Opini

Digitalisasi Tanpa Proteksi: Siswa Jadi Korban Judol dan Pinjol

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ariyana (Dosen dan Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, OPINI–Perkembangan teknologi menjadi dinamika terbaru terhadap mindseat, kebutuhan hidup mempengaruhi pola pikir sesorang. Segala cara instan dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Fenomena judi online (Judol) sudah menjelajah di semua lapisan masyarakat tanpa mengenal usia, yang sangat fatal judol sudah menghantui generasi muda. Judol merambah ke semua lini dari pengusaha, pejabat, aparat negara bahkan sampai pada siswa di sekolah yang belum mengerti betapa bahayanya hal tersebut. Berbagai aplikasi menawarkan kemudahan untuk melakukan transaksi tanpa syarat, sehingga masyarakat merasa diberikan kemudahan untuk mendapatkan uang. Anak-anak di sistem kapitalisme tidak berpikir secara logis karena tujuan utama mereka mendapatkan keuntungan tanpa harus bersusah payah. Secara tidak langsung generasi kita sudah dirusak mentalnya dengan kemudahan industri teknologi. Situs judol dengan mudah dijangkau pelajar, hal inilah yang menyebabkan psikologi siswa terganggu.

Terkait dengan pinjol, Wakil Ketua Komisi X DPR RI My Esti Wijayanti mengungkapkan bahwa kasus siswa SMP terjerat pinjol dan judol disebabkan oleh kesalahan pendidikan saat ini (nasional.kompas.com, 29/10/2025). Hal ini sangat mengkhawatirkan, upaya pemerintah untuk memblokir situs judol, tidak membuahkan hasil karena tidak ada keseriusan secara nyata yang dilakukan. Bahkan, jumlah transaksi pada Januari sampai dengan Maret 2025 sebesar 39.818.000 transaksi. Seandanya hal tersebut belum ada penindakan tegas dari pemerintah bisa jadi angka tersebut akan bertambah lagi mnejadi 160 juta transaksi (cnbcindonesia.com, 08/05.2025). Realita terjadi lagi hal serupa saat ini, kasus siswa SMP di Kulon Progo, Provinsi DIY, yang terjerat judol dan utang pinjol hingga bolos sekolah karena takut dan tidak bisa melunasi ( tirto.id, 29/10/2025).

Pemutusan akses hanya sesaat dilakukan, dan itu pun tidak secara keseluruhan karena masih banyak situs yang tetap melakukan transaksi secara aktif. Konten judi online telah merambah situs-situs pendidikan dan game online, sehingga siswa rentan terpapar Sudah sangat jelas bahwa demokrasi kapitalisme sudah merusak tatanan kehidupan manusia, terlebih lagi generasi muda yang menjadi korban dari kriminalitas secara sistem. Pinjol dan judol sering kali membentuk lingkaran setan. Pelajar yang kehabisan uang karena kalah judi akan mencari pinjaman online. Kasus ini menunjukkan ada celah besar dalam pengawasan orang tua dan sekolah terhadap anak lemahnya peran negara dalam menutup atau memberantas situs-situs judol. Pendidikan karakter dan literasi digital belum mampu menuntaskan masalah ini, pemikiran siswa sudah dirusak, ingin cepat kaya tanpa kerja keras, karena kemudahan akses dan modal kecil. Kapitalisme menjadikan keuntungan materi sebagai tolok ukur utama, tanpa mempertimbangkan halal dan haram. Negara dalam sistem kapitalisme berperan sebagai regulator, bukan pelindung rakyat. Proteksi yang dilakukan pemerintah masih lemah sehingga anak bangsa yang menjadi korban.

Keterlibatan orang tua pun sangat diperlukan untuk mengawasi anak-anak dalam bermain gawai. Peran orang tua untuk menjadi garda terdepan untuk melindungi anak-anak dari zaman yang makin rusak oleh sistem kapitalisme. Membina keluarga secara Islami akan mencetak anak sholih dan soleha yang menjunjung tinggi akidah dan tidak terpengaruh dengan maksiat. Hal ini akan menjadi sulit, jika perkonomian di dalam keluarga belum stabil, sehingga orangtua tidak fokus mendidik anak, lebih terpusat mencari nafkah buat keluarga. Inilah yang menjadi penyebab bertambahnya judol terhadap anak-anak, karena mereka merasa tidak dipenuhi dalam kebutuhan sehari-hari. Perlunya peran serta pemerintah secara aktif untuk menanggulangi judol. .

Pendidikan dalam Islam mengajarkan pembentukan pola pikir yang mustanir sesuai ajaran Islam. Pendidikan tidak hanya fokus pada akademik semata namun secara keseluruhan mulai dari keimanan, takwa, emosional, intelektual, sosial dan yang utama ahlakul karimah. Peserta didik perlu diberikan pemahaman bahawa judol dan pinjol haram, hal ini perlu ditanamkan dalam proses berpikir sebagai standar dalam berperilaku. Tugas mendidik bukan hanya di sekolah namun keluarga yang menjadi dasar perilaku anak di sekolah. Memberikan pemahaman kepada anak dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Mengajak anak untuk bercakap-cakap salah satu hal yang perlu dilakukan orang tua untuk mengajarkan secara langsung hal-hal yang dilarang dalam Islam. Mengontrol penggunaan gawai sangat penting dilakukan orang tua, agar tidak dapat merusak akidah mereka.

Penting untuk diterapkan pendidikan Islam yang berlandaskan akidah Islam, sehingga pelajar punya arah dalam bertindak, tidak cukup hanya dengan pendidikan karakter. Dibutuhkan peran negara untuk membentuk sistem yang mampu membentuk generasi yang saleh, berkepribadian Islam yaitu dengan mewujudkan sistem pendidikan Islam. Tugas negara dalam sistem Islam adalah menjaga rakyat dari segala bentuk kerusakan dimuka bumi, termasuk judi online. Negara wajib menutup akses judi dan memberi sanksi tegas bagi pelaku. Hidup di dunia hanya sementara untuk mencari bekal kehidupan yang abadi menuju akhirat. Umat Rasulullah harus mengikuti aturan yang sudah tertera di Al qur’an dan sunnah. Segala macam kemaksiatan harus dihapuskan dari muka bumi untuk mendapatkan keridhoan Allah dan kemaslahatan umat, serta dapat menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 8

Comment here