Surat Pembaca

Membangun Pendidikan Banua, antara Perbaikan Teknis dan Fondasi Ideologis

Bagikan di media sosialmu

Oleh : Puspita Indah Ariani, S.Pd.

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA--Dunia pendidikan saat ini menghadapi sejumlah tantangan besar, mulai dari digitalisasi, perubahan kurikulum, percepatan teknologi, sampai dinamika sosial ekonomi yang menuntut adaptasi cepat. Diperlukan adanya peran serta kuat dari pemerintah daerah dalam menjawab tantangan tersebut.

Belakangan ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan kembali menegaskan komitmennya untuk menghadirkan pendidikan berkualitas bagi Banua. Melalui penandatanganan bersama 13 Kepala Daerah Se-Kalsel. Pemerintah menetapkan sejumlah prioritas penting, dimulai dari Pengentasan Anak Tidak Sekolah (ATS) melalui Program Wajib Belajar 13 Tahun, kemudian dilanjutkan dengan peningkatan sarana dan prasarana sekolah, sampai dengan digitalisasi pendidikan guna memperluas akses serta meningkatkan mutu pembelajaran (diskominfomc.kalselprov.go.id, selasa, 25-11-2025).

Upaya memperkuat ekosistem pendidikan juga dilakukan melalui program BPMP Kalsel, melibatkan pemerintah, sekolah serta masyarakat dalam menjamin mutu layanan, kompetensi guru, serta pemerataan pendidikan. Sektor pendidikan swasta juga ikut diberdayakan berperan aktif melalui BMPS. Harapannya sekolah-sekolah swasta dapat berkontribusi aktif bagi peningkatan kualitas pendidikan di Banua.

Langkah-langkah tersebut layak diapresiasi karena pemerintah telah menunjukkan keseriusannya dalam upaya meningkatkan indikator pendidikan formal, seperti rata-rata lama sekolah, ketersediaan guru, sarana prasarana dan pemerataan akses. Akan tetapi, jika ditinjau lebih mendalam, memunculkan pertanyaan mendasar :” apakah pendidikan hanya sebatas pada ranah teknis dan administratif saja ?”

Dalam sistem pendidikan nasional yang berkembang dalam kerangka negara modern, kualitas pendidikan sering dimaknai sebatas kemampuan akademis, keterampilan teknis, literatif digital, serta berdaya saing ekonomi. Lulusan yang dicetak diharapkan siap bekerja secara produktif dan mampu beradaptasi dengan tuntutan pasar.

Akan tetapi dalam pendekatan yang tidak berlandaskan asas ideologis yang jelas, dimensi penting seperti makna hidup, nilai spiritual , akidah, moral, serta tanggung jawab sosial tidak mendapatkan tempat yang sistemik dalam kurikulum dan tujuan pendidikan. Sehingga berakibat buruk, dimana sering kita temui generasi yang cerdas secara teknis namun kososng secara nilai, sering mengabaikan syariat, serta lemah dalam kesadaran moral. Padahal Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an. Allah berfirman, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku“ (QS. Adz-Dzariyat : 56).

Apabila tujuan hidup manusia adalah ibadah, maka pendidikan semestinya mengarahkan manusia untuk memahami dan menjalani tujuan tersebut. Tanpa hal tersebut, pendidikan hanya melahirkan manusia produktif secara ekonomi namun tidak mengetahui untuk apa hidupnya diarahkan.

Dalam pandangan Islam, pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu dan keterampilan semata, melainkan adalah sebuah proses membentuk Syaksiyyah Islamiyyah. Dimana cara berpikir dan bersikap dibangun diatas akidah islam. Disinilah mulai ditanamkan nilai moral, rasa tanggung jawab kepada Allah serta kesadaran bahwa manusia adalah Khalifah di muka bumi dan memikul amanah yang besar. Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka“ (QS. At-Tahrim : 6).

Ayat ini menjelaskan bahwa pendidikan harus menanamkan kesadaran akidah dan akhlak yang kuat, bukan hanya kecakapan teknis. Dalam Islam, ilmu bukan sekedar alat untuk bekerja, melainkan amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Dalam sejarah peradaban Islam, sistem pendidikan berlandaskan akidah melahirkan generasi ulama, ilmuan, dan pemimpin yang tidak hanya cerdas tetapi juga berkepribadian kuat dan berakhlak mulia. Integrasi ilmu dunia dan ilmu sya’i, kesejahteraan guru, pemerataan pendidikan, hingga akreditasi berbasis nilai-nilai Islam merupakan prinsip dasar yang pernah diterapkan dalam tradisi pendidikan umat.

Perbaikan sarana prasarana, penambahan anggaran, digitalisasi sekolah, atau pemerataan guru memang penting, akan tetapi dari sudut pandang Islam, semua itu baru menyentuh struktur luarnya saja, seperti pondasi bangunan yang kuat, namun tidak memiliki desain arsitektur yang benar.

Komitmen Pemprov Kalsel dalam memajukan pendidikan adalah langkah positif yang patut didukung, akan tetapi pendidikan yang benar dalam membangun peradapan memerlukan fondasi nilai, bukan sekedar perbaikan teknis saja.

 

Pendidikan yang bermakna yaitu pendidikan yang menanamkan akidah dan akhlak, membentuk kepribadian islami, mengintegrasikan ilmu dunia dan ilmu syar’i, menjadikan ilmu sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah serta membangun generasi yang tidak hanya kompeten saja, tetapi juga bertakwa.

Upaya perbaikan pendidikan di Banua tidak boleh hanya berhenti pada angka-angka statistik, tetapi mampu melahirkan generasi yang cerdas berkarakter dan berorientasi pada akhirat serta sesuai dengan nilai-nilai Islam yang mulia.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 11

Comment here