan penguasa sebagai raa’in (pengurus rakyat) yang bertanggung jawab penuh terhadap urusan rakyat. Rasulullah Saw “Iman/Khalifah/kepala negara adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggung nya atas rakyat yang diurusnya” (HR. Al-Bukhari)

Hadis ini menegaskan jati diri negara dalam Islam yaitu mengurusi umat untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan asasiyah umat, individu per individu. Negara wajib menciptakan lapangan kerja luas dan memadai bagi umatnya. Serta mendorong mereka agar giat bekerja baik itu pertanian, peternakan, jasa ataupun industri akan berkembang pesat. Sebab, khilafah menumbuhsuburkan sektor riil. Sebagai bagian dari realisasi ekonomi Islam, negara wajib mengelola sumber daya alam (SDA) secara mandiri.

Sebagaimana perintah syariat, sumber daya alam adalah milik rakyat yang tidak boleh dikuasai oleh asing atau individu. Rasulullah Saw bersabda “Manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan apai” ( HR. Abu Dawud). Artinya SDA yang melimpah wajib dikelola oleh negara demi kepentingan umat.  Dari hasil pengelolaan ini, negara akan mampu menjamin kebutuhan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis. Tanpa membedakan muslim dan nonmuslim, kaya atau miskin, tua atau muda.

Di bidang pendidikan khilafah akan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Islam tidak hanya diajarkan sebatas ritual melainkan sebagai akidah aqliyyah (keyakinan rasional) sekaligus sistem kehidupan yang sempurna. Pendidikan ini akan melahirkan generasi beriman, berilmu, dan produktif. Yang tidak gampang berputus asa menghadapi ujian hidup. Mereka justru akan menjadi generasi yang beramal shalih untuk meraih keberkahan di dunia sekaligus kebahagiaan hakiki di akhirat.

Khilafah juga menutupi pintu utang piutang ribawi yang menjerat umat. Sebab, kesejahteraan umat telah dijamin negara. Inilah solusi hakiki maraknya bunuh diri, yaitu kembali pada Islam Kaffah dalam naungan khilafah. Khilafah bukan alternatif melainkan ajaran wajib sebagai shalat, puasa dan zakat. Selama rakyat bertahan dengan kapitalisme penderitaan akan terus berulang. Namun, dengan khilafah, insyaallah rakyat hidup dalam rida Allah, sejahtera di dunia, dan bahagia di akhirat.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here