Opini

Refleksi Muharram: Mewujudkan Kebangkitan Hakiki

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Khodijah Ummu Hannan

Wacana-edukasi.com, OPINI–Tahun Baru Islam 1447 Hijriah telah tiba, membawa kesempatan bagi umat Islam untuk merenung dan melakukan muhasabah. Muharram bukan sekadar momentum pergantian waktu dalam kalender Hijriah, tapi merupakan bulan mulia yang penuh nilai historis dan spiritual. Ia mengingatkan kita pada peristiwa besar dalam sejarah Islam yaitu, hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Hijrah ini bukan hanya perpindahan tempat, melainkan permulaan terbentuknya masyarakat Islam yang kuat, adil, dan berperadaban tinggi di bawah naungan wahyu Allah SWT.

Namun, menyambut Muharram tahun ini, umat Islam justru diliputi oleh duka dan penderitaan yang mendalam. Luka yang terus menganga di Palestina belum kunjung sembuh. Sejak agresi besar-besaran Israel pada Oktober 2023, genosida terhadap rakyat Gaza berlangsung tanpa henti. Hingga Juni 2025, lebih dari 55.000 warga Palestina gugur, termasuk 46.000 anak-anak, sebagaimana dilaporkan oleh Daily Sabah (23 Juni 2025) dan Associated Press (20 Juni 2025). Jumlah korban luka mencapai lebih dari 120.000 orang, dan jutaan lainnya hidup dalam kelaparan, pengungsian, dan trauma berkepanjangan. Yang lebih menyakitkan, tragedi ini terjadi di tengah sikap diam, bahkan pengkhianatan, dari sebagian besar pemimpin negeri-negeri Muslim yang seharusnya menjadi pelindung umat.

Muharram bukan sekedar pergantian waktu, melainkan momen penting yang menjadi tonggak perubahan dan semangat pembebasan. Saat itu, Rasulullah bersama para sahabat meninggalkan sistem jahiliah dan membangun masyarakat Islam yang dipimpin oleh syariat. Tegaknya Islam kaffah tidak hanya menyelamatkan umat Islam, namun menjadi rahmat bagi seluruh alam. Islam tersebar ke berbagai belahan dunia, menjadi berkah bag seluruh umat manusia.

Namun, kini kondisi umat jauh dari masa kejayaannya. Predikat sebagai khairu ummah seakan tinggal slogan. Umat Islam tercerai-berai oleh batas negara bangsa, dikuasai oleh sistem sekuler yang menjauhkan Islam dari ranah publik, dan terjajah oleh kepentingan politik serta ekonomi global. Di berbagai penjuru dunia, umat mengalami konflik, kemiskinan, krisis kepemimpinan, dan ketertinggalan teknologi. Semua ini terjadi karena umat meninggalkan aturan Allah dalam kehidupan mereka.

Sistem sekuler yang merupakan warisan kolonial telah sukses menjauhkan umat dari penerapan syariat Islam dalam kehidupan. Agama dipersempit hanya pada ranah ibadah individu, sementara bidang-bidang strategis seperti politik, ekonomi, hukum, dan pemerintahan diserahkan pada aturan ciptaan manusia. Dalam sistem ini, negara tidak lagi hadir sebagai pelayan umat, melainkan berubah menjadi penjaga kepentingan segelintir elite. Inilah pangkal dari berbagai krisis yang menimpa umat Islam , krisis multidimensi tak bisa dihindari . Karena kehidupan mereka diatur oleh sistem yang tidak bersandar pada wahyu Ilahi.

Dalam QS Thaha ayat 124, ditegaskan bahwa siapa pun yang mengabaikan petunjuk Allah akan menghadapi kehidupan yang penuh kesulitan dan keterhimpitan. Gambaran ini sangat relevan dengan kondisi yang sedang dihadapi umat Islam saat ini, ditimpa berbagai krisis akibat menjauhnya dari ajaran-Nya. Oleh karena itu, datangnya Muharram seharusnya menjadi momentum untuk berubah. Sudah saatnya umat berhijrah secara maknawi, meninggalkan sistem buatan manusia dan kembali kepada penerapan Islam secara utuh dalam seluruh aspek kehidupan.

Perubahan yang benar-benar mendasar tak akan tercapai hanya dengan perbaikan parsial atau sekadar mengganti sosok pemimpin. Solusi yang hakiki terletak pada kembalinya umat kepada Islam secara menyeluruh yang mencakup semua aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik, hingga tata kelola pemerintahan. Dalam konteks inilah, kebutuhan akan tegaknya Khilafah Islamiyah menjadi semakin nyata dan tak terbantahkan

Khilafah bukan sekadar wacana ideologis, tapi kebutuhan nyata umat. Sejarah mencatat bahwa di bawah Khilafah, umat Islam mencapai puncak kejayaan. Khilafah Umayyah telah menyatukan Jazirah Arab, Syam, Afrika Utara, hingga Spanyol. Di masa Abbasiyah, Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Bahkan di era Utsmani, Islam masih menjadi kekuatan politik global hingga awal abad ke-20. Khilafah tidak hanya menyebarkan Islam, tetapi juga menjadi pelindung minoritas, penghapus riba, penjaga keadilan sosial, dan pelayan kebutuhan rakyat tanpa diskriminasi.

Dengan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh, Khilafah di masa lalu pernah membuktikan keberhasilannya membangun pemerintahan yang adil. Pendidikan gratis namun tetap berkualitas, sistem ekonominya bebas dari jeratan kapitalisme, dan hukum ditegakkan secara tegas untuk mencegah korupsi serta kezaliman. Semua ini bukan sekadar cerita indah masa lalu, tapi bagian dari sejarah nyata yang dicatat dan diakui, bahkan oleh sejarawan Barat.

Hari ini, upaya untuk menegakkan kembali Khilafah menjadi sebuah tanggung jawab besar yang harus diemban oleh umat Islam. Kesadaran kolektif tentang pentingnya sistem ini perlu terus dibangkitkan. Di sinilah peran strategis jamaah dakwah menjadi sangat penting, mereka yang tak lelah membina umat, menyerukan kebenaran, dan mengokohkan opini Islam di tengah masyarakat. Tanpa peran mereka, umat akan terus larut dalam arus globalisasi sekuler yang menyesatkan arah perjuangan.

Muharram ini, mari kita tidak hanya mengenang hijrah, tetapi menjadikannya inspirasi untuk berhijrah secara nyata, dari keterpurukan menuju kemuliaan, dari kezaliman sistem manusia menuju cahaya aturan Allah. Kebangkitan umat hanya akan terwujud jika umat ini kembali menjadikan Islam sebagai satu-satunya aturan hidup, dan memperjuangkan tegaknya Khilafah sebagai junnah yang akan melindungi dan memuliakan mereka. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here