Opini

Akhiri Kasus Kekerasan Anak dengan Sistem Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Dwi R Djohan

Wacana-edukasi.com, OPINI--Dunia anak-anak itu dunia yang menyenangkan. Dimana mereka tidak perlu memikirkan, besok harus masak menu apa, tagihan listrik kapan bayarnya, kapan menikah, dimana cari pekerjaan dan beban-beban di pundak orang dewasa lainnya. Yang ada di benak mereka adalah bermain, berteriak sepuas-puasanya, rasa ingin tahu yang tinggi dan keberanian yang ingin selalu ditunjukkan.

Namun, berita yang beredar saat ini, jauh daripada itu. Dunia anak sedang tidak baik-baik saja. Bukan hanya dari lingkungan sekitar, dari keluarga sendiri juga. Anak-anak sudah tidak bisa menikmati dunianya. Parahnya, saat nyawa menjadi taruhannya. Seperti yang diberitakan dalam kompas.com (14/6/25( dimana bayu usia 2 tahun di Kabupaten Kuantan, Singingi (Kuansing), Riau yang tewas oleh pengasuhnya yang merupakan pasutri karena dianiaya. Penyebabnya hanya karena korban rewel. Dengan usia segitu, wajar bukan jika anak tantrum. Ingat, tantrum itu bukan suatu kenakalan, tapi reaksi alami pada saat keinginannya tidak dipenuhi atau dikabulkan. Jadi hal yang harus dimiliki oleh orang yang membersamai adalah kesabaran dan amanah karena dia adalah titipan Allah. Namun, yang terjadi malah sebaliknya.

Peristiwa ini berawal dari ibu si korban yang bernama Indah Dewi Suksa Sirait yang harus bekerja karena dia telah bercerai dengan suaminya, sedang dia punya korban dan adik korban yang masih bayi bersamanya. Mantan suaminya tidak pernah memberi nafkah untuk anak-anaknya sehingga bekerja adalah solusinya. Yang membuat Indah menyerahkan dua anaknya kepada kedua pelaku karena mereka menawarkan diri dan untuk memancing agar mereka segera punya momongan, tetapi malah ini imbalannya. Keduanya sering menampar muka, mencubit seluruh tubuh korban hingga memukul pantat korban. Selain itu, korban juga diikat tangan dan kaki serta mulut dengan lakban. Lalu salah satu dari mereka, merekamnya sambil tertawa. Mirisnya, saat korban dinyatakan meninggal, pasutri ini mengatakan penyebabnya adalah kecelakaan. Begitu kejamnya mereka.

Belum berhenti sampai di situ. Mengutip dari tirto.id (11/6/25) bahwa di Kota Bekasi, Jawa Barat terjadi kasus kekerasan seksual anak. Pelakunya dan korban diketahui di bawah umur yaitu pelaku berusia 9 tahun dan korban berusia 4 tahun. Keduanya adalah tetangga sekaligus teman bermain sehingga kejadian ini sangat berpeluang terjadi. Setelah melakukan konseling dengan psikolog yang difasilitasi oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Bekasi maka terungkaplah bahwa pelaku ternyata juga merupakan korban kekerasan seksual oleh temannya. Astaghfirullah.

Berita mencengangkan tentang dunia anak berikut, jauh lebih menyayat hati. Jika kedua berita sebelumnya, pelakunya adalah orang sekitar anak, maka berita berikut adalah orang tua si anak sendiri. Melansir dari tempo.co (16/6/25) dimana anak berusia 7 tahun mengaku disiksa oleh orang tuanya dan ditelantarkan di Pasar Kebayoran Lama. Saat ditemukan anaknya dalam kondisi lemas, ditemukan beberapa luka lebam dan bekas senjata tajam di sekujur tubuh sang anak. Hingga sekarang Badan Reserse Kriminal Polri sedang melacak orang tua korban. Bukankah binatang liar sekalipun tidak akan melukai anaknya sedemikian rupa. Lalu mengapa manusia dengan kesempurnaan Penciptaan akalnya, bisa berbuat begini ?

Kasus kekerasan terhadap anak, baik fisik maupun seksual , termasuk kasus inses oleh anggota keluarga sangat tinggi terjadi di Indonesia. Lemahnya peran orang tua dalam keluarga karena sibuk memikirkan ekonomi yang tak jarang memancing emosi yang tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan moral dan iman yang lemah menjadi pendorong kekerasan di lingkungan keluarga.

Dengan dalih perut harus terisi atau dapur harus tetap mengepul, membuat peran orang tua tidak maksimal atau bahkan hilang dari dunia anak-anak. Mungkin terkesan bahwa anak-anak bisa senang jika terpenuhi dengan harta atau kemewahan, tetapi itu opini yang salah besar. Dunia anak butuh tangki cinta dari orang tuanya terpenuhi, jika tidak, maka anak-anak akan mencarinya di luar rumah dan dia akan menjauh dari rumah yang seharusnya mereka nyaman di dalamnya.

Dengan sistem sekularisme kapitalisme yang diterapkan di negeri ini, membuat orang tua kurang pemahaman bagaimana cara mendidik dan mengasuh anak. Sistem ini bahkan menghilangkan fitrah orang tua yang punya kewajiban melindungi anak-anak dan menjadikan rumah sebagai tempat yang paling aman untuk anak. Lingkungan beserta tayangan media sosial yang ada bahkan bisa menjadi pemicu terjadinya kekerasan pada anak.

Sistem ini juga membuat hubungan antar masyarakat tak bernyawa dan individualis, acuh pada sesama, sehingga memudahkan terjadinya kekerasan terhadap anak. Ketidakpedulian yang tercipta, membuat dunia semakin tidak nyaman bagi anak-anak.

Di Indonesia, sebenarnya sudah ada Regulasi/Undang-Undang tentang perlindungan anak, juga perlindungan atas kekerasan seksual pada anak, juga tentang pembangunan keluarga. Namun persoalan kekerasan pada anak belum tuntas hingga sekarang. Sebab, UU tersebut dibangun dengan ruh sekuler dan kapitalis, sehingga tidak menyentuh akar permasalahan terjadinya beragam kekerasan pada anak, yang disebabkan oleh faktor yang kompleks dan saling berkelanjutan.

Islam memiliki solusi untuk semua masalah, termasuk keluarga. Dengan aturannya yang sempurna menjamin akan terwujudnya berbagai hal penting dan yang dibutuhkan seperti kesejahteraan, ketenteraman jiwa, terjaganya iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebab Islam adalah ideologi (sistem hidup) yang menentramkan hati, sesuai dengan fitrah manusia dan memuaskan akal.
Salah satu fungsi keluarga adalah pelindung. Selain itu, keluarga dalam Islam juga memiliki fungsi membentuk dan membina kepribadian Islam kepada seluruh anggota keluarganya. Sedang peran negara adalah akan berupaya untuk membentuk kepribadian Islam, dan menguatkan pemahaman tentang peran dan hukum-hukum keluarga. Sehingga setiap individu dalam keluarga memiliki pemahaman yang shahih dan komitmen untuk melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan Islam untuknya termasuk dalam membangun keluarga secara bertanggung jawab.

Negara dengan edukasi yang menyeluruh dalam sistem pendidikan maupun melalui berbagai media informasi serta pelaksanaan hukum Islam secara kaffah dalam berbagai aspek kehidupan akan menjamin terwujudnya ketahanan keluarga yang kuat, dan mampu mencegah terjadinya kekerasan dalam keluarga. Anak hidup dalam dunianya dengan aman dan nyaman hanya terwujud dalam naungan Khilafah.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here