Opini

Iduladha Berdarah di Palestina

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Wida Nusaibah (Pemerhati Kehidupan Global)

Wacana-edukasi.com, OPINI–Iduladha merupakan salah satu dari dua hari raya umat Islam yang seharusnya dirayakan dengan sukacita. Namun, tidak dengan rakyat Palestina. Mereka harus merayakan Idul Adha dengan mengorbankan nyawa demi menjaga tanah kharajiyah kaum muslim.

Sungguh biadab Zionis Israel laknatullah. Pada hari pertama Idul Adha 2025 mereka masih melakukan serangan udara dan penembakan di berbagai wilayah Gaza yang menyebabkan 33 warga Palestina kehilangan nyawa.

Kemudian di hari kedua Idul Adha, sedikitnya ada 17 rakyat Palestina yang meregang nyawa akibat serangan brutal Israel di Selatan jalur Gaza, terutama daerah Khan Younis dan Rafah (Beritasatu.com, 07/06/25).

Zionis Yahudi Israel tidak hanya membunuh banyak manusia di Palestina. Namun, Zionis telah pula membunuh rasa kemanusiaan seluruh dunia. Gelar manusia sebagai makhluk paling mulia pun tercoreng, karena manusia tak lagi memanusiakan manusia dengan membiarkan genosida oleh Zionis Israel terus berlangsung di Palestina.

Bayi-bayi tak berdosa dilahirkan tanpa orang tua. Bahkan, mereka juga menjadi korban harus kehilangan nyawa di usia yang masih terhitung hari bahkan terhitung jam melihat dunia. Bayi-bayi itu dianggap berdosa oleh Zionis, karena terlahir dari keturunan Palestina.

Tidak cukup dengan tembakan, sejak sebelum Idul Adha, Zionis si pengecut juga menjadikan kelaparan sebagai senjata yang mereka gunakan untuk membunuh generasi masa depan Palestina secara perlahan. Rakyat Palestina dilarang mendekati pusat-pusat distribusi bantuan oleh otoritas militer Zionis, karena akan ditutup. Penutupan tersebut telah diumumkan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), penyelenggara program distribusi bahan makanan pokok di wilayah tersebut.

Penutupan itu terjadi sehari setelah militer Israel dilaporkan menyerang sekelompok warga Palestina yang tengah menunggu bantuan di bundaran Al-Alam, Rafah, selatan Gaza. Sedikitnya ada 27 orang tewas akibat serangan tersebut.

Kantor media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa sejak 27 Mei 2025, serangan-serangan Israel di sekitar pusat distribusi yang dikelola GHF dan didukung oleh Israel dan Amerika Serikat telah menyebabkan 102 rakyat meninggal dan 490 rakyat lainnya mengalami cedera. (Beritasatu.com, 04/06/25)

Nasionalisme Membelenggu Penguasa

Begitu besarnya penderitaan yang dirasakan rakyat Palestina akibat kebrutalan Zionis Israel laknatullah, tetapi hal itu belum mampu mengetuk hati dan pikiran para pemimpin negara-negara di dunia. Para penguasa negara-negara besar dunia mati kutu tak mampu berbuat sesuatu. Otak mereka buntu dan mata mereka seakan buta tak mampu melihat rakyat Palestina yang begitu pilu. Kekuatan mereka terbelenggu sehingga tak mampu berbuat sesuatu.

Penguasa muslim lebih sibuk beretorika daripada mengambil tindakan nyata dengan mengirimkan pasukan militer untuk mengusir penjajah Zionis di Palestina. Mereka membeku seolah mewajarkan penjajahan itu dan menganggap tak layak ikut campur apalagi masuk ke dalam konflik terlalu jauh, karena permasalahan itu dianggap masalah negara lain. Sanubari mereka telah mati. Rasa kemanusiaan telah lenyap. Padahal, rasa kasihan dan ingin menolong sesama manusia apalagi bayi tak berdosa adalah sebuah fitrah manusia. Sungguh, Nasionalisme telah membelenggu penguasa dengan begitu kuat.

Nasionalisme yang lahir dari ideologi Kapitalis telah membunuh sifat dasar manusia. Matinya rasa kemanusiaan itu akibat penerapan sistem Kapitalis Sekuler yang berorientasi pada manfaat dan keuntungan materi. Ketika sesuatu dianggap tidak menguntungkan, maka akan ditinggalkan. Bagi para penguasa Kapitalis, menolong Palestina tidak menguntungkan. Tak heran, kejahatan Zionis yang melebihi kekejaman binatang pun tak mampu mengusik nurani mereka.

Kebebasan Palestina Hanya dengan Jihad Komando Khilafah

Nasionalisme yang lahir dari pemahaman Barat telah menghalangi penguasa muslim bersikap adil pada Palestina. Tidak ada di antara mereka yang bergerak untuk membebaskan Palestina dengan kekuatan militer yang dimiliki. Padahal, umat di berbagai penjuru dunia telah menyerukan jihad dengan mengirimkan tentara pembebasan Palestina.

Selama Nasionalisme masih bercokol di benak umat Islam, maka jihad tidak akan terwujud. Jihad hanya akan terealisasi ketika negara yang menyerukan. Namun, bentuk negara-negara muslim hari ini yang tersekat oleh batas teritorial negara bangsa tak akan mungkin menyerukan jihad. Sebab, telah nyata bagaimana mereka justru bersikap mesra dengan menggandeng penjahat Israel dan sekutunya.

Jihad hanya mungkin diserukan oleh sebuah negara yang tidak terhalang nasionalisme, yakni negara Khilafah yang berasaskan akidah Islam. Khilafah juga memiliki kekuatan militer yang berorientasi pada pembebasan umat dari kezaliman dan dominasi sistem kufur. Khalifah akan memastikan keamanan terwujud untuk seluruh warga negaranya dan akan menolong kaum muslimin yang teraniaya di manapun berada.

Dikarenakan seruan jihad hanya akan mampu dikomando oleh negara Islam global (Khilafah), maka sudah menjadi kewajiban bagi umat untuk menegakkannya. Meskipun tegaknya Khilafah ala minhajjinnubuwwah sudah Rasulullah kabarkan, bukan berarti Khilafah akan tegak dengan sendirinya tanpa diperjuangkan.

Perjuangan penegakan Khilafah haruslah meneladani metode penegakan negara Madinah Al Munawwarah oleh Rasulullah dan para sahabat. Penegakan Khilafah tidak boleh keluar dari metode yang diajarkan Rasulullah Saw. yakni melalui 3 tahapan, pembinaan, interaksi dengan umat, dan penerimaan kekuasaan untuk menerapkan hukum Islam. Oleh karena itu, dibutuhkan kepemimpinan jamaah dakwah ideologis yang konsisten memperjuangkannya dengan dakwah pemikiran, bukan kekerasan.

Jamaah tersebut akan membangun kesadaran umat, dan menunjukkan jalan kemuliaan bagi umat. Sudah seharusnya umat menjawab seruan jamaah dakwah ini dan berjuang bersama menjemput nashrullah atau pertolongan Allah berupa tegaknya Khilafah dengan metode kenabian.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 4

Comment here