Oleh : Ummu Rifazi, M.Si
wacana-edukasi.com, OPINI–Hubungan ‘mesra’ antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trmp dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu diambang perpecahan. Hubungan antara keduanya memanas, disinyalir akibat Trump merasa dimanipulasi oleh Netanyahu. Salah satunya adalah dalam penyelesaian konflik di Palestina.
Trump mendesak Israel dan Hamas agar menyetujui gencatan senjata di Gaza, Palestina. Dia berupaya melaksanakan rencana pasca perangnya memperbaiki wilayah tersebut dan menjadikannya Riviera Timur Tengah. Namun yang dilakukan Netanyahu justru sebaliknya dengan memulai serangan militer baru di Gaza. Sehingga secara pribadi Trump menyatakan bahwa tindakan Netanyahu adalah perbuatan sia-sia yang akan makin mempersulit pembangunan kembali wilayah Gaza (kompas.com, 12-02-2025).
Rapuhnya Persatuan Musuh Islam
Selama ini Trump memberikan dukungan yang sangat besar kepada Zionis Israel laknatullah untuk menguatkan eksistensi Negara Israel. Dukungan terbesar adalah pengakuan dari Trump bahwa Kota Al Quds merupakan Ibukota Israel. Sebagai wujud dukungannya terhadap pengakuan ini, Trump memindahkan kedutaan AS ke kota tersebut. Selain langkah tersebut, Trump pun melakukan tekanan politik dan ekonomi terhadap negara-negara Arab agar mereka menormalisasi hubungan dengan Israel dan menjalin hubungan politik, perdagangan keamanan dan perdamaian dengan Zionis Israel laknatullah.
Pendek kata, semua langkah yang dilakukan Trump ini semakin menguatkan sokongan AS terhadap Negara Israel sejak didirikan pada 14 Mei 1948. Sokongan yang diberikan meliputi aspek finansial, persenjataan sampai dukungan politik di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dukungan tersebut sangat besar, layaknya dukungan seorang bapak terhadap anaknya. Namun nyatanya dukungan yang berlangsung selama puluhan tahun itu kandas dalam sekejap hanya dalam hitungan bulan.
Demikianlah gambaran jalinan kekuatan persatuan para musuh Islam. Walaupun dari luar terlihat solid, kekuatan persekongkolan mereka rapuh karena hanya sebatas bersatu padu menuju tujuan utama mereka yaitu menghancurkan Umat Islam. Sejatinya persatuan hakiki diantara mereka tidak pernah ada, karena pada faktanya mereka tetap terikat pada kepentingan masing-masing. Mereka hanya mengutamakan kepentingan kelompoknya masing-masing, sehingga jalinan hubungan mereka sewaktu-waktu bisa putus dengan mudahnya atau bahkan berbalik berseteru manakala kepentingan diantara mereka tidak bisa sejalan.
Allah Swt. sudah menggambarkan keadaan sebenarnya dari para musuh Islam dan rapuhnya jalinan persatuan di antara mereka dalam QS Al Hasyr ayat 14 yang artinya : Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antar sesama mereka sangat hebat. Kamu mengira bahwa mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu disebabkan mereka kaum yang tidak berakal.
Kekuatan Hakiki di Atas Akidah Islam
Ketika jalinan persatuan di antara para musuh Islam ini rapuh, Umat Islam seharusnya menyadari bahwa mereka sejatinya memiliki landasan persatuan yang hakiki yaitu akidah (keimanan) Islam yang dikenal sebagai Al-Ukhuwah Al-Islamiyah. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. akan senantiasa menghadirkan pertolongan dan kekuatan dari Allah Swt dalam segala hal.
Rasulullah Saw. telah memberikan suri teladan terbaik bahwa persatuan hakiki hanya mampu diwujudkan berdasarkan Akidah Islam. Momen penting yang menunjukkan hal ini adalah ketika Akidah Islam mampu mempersatukan Kabilah Aus dan Khazraj yang telah bertikai selama 120 tahun. Persatuan tersebut menciptakan komunitas Muslim solid yang merupakan pondasi bagi Negara Islam pertama di Madinah.
Setelah Kabilah Aus dan Khazraj masuk Islam, mereka disebut secara bersama-sama sebagai Kaum Anshar. Selanjutnya ketika Kaum Muhajirin datang ke Madinah, mereka bersatu dengan Kaum Anshar mendukung kepemimpinan Rasulullah Saw. maupun Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelahnya dalam menegakkan pemerintahan berdasarkan Syariat Islam. Rasa kebersamaan dan persaudaraan tumbuh subur dalam Akidah Islam, melahirkan kesolidan yang mampu mengatasi berbagai perseteruan dan perbedaan yang terjadi, baik di dalam negara maupun yang berupa ancaman dari luar negara.
Persatuan berdasarkan Akidah Islam mampu melahirkan kekuatan solid luar biasa yang mampu menggentarkan dan menghancurkan para musuh Islam, bahkan ketika jumlah Umat Islam jauh lebih sedikit dibandingkan dengan para musuh Islam. Contohnya adalah pada saat terjadinya Perang Badar Kubra. Pasukan Muslim yang berjumlah 300 orang sangatlah tidak sebanding dengan Pasukan Kaum Kafir Quraisy yang berjumlah 900 orang. Namun dengan ijin Allah, Pasukan Kaum Kafir Quraisy yang berjumlah tiga kali lipat tersebut tidaklah mampu membendung dahsyatnya perlawanan Pasukan Muslim yang disertai dengan keimanan dan ketawakalan terhadap Allah Taalaa.
Oleh karenanya, yang harus terus diupayakan adalah terwujudnya Al-Ukhuwah Al-Islamiyah di seluruh dunia, yang akan menghantarkan pada tegaknya kepemimpinan Islam dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Daulah Khilafah Islamiyah akan memimpin dunia dan menjadi negara adidaya yang akan meninggikan kalimat Allah. Daulah Khilafah Islamiyah akan menjadi pelindung bagi Muslimin maupun Non Muslimin yang tunduk pada Syariat Islam.
Keberadaan Daulah Khilafah Islamiyah akan menjadi komando terlaksananya jihad fii sabilillah yaitu pengerahan kekuatan untuk musuh Islam, dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Hanya dengan jihad fii sabilillah, maka AS dan kroninya Zionis Israel laknatullah dapat dikalahkan sehingga Bumi Palestina dapat dibebaskan dari penjajahan mereka. Wallahu alam bi as-showab. [WE/IK].
Views: 0
Comment here