Oleh: Alya Atikah (Pelajar SMA Tahfidz di Batola)
Wacana-edukasi.com, OPINI–Sekarang genosida yang terjadi di Gaza, Palestina mulai mengambil simpati global. Konferensi-konferensi dilaksanakan di berbagai negara, yang membahas soal penyerangan zionis Israel terhadap Palestina.
Genosida di Gaza masih terus berlanjut. Sudah beberapa bulan sejak Oktober tahun 2023 hingga sekarang di tahun 2025 kebengisan zionis Israel masih bercokol di Palestina. Pada awal genosida terjadi, dunia ikut risau akan kondisi rakyat kota Gaza, Palestina.
Dunia pun seakan merasakan kesedihan yang dialami rakyat Palestina. Sehingga memboikot produk-produk yang pro terhadap Israel. Walaupun produk tersebut termasuk dalam keperluan sehari-hari, namun tetap saja masyarakat memboikot produk pro Israel tersebut. Bahkan yang non-Islam sekalipun juga ikut memboikot.
Tetapi seiring berjalannya waktu, berita itu semakin meredup. Dunia perlahan-lahan melupakannya. Tidak lagi memboikot produk-produk pro Israel tersebut, bahkan ada yang diam-diam mendukungnya. Banyak negara juga kembali menjalin hubungan diplomatik atau ekonomi dengan entitas Zionis, demi kepentingan politik atau finansial semata. Kepedulian terhadap penderitaan warga Gaza seolah hanya menjadi tren sesaat yang mudah digantikan isu-isu lainnya.
Sekarang dunia kembali angkat bicara soal genosida tersebut. Sebab bukan hanya Palestina yang mendapat serangan, melainkan sudah merembet ke beberapa negara, seperti Lebanon dan Suriah. Hal ini dinilai membahayakan kedaulatan negara Arab lainnya. Maka dari itu konferensi diadakan di berbagai negara guna membahas genosida di Palestina. Kecemasan akan ketidakstabilan kawasan pun meningkat.
Seperti berita yang dikutip dari SINDOnews.com pada Senin, 28 April 2025 bahwa Koalisi Global menggelar Konferensi mendukung Al Quds dan Palestina. Konferensi yang mengambil tema “Kemenangan Gaza adalah Tanggung Jawab Umat” digelar di Istanbul, Turki, pada Sabtu 26 April 2025. Konferensi ini merupakan bagian dari konferensi tahunan “Pelopor” yang ke-14 yang diikuti oleh puluhan tokoh nasional, media, budaya, sosial, serikat pekerja, intelektual, dan pemuda, serta lembaga aktif dari sekitar 60 negara di seluruh dunia. Dunia mulai menyuarakan kemenangan untuk Palestina, hingga adanya tuntutan pengiriman tentara (jihad).
Tentu hal ini membuat negara-negara Barat merasa was-was. Mereka takut akan bangkitnya kekuatan politik Islam sejati, yakni Khilafah. Mereka takut semangat jihad fisabilillah yang murni kembali tumbuh dan menyatukan kekuatan umat Islam sedunia. Mereka takut akan tergesernya ideologi sekuler-liberal yang telah mereka sebarkan ke seluruh dunia, tergantikan oleh ideologi Islam yang penuh keadilan, ketundukan kepada Sang Pencipta, dan kesejahteraan sejati.
Keburukan-keburukan sistem kapitalisme dan liberalisme pun semakin tampak. Kesenjangan sosial, ketidakadilan hukum, krisis moral, dan kerusakan lingkungan menjadi bukti nyata dari kegagalan ideologi ini dalam mengatur kehidupan. Hal ini mendorong para aktivis dakwah untuk semakin masif menyuarakan solusi Islam yang menyeluruh. Mereka tidak hanya menyeru kepada ibadah ritual, tetapi juga mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya penerapan syariat Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan—melalui tegaknya Khilafah Islamiyah.
Para pengemban dakwah menyerukan metode dakwah Rasulullah SAW. Yakni dakwah yang berlandaskan pemikiran dan kesadaran akidah, bukan dengan kekerasan atau pemaksaan. Dakwah ini bertujuan untuk membangkitkan kembali kesadaran politik umat Islam agar memahami bahwa perubahan sejati hanya bisa terwujud dengan adanya pemimpin tunggal umat yang menerapkan Islam secara menyeluruh.
Dengan berdirinya Khilafah, tidak akan ada lagi genosida. Bukan hanya bagi umat Islam saja melainkan untuk seluruh umat beragama lainnya yang berada di bawah naungan Khilafah. Dalam sejarah Islam, non-Muslim yang hidup di bawah Khilafah diberikan jaminan keamanan, kebebasan beragama, dan perlindungan hukum yang adil. Fakta sejarah membuktikan, Yahudi dan Nasrani hidup damai berdampingan dengan umat Islam di bawah pemerintahan Islam, seperti yang terjadi di masa Andalusia dan Kekhilafahan Utsmaniyah.
Seluruh rakyat yang berada dalam naungan Khilafah akan merasa aman dan tenteram. Kehormatan diri serta keluarga mereka dijaga. Kebebasan dalam beragama pun tetap diperbolehkan, serta kemudahan dalam kerja sama dari suatu negara dengan negara lainnya, atas dasar keadilan dan bukan kepentingan politik atau kapital.
Sungguh indah tatanan negara jika diatur dengan aturan yang berasal langsung dari Sang Pencipta alam semesta. Islam bukan hanya agama ritual, tetapi juga sistem hidup yang membawa keberkahan dan keadilan. Dengan diterapkannya syariat Islam secara total dalam institusi Khilafah, umat manusia akan merasakan kesejahteraan hakiki dan keberkahan hidup seperti pada zaman kejayaan Islam di masa Rasulullah SAW dan para khalifah setelahnya.
Sudah saatnya dunia tidak lagi memandang jihad sebagai sesuatu yang menakutkan, namun melihatnya sebagai bentuk pengorbanan suci dalam membela yang tertindas dan menegakkan keadilan. Jihad bukan berarti kekerasan semata, tetapi merupakan perjuangan sungguh-sungguh dalam menegakkan kebenaran. Jihad ideologis, jihad pemikiran, dan jihad dakwah adalah bagian dari jihad yang membawa perubahan.
Kini saatnya umat Islam bersatu kembali dalam satu barisan. Menyadari pentingnya tegaknya sistem Islam secara menyeluruh, dan menjadikan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina bukan hanya sebagai berita, tetapi sebagai seruan untuk bangkit. Karena sesungguhnya, kemenangan Gaza adalah tanggung jawab umat. Kemenangan itu hanya akan diraih dengan kembali kepada Islam yang kaffah. [WE/IK].
Views: 1
Comment here