Opini

Fantasi Sedarah, Rapuhnya Benteng Keluarga

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Rahmatul Aini (Penulis & Aktivis Dakwah)

Wacana-edukasi.com, OPINI–Viral dimedia sosial kemunculan Grup Fecebook bernama Fantasi Sedarah beranggotakan 39 ribu pengikut yang mengunggah konten hubungan dengan sesama keluarga (inses). Para pelaku leluasa menceritakan pengalaman mereka bahkan ada yang menjadikan anak-anak sebagai objek fantasi seksual (tempo.co, 19-05-2025).

Publik ramai mengangkat isu fantasi sedarah ini sebab sudah diluar nalar, ada yang mengecam perbuatan bejat mereka, ada yang meminta para pelaku segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.

Fenomena Gunung Es

Sebenarnya kasus inses ini bukan hanya kali pertama terjadi, sudah ada ribuan kasus dengan pelaku yang berbeda, anak dengan bapak kandung, ibu dengan anak, kakek dengan cucu, adik dengan kakak. Ada yang karena di rudapaksa atau suka sama suka

Seperti kasus di Kota Medan, Sumatera Utara Seorang driver ojek online (ojol) terkejut dengan penemuan mayat bayi berjenis kelamin laki-laki dalam paket yang hendak dikirim ke kawasan Medan Timur. Polisi mengungkapkan bahwa bayi tersebut adalah hasil hubungan sedarah atau inses antara kakak-beradik (detik.com, 10-05-2025).

Ibarat fenomena gunung es yang nampak sebagian kecil sedangkan dibawah permukaan lebih banyak. Miris memang namun inilah fakta yang terjadi hari ini, media hanya menyoroti apa yang nampak dipermukaan sedangkan yang tidak di publik menjamur dan masih saja didiamkan

Hilangnya Fungsi Keluarga

Kasus yang terus bergulir menimpa generasi hari ini cukup menyayat hati, ditengah gempuran serangan sekulerisme yang menyasar berbagai kalangan termasuk generasi menjadi momok menakutkan ketika berada diluar. Minimnya moral/etika, kekerasan antar remaja (bullying), pergaulan bebas, tawuran, seks bebas, pelecehan seksual, narkoba dan sederet kasus lainnya yang siap menggempur generasi.

Seharusnya keluarga berperan sebagai pelindung tatkala anak-anak merasakan ketakutan dengan dunia luar. Mereka hadir memberikan cinta kasih menjadi benteng yang akan melindungi, mengayomi, menjaga keluarga dan darah daging mereka sebagai wujud naluri berkasih sayang. Dikala dunia porak poranda mereka kembali pulang karena rumah adalah tempat ternyaman, dan keluarga tempat berlindung.

Namun tenyata realita berbeda, justru keluarga adalah monster menakutkan yang siap menerkam kapan saja, keluarga menjadi tempat pelampiasan nafsu birahi bahkan hilangnya fungsi keluarga sampai taraf terendah. mereka tidak menemukan rasa aman dimanapun bahkan diruang keluarga. Mereka merasa dunia luar dengan rumah sama-sama mengerikan dan menjijikan pada akhirnya sebagian mereka memilih berada dirumah walaupun harus mengorbankan mental bahkan melahirkan bayi sedarah.

Tontonan Menjadi Tuntunan

Mudahnya akses tontonan unfaedah, konten-konten syahwat baik dalam bentuk tulisan maupun video menjamur di berbagai macam platform digital. Hal ini menjadi sebab pembentukan pemikiran fantasi kotor serta merusak akal, dan naluri kasi sayang. Tontonan akan menjadi stimulus yang menghasilkan tuntunan, tidak heran pula banyak kita dapati ditempat-tempat umum kekerasan seksual terjadi secara refleks akibat tontonan.

Buah Sistem Sekuler

Sistem sekulerisme menjadikan hubungan pria wanita sebagai pandangan yang bersifat seksual semata bukan dalam rangka melestarikan keturunan. Oleh karena itu sistem sekulerisme menciptakan fakta-fakta yang terindra dan pikiran yang mengandung hasrat seksual dalam membangun naluri seksual demi mencari kepuasan. Tak sedikit anggota keluarga menjadi sasaran objek pemuas seksual mereka. Inilah dampak dari penerapan sistem sekuler, menjadikan para manusia-manusia bejat, hina, gila.

Jika hewan yang tidak punya akal saja masih melindungi darah daging mereka, lantas mengapa manusia dengan segala kesempurnaannya bisa menjadi lebih hina dari pada binatang. Sungguh sistem sekuler benar-benar merusak tatanan kehidupan masyarakat.

Terkikisnya Ketakwaan Masyarakat

Hidup dibawah tatanan sekuler memang sangat berat, level ketakwaan individu sangat sulit terlaksanakan sebab debu sekuler terus menyebar sampai mengikis keimanan seseorang.

Ditambah dengan disfungsi masyarakat yang mengabaikan peran amar makruf nahi mungkar (dakwah). Dalam hal ini individualis menjadi tembok penghalang yang mengakibatkan urusan orang lain bukan menjadi masalah mereka. Padahal ini sangatlah berbahaya, karena mendiamkan kemaksiatan merajalela adalah jalan tumbuh suburnya berbagai macam maksiat yang akan menghinggapi semua kalangan.

Dalam hal ini Rasulullah SAW _“perumpamaan orang yang teguh menjalankan hukum Islam dan yang terjerumus dalam kemaksiatan ibarat sekelompok orang yang berada di sebuah perahu, sebagian mereka diatas dan sebagain mereka dibawah. Bila memerlukan air minum yang dibawah harus naik melewati orang diatas sehingga mereka berkata: “lebih baik kita lubangi saja perahu ini agar tidak menganggu yang diatas”. Maka jika yang di atas tidak mencegah orang yang di bawah, niscaya mereka akan binasa semuanya, akan tetapi jika mencegahnya maka akan selamatlah mereka semua.”_ (HR Bukhari)

Maka oleh sebab itu inilah pentingnya peran sosial, masyarakat yang melakukan amar makruf, saling menasehati dalam kebaikan dan keburukan. Rasulullah SAW bersabda _“Siapa yang melihat kemungkaran ubahlah dengan tangan, maka jika tidak mampu ubahlah dengan lisan, jika tidak mampu juga maka tolaklah dengan hati. Maka itu selemah-lemahnya iman.”_ (HR Muslim)

Namun yang paling tepenting adalah peran negara yang menerapkan syariat Islam, sebab individu lemah dan juga masyarakat individual adalah buah dari negara yang tidak menerapkan sistem Islam secara kaffah. Syariat Islam hanya sebagai prasamanan yang dipilah pilih sesuai dengan kepentingan mereka. Masalah Zakat, Haji, Puasa masih bisa terlaksanakan berdasarkan syariat Islam akan tetapi masalah Ekonomi, Politik, Sosial, Pendidikan jauh dari tatanan Islam.

Padahal Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah ritual tapi mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, bahkan Rasulullah SAW hadir di tengah ummat bukan saja sebagai contoh perbaikan akhlak tapi menjadi pemimpin dalam bernegara, tauladan dalam komando jihad, dan menjadi panutan dalam berpolitik. Dulu semasa Islam berjaya masjid tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah, akan tetapi juga berfungsi sebagai tempat musyawarah membahas persoalan ummat dan mencari solusinya.

Hukum Tambal Sulam Ala Sekuler
Akar permasalahan ummat hari ini terletak pada sistem sekuler yang berlaku, jikapun hukum diberlakukan kepada para pelaku kekerasan seksual atau siapapun yang berbuat kasus maka itu bukan solusi tuntas. Buktinya kasus terus saja meningkat bahkan para pelaku bertambah, bukan mengurangi masalah justru menambah masalah. Hukum tambal sulam, satu masalah bisa ditambal sedangkan masalah yang baru terus bermunculan.

Hal ini diakibatkan karena hukum yang berlaku dalam sistem sekuler tidak membuat orang jera dan orang lain tidak takut berbuat demikian. Siklusnya tetap sama yakni keluar penjara cari korban lagi atau kembali bejat. Apa yang harus membuat mereka jera, sedangkan dipenjara mereka bisa mendapatkan potongan hukuman jika ada uang atau modal perilaku baik.

Islam Solsui Atasi Masalah
Berbeda dengan sistem Islam yang memberlakukan sanksi tegas dan juga membuat para pelaku jera serta sebagai jalan terhapusnya dosa. Istilah ini dikenal dengan jawabir (penebus dosa) dan zawajir (pencegah). Dalam hal ini sanksi akan ditegakkan seadil-adilnya sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku serta disaksikan oleh ummat, bisa dengan teksis melalui siaran langsung di semua channel media televisi maupun disemua platform digital. Inilah yang membuat orang lain tidak berani melakukan hal yang serupa.

Mencari jalan keadilan maupun efek jera dalam sistem sekuler tidak akan mampu didapatkan. Oleh karena itu ummat harus sadar penuh bahwa hanya Islam satu-satunya solusi menuntaskan masalah dari akar hingga daun. Inilah urgen dan pentingnya Islam diterapkan dalam kancah kehidupan bernegara menjadi Maqashid Syariah (menjaga jiwa, agama, akal, keturunan, dan harta). [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here