Surat Pembaca

Gaza dan Ketakutan Barat terhadap Persatuan Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ayu Khawlah (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Agresi biadab Israel atas Gaza yang telah berlangsung berbulan-bulan dan menewaskan puluhan ribu warga sipil, ternyata menyisakan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar duka: kebangkitan kesadaran politik umat Islam. Dunia Islam mulai memahami, bahwa penderitaan Palestina tak akan pernah benar-benar berakhir selama tidak ada kekuatan politik global yang mampu menghapus penjajahan Israel dari akarnya.

Khaled Meshaal, mantan pimpinan Hamas, dalam Konferensi Global Bela Palestina yang diselenggarakan di Qatar, menyerukan dunia Islam untuk tidak lagi tinggal diam. Ia mendorong umat agar tidak hanya memberikan simpati, tetapi bergerak nyata melalui jihad dan mendukung tegaknya khilafah sebagai solusi strategis (Sabili.id, 2025).

Tak hanya itu. Dalam laporan IRNA (Islamic Republic News Agency), Jihad Islam menyatakan bahwa seluruh negeri Muslim tidak akan pernah benar-benar aman dari ancaman Israel selama entitas penjajah itu masih berdiri. Maka, menghapus eksistensinya bukan sekadar kebutuhan Palestina, tetapi tuntutan untuk menjaga kehormatan dan keamanan dunia Islam secara menyeluruh (IRNA, 2025).

Fakta yang terjadi menunjukkan eskalasi. Israel kembali mengerahkan ribuan pasukan cadangan untuk memperluas agresinya di Gaza (Al Jazeera, 2025). Namun yang lebih mengejutkan, bukannya memadamkan semangat umat, serangan brutal ini justru mendapatkan dukungan internasional secara terang-terangan menyerukan solusi Islam. Dalam berbagai konferensi dunia Islam, seperti yang digelar di Istanbul dan Doha, mulai terdengar tuntutan jelas: kirim tentara, tegakkan khilafah, bebaskan Palestina! (SindoNews, 2025).

*Ketakutan yang Terselubung*

Dari berbagai reaksi negara-negara Barat terhadap gelombang simpati dunia terhadap Palestina, sangat terlihat jelas kekhawatiran mereka akan satu hal yaitu bangkitnya opini persatuan politik dunia Islam. Ketakutan ini tergambar dari pernyataan para pengamat di sejumlah konferensi internasional seperti “Post-Crisis Governance in Gaza” yang diselenggarakan oleh Hamad Bin Khalifa University, Qatar. Diskusi soal siapa yang akan memerintah Gaza pascaperang menunjukkan betapa Barat ingin tetap mengendalikan arah politik kawasan dan menghindari munculnya pemerintahan independen berbasis Islam.

Bahkan Inggris, melalui pernyataan Menlu David Cameron, menyatakan kesiapan untuk mengakui negara Palestina jika itu berdampak nyata terhadap perdamaian. Namun hal ini dipandang oleh sebagian kalangan sebagai langkah strategis Barat untuk meredam gelombang opini publik yang mulai berani menyuarakan alternatif sistemik seperti kepemimpinan Islam (Viva.co.id, 2025).

*Solusi Fundamental Persoalan Gaza Palestina*

Fenomena ini menunjukkan bahwa upaya-upaya seperti gencatan senjata sementara atau bantuan kemanusiaan, meski penting, tidak cukup menyelesaikan akar persoalan. Dibutuhkan solusi menyeluruh dan jangka panjang yang mampu mengakhiri penjajahan dan mengonsolidasikan kekuatan politik umat Islam.

Sejarah mencatat, dunia Islam pernah memiliki struktur kepemimpinan global melalui sistem Khilafah Islamiyah, yang mengatur urusan umat dalam satu institusi politik. Konsep ini bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi alternatif yang mulai kembali dibicarakan dalam diskusi-diskusi akademik dan forum masyarakat sipil di berbagai negara Muslim.

Selain itu, masyarakat harus diberikan pemahaman bahwa mereka sebenarnya merupakan pemegang kekuasaan sejati. Mereka memiliki kemampuan untuk memberikan atau mencabut kekuasaan dari para pemimpin yang ada pada saat ini. Mereka juga seharusnya dapat menekan pihak berwenang untuk melakukan tindakan yang mereka inginkan, termasuk menggunakan kekuatan militer untuk membantu Gaza Palestina. Apabila mereka enggan melakukannya, bahkan berpihak kepada lawan, itu menunjukkan bahwa mereka tidak layak untuk memegang posisi kepemimpinan.

Itu sebabnya, umat Islam perlu menyerukan opini penegakan Khilafah. Mereka harus menyadari bahwa tujuan penegakan Khilafah sebenarnya berkaitan dengan keberlangsungan umat, dan tidak hanya terbatas pada isu Palestina. Situasi yang dihadapi umat Islam di seluruh dunia di bawah pemerintahan sekuler kapitalisme saat ini jelas sangat memprihatinkan, dikelilingi oleh berbagai krisis, terpecah, dan terjajah.

Sudah saatnya bagi kita untuk bertransformasi dengan cara menghidupkan kembali kehidupan Islam. Terlebih lagi, ketika kita ingat bahwa umat Islam telah dianggap sebagai khairu ummah dan selama berabad-abad telah mampu membuktikan hal itu. Dalam naungan peradaban Islam, yaitu Khilafah, gambaran kehidupan umat selama berabad-abad sangatlah gemilang. Khilafah mampu berperan sebagai pengurus dan pelindung umat serta menciptakan kesejahteraan yang tiada tara bagi setiap individu dan Masyarakat. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here