Oleh: Umi Rizkyi (Komunitas Setajam Pena)
Wacana-edukasi com, OPINI–Berbagai aksi bela Palestina mengguncang dunia. Baik dari kalangan umum, organisasi masyarakat, para tokoh, dan lain-lain. Tak hanya di dalam negeri, aksi global juga telah dilaksanakan di Istanbul Turki pada 26 April 2025 yakni konferensi dukungan terhadap Al-Quds dan Palestina yang bertemakan “Kemenangan Gaza adalah Tanggungjaawb Umat.”
Konferensi ini merupakan salah satu dari konferensi tahunan sebagai “Pelopor” yang diikuti oleh puluhan tokoh nasional, media, budaya, sosial, serikat pekerja, intelektual, dan pemuda, serta lembaga aktif dari sekitar 60 negara di seluruh dunia.
Mengingat akan penderitaan anak-anak dan perempuan Gaza, tahanan di dalam penjara penjajah, dan pengorbanan para jurnalis dan profesional media. Itu semua bertujuan untuk menguatkan gagasan perlawanan dan kegigihan rakyat Palestina, serta untuk meningkatkan kesadaran di tengah-tengah umat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya tentang tujuan mulia, yaitu permasalahan Palestina adalah permasalahan Umat Islam seluruh dunia. Bukan hanya masalah kelompok, organisasi, entitas Hamas semata.
Menurut sekretaris ARI-BP Oke Setiadi menyatakan bahwa aksi bela Palestina yang diselenggarakan di Indonesia mendapat dukungan dari berbagai tokoh lintas agama, juga dukungan rakyat atas kemerdekaan Palestina. Sehingga diharapkan rakyat Gaza tidak merasa sendiri dalam memperjuangkan kemerdekaannya (nasional.sindonews.com, 24/4/2025).
Aksi-aksi tersebut direspon langsung oleh dunia Barat. Bahwasanya, saat ini mereka ketakutan dan khawatir akan bersatunya umat dan bangkitnya mereka bersama ideologi yang dibawa yaitu ideologi Islam. Hal ini menunjukkan bahwa dunia Barat fobia akan khilafah. Dengan adanya fobia tersebut, hendaknya umat semakin sadar dan bersatu menjadi kesatuan yang utuh sehingga muncullah kesadaran untuk menegakkan khilafah ala minhajil nubuwah yang ditakuti musuh tersebut.
Dengan tegaknya khilafah ini diharapkan seperangkat aturan dalam Islam bisa diterapkan secara menyeluruh baik di tataran individu, masyarakat dan negara. Juga diterapkan di berbagai aspek kehidupan yakni di bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan.
Kemudian dari segi syariat, jihad termasuk bagian dari ajaran Islam. Masalah Gaza Palestina sejatinya adalah masalah agama, yakni penguasaan atas tanah umat Islam, bukan semata masalah kemanusiaan sebagaimana yang terus digaungkan. Sehingga masalah tersebut juga harus segera diselesaikan. Agar penjajahan serta genosida yang dilakukan selama ini bisa diberantas dan tak akan terulang lagi.
Allah Swt. berfirman, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 190). Juga firman-Nya, “Bunuhlah mereka di mana saja kalian jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 191).
Umat Islam Wajib Berjuang
Selama 1,5 tahun lebih warga Gaza telah memenuhi kewajiban mereka untuk melakukan jihad melawan penjajahan. Namun faktanya kekuatan mereka tidak cukup untuk melawan dikarenakan hanya memiliki kekuatan individu atau sekelompok orang dengan sumber daya yang tidak seimbang. Karena jumlah pasukan yang tak seimbang, sarana dan prasarana pun jauh dari musuh, sejatinya mereka bukan berperang, namun kaum muslim di Palestina bertahan dari gempuran dan aksi brutal genosida yang dilakukan oleh Israel laknatullah. Sementara itu, musuh yang dihadapi adalah entitas sebuah negara, yang didukung oleh kekuatan global, di bawah kepemimpinan AS.
Hal ini menjadi sebuah kewajiban bagi kaum muslim yang berada di sekitar Gaza bahkan bisa mencakup seluruh muslim di dunia. Namun demikian pada saat yang sama, sistem yang ada menghalangi pelaksanaan jihad. Skenario kafir penjajah pasca keruntuhan khilafah pada tahun 1924 untuk memecah belah umat Islam berdasarkan batas-batas negara telah berhasil, dan membuat umat Islam di seluruh dunia tidak berdaya. Termasuk menanggapi seruang dan melaksanakan jihat pun tak mampu.
Di lain sisi, dunia barat beserta antek-anteknya juga terus menakuti dunia dengan gagasan khilafah yang salah. Yakni khilafah yang menakutkan dan tak sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga terbentuklah opini negatif terhadap khilafah di tengah-tengah umat.
Kemudian umat Islam juga wajib mengambil peran dalam menguatkan dan menggaungkan opini tentang pentingnya penegakan khilafah ini. Mereka bahkan dituntut oleh syariat untuk bersungguh-sungguh menyegerakan tegaknya Khilafah sebagai bentuk tanggung jawab mereka menolong saudara seakidahnya terkhusus di Gaza. Dapat dikatakan bahwa para pejuang khilafah disetarakan dengan generasi penegak khilafah pada masa awal.
Yuk kita pahami nasihat Al-‘Alamah Syekh Atha Abu Rasytah, seorang ulama mukhlis, sekaligus pemimpin gerakan ideologi Islam yang konsisten memperjuangkan Khilafah, “Sungguh kita paham bahwa musuh-musuh Islam akan menilai perealisasian hal itu (Khilafah)sebagai hal mustahil. Mereka mengulang-ulang ucapan kelompok mereka sebelumnya seraya mengolok-olok, ‘Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya, ‘ (TQS Al-Anfal [8]: 49) “.
Oleh karena itu, maka pengaplikasian dari seruan jihad dan khilafah adalah sebuah kewajiban. Karena khilafah adalah kepemimpinan umat Islam yang satu di seluruh dunia. Karena dengannya, maka tegaklah seluruh syariat Allah SWT di muka bumi ini. [WE/IK].
Views: 1
Comment here