Opini

Tuberkulosis Semakin Merebak, Mengapa?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Eva Ariska Mansur (Anggota Ngaji Diksi Aceh)

Wacana-edukasi.com, OPINI–Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat benilai dalam kehidupan manusia. Kesehatan pun menjadi pendorong beragam aktivitas yang mampu dikerjakan oleh manusia. Dengan mempunyai tubuh yang sehat, pribadi manusia bisa melakukan kegiatannya dengan baik, seperti halnya bekerja, mengurus rumah tangga, bermain dengan anak, dan lain-lain.

Sejumlah usaha yang dikerakan manusia supaya mempunyaii badan yang kuat. Dengan mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi juga wajib berolahraga dengan cukup merupakan sebagian langkah supaya stamina badan tetap terpelihara. Menjalani pola hidup juga pola makan yang sehat mampu meemelihara kesehatan bugar.

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya raya. Hasil laut yang melimpah ruah serta lahan yang subur dan itu menjadi modal yang baik dalam memelihara kesehatan. Namun, berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024 yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menjadi negara kedua dengan kasus tuberkulosis terbanyak setelah India, dengan jumlah 1.060.000 kasus dengan angka kematian mencapai 134 ribu (Tempo.com, 11/6/2025).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan fakta mengejutkan bahwa dua orang di Indonesia meninggal dunia akibat TBC setiap lima menit. Kondisi ini membuat Menkes menilai deteksi dini TBC sangatlah urgen di Indonesia. Menkes Budi juga menekankan pentingnya deteksi dini dan pengobatan TBC yang tepat. Pengobatan TBC memerlukan disiplin minum obat dan selalu mengontrol kondisi tubuh ke dokter. Pasien TBC harus minum obat setiap hari selama enam bulan untuk memastikan kesembuhan (Mediadelegasi.com, 12/06/2025).

Kapitalisme menjadi dalang kasus TBC

Kapitalisme membuat masyarakat mrnjadi lemah dan tak berdaya. Rakyat tak dapat berusaha pengobatan dengan baik. Mereka harus menghadapi pengobatan dengan biaya yang tinggi. Jikalau dapat berobat secara gratis, proses nya pun cukup panjang, apalagi ditambah dengan pelayanan yang kurang memuaskan. Bahkan, dengan terbatasnya fasilitas kesehatan yang memadai, rakyat malah harus menghabiskan biaya lebih untuk transportasi dan bekal selama berobat berlangsung.

Tak hanya sampai di situ, bahkan obat-obatan yang bagus pun perlu ditebus dengan biaya yang mahal. Keadaan ini menjadi beban tersendiri bagi rakyat yang ekonomi bawah.

Keadaan rakyat yang miskin menjadi salah satu faktor tingginya angka TBC di negara ini, meskipun ada juga masyarakat ekonomi atas yang terjangkit penyakit menular ini. Rakyat terkadang jangankan untuk membeli kebutuhan bergizi, untuk membeli beras saja mereka harus berusaha keras untuk bekerja, itu juga belum tentu terpenuhi semuanya. Sehingga, tak mampu mencukupi nutrisi terhadap tubuh. Belum lagi, terkadang sanitasi lingkungan pun tak cukup bersih untuk dihuni. Hingga, untuk menjaga pola hidup sehat pun menjadi sulit diperankan.

Rakyat dengan kemampuan ekonomi yang berada di bawah berpeluang besar terpapar penyakit menular ini. Dengan sejumlah problem dalam kemiskinan, hal ini memungkinkan berpotensi tingginya angka kasus TBC semakin besar. Sebab, kondisi ekonomi pribadi akan memengaruhi banyak pada kualitas kesehatan dalam diri.

Kekurangan kemampuan serta minimnya pengetahuan atas penyakit TBC menjadikan rakyat miskin rentan terjangkit penyakit menukar ini dibandingkan dengan rakyat kalangan ekonomi atas. Susahnya dalam mengakses informasi mengenai TBC menjadikan rakyat tidak memahami akan penyakit tersebut. Alhasil, rakyat minimnya informasi bagaimana cara memelihara kesehatan, termasuk memelihara kesehatan dari penyakit menular seperti TBC. Keadaan miskin ini pun merupakan akibat dari penerapan sistem kapitalisme. Sistem yang busuk dan membusuk.

Keadaan ini berbeda dengan rakyat lain yang mempunyai keadaan ekonomi yang baik. Rakyat dengan keadaan ekonomi yang baik ini mampu dengan cepat mendapatkan pelayanan kesehatan. Kepemilikan uang yang banyak seolah menjadi motede untuk mempermudah mendapatkan pengobatan. Semakin rakyat mampu membayar, semakin baik pula pelayanan yang didapatinya. Jadi, pengobatan yang bagus, harganya pun sudah pasti mahal.

Islam sebagai Solusi

Islam merupakan sistem hidup yang paripurna yang berasal dari Sang Khalik. Sistem yang bisa menyelesaikan berbagai problem termasuk kesehatan. Dalam Islam, negara adalah sebagai raa’in atau pengurus umat, termasuk dalam hal penanganan penyakit menular seperti TBC.

Islam menjadikan negara sebagai pihak yang paling bertanggungjawab untuk melakukan tindakan preventif dalam mencegah bahaya terhadap rakyatnya, termasuk juga penyakit menular ini. Negara wajib melakukan usaha peningkatan kekebalan masyarakatnya dengan memberikan asupan bernutrisi baik pastinya terutama pada rakyat yang miskin.

Negara juga wajib memastikan kebutuhan pokok rakyatnya tergenapi. Sebab dengan terpenuhinya kebutuhan pokok pribadi rakyat maka akan menunjang sistem imunitas badan. Makanan yang bergizi, sanitasi, lingkungan yang sehat, dan air bersih, perilaku disediakan oleh negara.

Negara pun juga wajib menyediakan fasilitas kesehatan terbaik dengan jumlah yang mencukupi. Serta, fasilitas kesehatan tersebut mudah diakses oleh rakyat yang ada di mana pun dan kapanpun. Selain itu, dalam fasilitas kesehatan tersedia obat-obatan terbaik dan alat medis yang mampu memberikan penanganan pada masyarakat yang terkena penyakit menular. Indahnya, dalam Islam, pelayanan kesehatan yang berintergritas seperti ini bersifat gratis.

Dalam Islam, negara juga mendukung pendidikan Islam yang mendidik rakyat bahwa memelihara kesehatan, hidup sehat, serta bersih, itu sangat penting. Dan, solusi seperti ini hanya mampu terwujud jika Islam diterapkan secara menyeluruh atau kaffah dalam seluruh sendi kehidupan oleh seluruh kalangan umat, termasuk oleh negara.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 16

Comment here